03

1.1K 116 3
                                    

"Joan..."

Pemuda yang dipanggil namanya hanya menghela napas, memandang ke arah Lilyane yang sedang terlihat bingung dengan bibir yang cemberut.

"Aku tidak mungkin bersamamu saat kau bersama tuan Verell, nona..."

Gadis itu merenggut lagi.

"Tapi aku akan gugup sekali Joan, dan aku tidak mau terlihat seperti anak kecil yang baru kenal laki-laki di depannya..."

"Memang seperti itu kan?"

Lilyane memukul bahu Joan, membuat pria ini terkekeh.

"Aku tidak tahu masalah perempuan sebenarnya, bukankah kau mempunyai teman perempuan yang sudah pindah ke Ausie. Kau bisa meneleponnya, dan menanyakan bagaimana cara mengatasi apa yang kau rasakan saat ini. Mungkin sesama wanita, dia akan lebih mengerti..."

Gadis Monarch ini terdiam, memikirkan ucapan Joan.

"Tapi dia pasti menertawakanku...dan aku pasti malu Joan..."

"Lalu kenapa kau tidak pernah malu padaku?"

"Aku..." ucapan Lilyane terhenti, karena dia juga tidak pernah mengerti kenapa dia bisa terbuka dan menceritakan hal apapun pada laki-laki di depannya ini. 

Joan menatapnya yang membuatnya salah tingkah sendiri. 

"Karena...kau tidak pernah menertawakan atau menghakimiku atas apa yang kulakukan selama ini. Kau...selalu menyetujui apapun pilihanku." Lilyane menunduk, ucapannya sangat pelan tapi masih terdengar di telinganya Joan. 

Pemuda ini merasa gemas dengan wajah polos di depannya yang perlahan menunduk.

"Kau harus belajar untuk berani, untuk apapun. Karena...tidak selamanya kau akan bersamaku." 

Lilyane mengangkat wajahnya, tidak terima dengan kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Joan.

"Jangan bicara seperti itu...kau akan selalu bersamaku Joan!" Lilyane sedikit menghentakkan kakinya, merasa kesal dengan ucapan temannya itu.

Joan berusaha menggoda gadis itu.

"Aku juga perlu pergi jalan dengan gadis lain, kau tahu..."

"Tidak boleh! kau tidak boleh pergi dengan siapapun selain aku..."

"Kalau aku memintamu untuk tidak bertemu dengan pria pujaanmu itu, kau mau melakukannya?"

Mata Lilyane membesar.

"Ishh, kau menyebalkan!" 

Lilyane memukul-mukul lengan Joan. Tapi setelah itu ada sesuatu yang membuatnya berhenti, lalu menatap Joan dengan sedikit merajuk.

"Iya...aku memperbolehkanmu pergi jalan dengan gadis lain. Tapi setelah aku..."

Joan menatap Lilyane, menunggu bibir itu berucap kembali.

"...setelah aku mempunyai kekasih."

Lilyane memalingkan wajahnya, menyembunyikan raut kemerahan di pipinya. 

Joan tersenyum kecil, ikut merasakan perasaan yang berbunga-bunga dari gadis di depannya. Dia hanya ingin Lilyane bahagia, itu saja.

"Aku akan ikut, tapi aku akan berada dibelakangmu. Aku tidak mungkin duduk di sebelahmu. Apa yang akan dipikirkan tuan Verell kalau sopir sepertiku duduk bersama denganmu..."

"Kau temanku Joan..." Lilyane tidak suka kalau Joan mulai mengingatkan dirinya tentang statusnya.

"Iya aku temanmu, karena itu kau harus mendengarkan temanmu ini oke?"

Akhirnya Lilyane mengangguk, dengan Joan yang membuang napas lega. Dan pembicaraan di halaman parkir sebuah restoran itu pun berakhir dengan si gadis yang mulai berjalan diikuti si pemuda.

.

"Kau mau pesan apa, Lilyane?"

Lilyane masih melihat ke belakang punggung Verell, dimana Joan duduk berjarak tiga meja di depannya. Memberikannya senyuman untuk menyemangati dirinya.

"Lilyane..." Verell memanggil namanya lagi.

Gadis itu mengerjapkan matanya, membalas canggung pertanyaan Verell.

"A aku...aku suka pizza."

Verell mengangguk lalu memanggil pelayan untuk mencatat pesanan mereka.

Senyap sesaat diantara dua orang itu, Lilyane dengan rasa gugupnya dan Verell yang hanya memperhatikan gadis di depannya dengan datar.

"Apa kau akan memegang salah satu perusahaan ayahmu setelah ini?" 

Lilyane menegakkan punggungnya, mencari posisi yang nyaman di atas kursinya. 

"Aku ingin membuka butik..."

Verell mengangguk-angguk.

"Aku tidak suka berada di kantor ayah dan berhadapan dengan beberapa orang yang tidak aku kenal." 

Lilyane menghela napas, setidaknya dia berusaha dengan banyak bicara untuk menghilangkan kekakuan dalam dirinya.

Verell mengangguk lagi. 

Dari jauh Joan tidak melepaskan pandangannya dari dua orang yang duduk di depannya. Tapi dia merasa aneh dengan lawan bicara nona nya. Terlihat datar dan seperti tidak tertarik dengan pertemuan mereka berdua. Pria itu lebih sering mengecek ponselnya daripada berbicara dengan Lilyane.

Berbeda dengan Lilyane, dia merasa telah menemukan kebahagiaannya ketika seseorang yang dia kagumi berada di depannya dan mengajaknya makan siang. Lalu terlibat obrolan menyenangkan bersamanya. Setidaknya itu yang terjadi selama satu jam dia bersama Verell.

***


BLACK ROSES (BTS DAN BLACKPINK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang