32

660 79 4
                                    


Lilyane mengusap pipinya yang basah karena air mata, saat ini dia sedang berada di ruang rawat Joan. Menunggu laki-laki itu sadar dengan terus menggenggam tangannya. Sambil menunggu kedua orangtuanya yang sedang dalam perjalanan untuk melihat Jonathan yang masih berada di ruang icu.

Joan sadar, membuat Lilyane tersenyum lega.

"Hai..."

Joan menatap lemah gadis yang setia menunggunya itu. Tubuhnya masih belum bisa bergerak banyak, terasa kaku dan ngilu. 

Jennet dan Verrel datang.

"Lilyane, orangtuamu sudah menunggu di ruangan Jonathan." ucap Verrel.

Lilyane mengangguk, lalu mengusap kepala Joan lembut.

"Aku tidak akan lama, aku akan kembali."

"Aku akan mengantarmu."

Verrel sengaja meninggalkan Jennet dan Joan berdua, agar mereka bisa berbicara dengan leluasa. Setelah keduanya menghilang di balik pintu, Jennet mendekati Joan yang masih belum bicara. 

"Maafkan aku, tidak seharusnya hal ini terjadi. Kau dan Jonathan terluka karena aku..." Jennet mengambil napas sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Aku hanya ingin mempertemukan mu dengan ibu. Kau tahu betapa aku menginginkan kita sebagai keluarga. Aku telah mencarimu bertahun-tahun Joan. "

Rahang Joan bergerak, dadanya terasa perih kembali.

"Tolong hilangkan kebencianmu pada ibu. Beri dia kesempatan, dia akan membuktikan semuanya. Setidaknya menerima permintaan maafnya setelah itu ibu benar-benar akan pergi darimu." Jennet memohon dengan segenap perasaannya sebagai seorang kakak dan seorang anak yang ingin ibunya bahagia.

"Aku mohon Joan."

Joan mengatur napasnya, berusaha meresapi apa yang dikatakan wanita yang ternyata kakaknya itu. Berbeda ayah tapi Jennet terlihat tulus dengan perasaannya terhadap Joan. Jujur Joan menginginkan keluarga yang utuh, ayah, ibu dan seorang kakak sejak dia kecil. Setelah hampir mendapatkan semuanya, apakah dia harus melepasnya. 

Rasa sakitnya masih bercokol keras di dalam dadanya. Haruskah dia memberi kesempatan kepada ibunya sendiri untuk menunjukkan kasih sayangnya kepada putranya yang telah lama hilang. Kepalanya berputar, ego dan hatinya kembali berebut meminta perhatiannya. Ditengah perasaannya yang bergejolak, pintu kembali terbuka, memperlihatkan Mathew yang memapah seorang wanita yang matanya masih sembab. 

Sandra mendekati ranjang, mengulas senyum sebelum mengeluarkan kata-kata yang terbata-bata.

"Apa...kabar nak?"

Suara lembut itu menyeruak masuk ke dalam telinganya, suara yang sangat dirindukannya. Perlahan, bongkahan es di dalam hatinya mencair bersamaan dengan lelehan air mata yang keluar dari sudut matanya.

.

Liyane menemukan kedua orangtuanya sedang menangis di luar ruang icu. Dengan perasaan was-was dia menghampiri keduanya.

"Bu..."

Ibunya menoleh dan tatapan itu, membuat ketakutan Lilyane menyeruak diantara kekhawatirannya.

"Jonathan...sudah pergi." Jillian menelan ludahnya sebelum dia menyandarkan punggungnya ke dinding dengan Julia yang masih memeluknya.

Dada Lilyane sesak, udara serasa menghilang disekitarnya. Dan Verrel dengan sigap kembali menahan tubuhnya sebelum pingsan.

...



BLACK ROSES (BTS DAN BLACKPINK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang