28

639 90 1
                                    


Lilyane terbangun dan tidak mendapat Joan di sampingnya. Pemuda itu datang dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya.

"Kau sudah bangun." Tangan Joan membuka lemari pakaiannya dan mengambil kemeja dan celana hitam.

Lilyane bergerak, tapi dia meringis merasakan perih di bagian bawah tubuhnya.

"Hari ini tuan Jillian memintaku untuk menemaninya, karena akan ada pertemuan dengan rekan-rekan bisnisnya di arena golf. Kau mau ku antar kemana?" Joan memakai bajunya lalu menghampiri Lilyane yang masih enggan meninggalkan kasur.

"Aku ingin bertemu ibu, antarkan saja aku ke rumah."

"Baiklah." Joan mengecup pucuk rambut gadis itu lalu mengacaknya pelan.

"Sekarang mandilah, aku akan menunggu sambil membuat sarapan."

Lilyane meremas selimut yang masih menutupi tubuhnya, terlihat bingung untuk bergerak.

Melihatnya, membuat Joan menyadari sesuatu.

"Maafkan aku, kau pasti masih merasa sakit."

"Aku..." Pipi Lilyane merona,

Joan hanya terkekeh, mencium bibirnya sekilas lalu menyibak selimut dan menggendong Lilyane.

Gadis itu terkejut, dan membiarkan Joan membawa tubuh telanjangnya ke kamar mandi.

.

.

Gadis berambut hitam itu masih merasa gugup untuk turun dari mobilnya Verrel. Dia masih memperhatikan seorang pria yang sedang mengunci rumahnya.

"Kalau kau tidak segera menemuinya, dia akan segera pergi."

Jennet menghela napas, sebelum membuka pintu mobil dan keluar yang segera disusul Verrel.

Sebelum mencapai pintu pagar rumahnya, Mathew melihat dua orang menghampirinya.

"Tuan Mathew?"

Lelaki paruh baya ini menyipit, memperhatikan pria muda yang menyapanya.

"Sebelumnya kami minta maaf, mungkin kedatangan kami mengganggu waktu anda. Tapi ada yang harus kami bicarakan denganmu tuan, tentang Joan dan istri anda."

Jennet meremas tangannya sendiri, melihat pria itu seperti terkejut tapi raut wajahnya menunjukkan ketidaktertarikan pada ucapan Verrel.

Mathew memandang Jennet yang hanya terdiam di samping pemuda yang berbicara padanya.

"Saya Jennet...saya adalah putri pertama dari Sandra, mantan istri anda tuan Mathew."

Mata Mathew membesar, tapi perlahan dia mengatur napasnya. Bagaimanapun juga dia harus bisa bersikap tenang, apapun kenyataan yang akan diutarakan oleh dua orang yang tidak dikenalnya itu pasti berhubungan dengan masa lalunya.

Hatinya masih terasa sakit mendengar nama dari mantan istrinya itu. Tapi melihat wajah gadis di depannya yang terlihat baik dan tulus membuatnya kemudian membuka kembali pintu rumahnya dan mempersilahkan dua tamu yang muncul tiba-tiba untuk masuk ke dalam rumahnya.

Mathew masih tidak percaya, putri pertama dari Sandra berada di depannya, menunduk seolah takut padanya.

"Aku sudah melupakannya, tapi mungkin tidak mudah untuk Joan."

"Ibu hanya ingin bertemu untuk meminta maaf, depresi yang dialaminya karena rasa bersalahnya kepada kalian berdua. Ibu benar-benar tidak berniat untuk meninggalkan kalian, ketika kembali untuk mengenalkan putri dari suami pertamanya, kalian sudah pergi." Jennet meremas jari-jari tangannya sendiri.

Pria ini menghela napas. Sesungguhnya masih terlalu berat untuk menerima kembali seorang Sandra di hidupnya ketika bayangan kebohongan dari wanita itu kembali menyapa kepalanya. Mathew tidak pernah tahu, bahwa sebelum menikah dengannya Sandra telah lebih dulu mempunyai suami dan mempunyai anak perempuan. 

Mengingat Joan begitu membenci ibunya, Mathew tidak tahu apa yang akan dilakukan putranya itu ketika bertemu dengan Sandra. Mathew adalah pria yang dewasa umur dan sifatnya, mungkin dia bisa saja menerima permintaan maaf dari mantan istrinya itu. Tapi untuk kembali menjalin hubungan, dia belum mempunyai bayangan apapun untuk hal itu. Dia sudah merasa tenang dengan hidupnya tanpa pendamping disisinya.

Butuh beberapa waktu, untuk Mathew menyakinkan perasaannya bahwa ini mungkin saatnya dia mencoba membuka hatinya untuk mantan istrinya itu. Untuk Joan dia tidak tahu, apakah kebenciannya akan menghalangi ibunya sendiri yang ingin bertemu lagi dengannya.

"Dimana Sandra sekarang?"

Jennet mengangkat kepalanya, hatinya mulai merasa hangat mendengar ucapan Mathew yang tanpa emosi menanyakan keberadaan ibunya.

"Ibu bersamaku, kalau memang anda sudah bisa mengijinkan ibu untuk bertemu lagi denganmu. Aku akan membawanya kemari."

"Biar aku saja yang menemuinya."

Jennet tersenyum lega, pria dihadapannya merebut perhatiannya. Ternyata sosok ini begitu baik, setelah disakiti oleh seseorang tapi masih memaafkan bahkan mau bertemu lagi dengannya.

"Aku ingin sekali membawa Joan bersamaku untuk menemui Sandra, tapi sepertinya tidak bisa untuk saat ini."

"Kita bisa meminta Lilyane untuk membantu berbicara kepada Joan tentang ibunya, karena yang aku tahu Joan begitu dekat dengan Lilyane." ujar Verrel.

"Oh Lilyane, bukankah dia sudah mempunyai suami?"

Verrel menelan ludah, lalu melirik Jennet.

"Aku...suaminya, suami Lilyane..."

Mathew menatap kedua pasangan di depannya dengan bingung. Verrel menceritakan sedikit tentang hubungannya dengan Lilyane. 

Mathew mengangguk-angguk, dia sedikitnya mengerti kenapa Lilyane sering datang ke rumahnya bersama Joan. Dan sepertinya perasaan putranya itu akan terbalaskan, karena dia tahu keduanya saling membutuhkan. 

"Baiklah, apa sekarang juga kita bisa bertemu dengan Sandra?"

Mendengarnya Jennet mengembangkan senyumnya, lega.

...


BLACK ROSES (BTS DAN BLACKPINK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang