04

914 96 3
                                    

"Joan..."

Pemuda itu menoleh, dengan panggilan yang tiga tahun selalu menyapa telinganya itu. Lilyane memang suka sekali memanggil-manggil namanya. Bahkan ketika Lilyane berada di dekatnya pun, gadis itu selalu memanggilnya walau hanya sekedar ingin mengucapkannya.

"Hmm..." sahut Joan tanpa mengalihkan pandangannya dari goresan pensilnya di kertas putih yang dia pegang. 

"Kau sedang apa?"

Joan menoleh sebentar pada Lilyane.

"Apa sudah selesai?" Joan menghentikan pekerjaannya dan berniat membuang kertas itu ke tempat sampah.

"Eh tunggu...aku lihat dulu apa yang kau gambar di sana?"

Lilyane merebut kertas gambar tersebut dari tangan Joan. 

Matanya terlihat bersinar melihat gambar yang dibuat Joan.

Matanya terlihat bersinar melihat gambar yang dibuat Joan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini pasti aku kan Joan?"

"Bukan."

Mulut si gadis mengerucut, Joan tertawa, senang sekali mengerjai anak majikannya itu.

"Iya...iya itu kau, nona."

Bibir Lilyane kembali tersenyum manis.

"Aku suka, ini bagus sekali...tapi kau malah mau membuangnya. Aku akan pasang ini di dinding kamarku."

Joan ikut tersenyum kecil.

"Nanti kalau aku sudah menjadi pelukis terkenal, aku akan memenuhi galeriku dengan gambarmu..."

"Benarkah?" mata Lilyane bersinar lagi. Dia tahu kalau Joan sering menggambar sesuatu ketika dia sedang menunggunya. Tapi dia tidak pernah benar-benar tahu, bahwa coretannya akan sesempurna ini. Seperti gambar yang berada di tangannya. Meskipun hanya sebuah gambar di sehelai kertas yang Joan minta dari sekretarisnya Jonathan. Kertas ini jadi lebih berharga dengan lukisan Joan di dalamnya.

Hari ini Lilyane mengunjungi kantor Jonathan setelah tadi siang dia bertemu dengan Verell, untuk membicarakan tentang bisnis butik yang akan dijalankannya. Dia meminta beberapa nasehat dan beberapa ilmu marketing dari kakaknya itu. 

Dan Joan menunggunya di ruangan sekretaris Jonathan. Karena dia memang tidak pernah mau ikut masuk ke dalam kantor keluarga Monarch. Tidak sopan menurutnya kalau dia ikut mendengar pembicaraan yang penting dari ruangan kantor itu.

Jonathan keluar dari ruangannya, melihat adiknya senyum-senyum sendiri sambil menatap sebuah kertas.

"Kau kenapa?"

Lilyane hanya memperlihatkan gambar ditangannya. Jonathan hanya mengangguk kagum.

"Aku ada urusan penting di luar, kau mau disini atau mau pergi?"

"Ish, aku tidak pernah mau berada lama-lama di kantor yang membosankan ini. Ayo Joan, aku ingin melihat-lihat interior untuk butikku nanti." Jawab Lilyane sambil melenggang pergi dengan Joan yang mengikutinya.

Jonathan hanya membuang napas geli, kemudian ketiga orang itu bersamaan meninggalkan kantor megah itu.

.

.

Lilyane selesai memasang gambar wajahnya yang di lukis Joan di dinding dekat meja riasnya. Dia kemudian melanjutkan untuk membersihkan wajahnya sebelum tidur.

Pintu kamarnya terbuka, dengan Julia yang kembali menutup pintu kemudian mendekati Lilyane.

"Bagaimana makan siangmu dengan Verell, sayang?"

Lilyane tersenyum, terlalu malu untuk menjawab tanpa melihat ke arah ibunya yang melihatnya melalui cermin di depannya.

"Kau...menyukai dia?"

"Ibu..." sahut Lilyane dengan tersipu.

Julia tersenyum lembut, membelai pipi yang mulai memerah.

"Ibu senang kalau kalian lebih dekat lagi, dia laki-laki yang baik..."

Ibunya tidak menyuruh pun, Lilyane pasti kan melakukannya. Karena saat ini dia seperti gadis remaja yang sedang jatuh pada cinta pertamanya. 

"Ibu mengunjungi Emily untuk melihat keadaannya. Dan kami berbicara banyak tentang kalian."

Lilyane mendengarkan sambil mengoleskan krim malam pada kulit wajahnya yang mulus.

"Sepertinya menyenangkan kalau...keluarga kita...akan lebih dekat lagi..." Julia membelai rambut putri cantiknya.

"Tapi apa Verell kan menyukai gadis sepertiku bu? Mempunyai kekasih saja aku belum pernah."

Julia terkekeh.

"Dia pasti akan menyukaimu..."

Julia memutar wajah Lilyane untuk berhadapan dengannya. Menatap lembut wajah manis nan polos itu.

"Kalau aku dan ayahmu...menjodohkanmu dengannya? kau mau?"

"Maksud ibu?" semburat merah kembali menghias pipinya Lilyane.

"Kau akan menikah dengannya sayang." Julia mencubit gemas hidung Lilyane.

Lilyane sedikit terkesiap, bukan kaget karena menolak. Tapi ada lonjakan kebahagian di hatinya mendengar penuturan ibunya.

"Aku tahu kau menyukainya, dia tampan kan?"

Lilyane menunduk.

"Ibu rasa itu artinya kau setuju...kita akan mengadakan makan malam untuk membicarakan hal ini. Ellard dan Emily pasti senang mendengarnya."

Lilyane mengangkat wajahnya.

"Tapi, apa tidak terlalu cepat bu, aku dan Verell bahkan belum terlalu mengenal."

"Lebih cepat lebih baik, bukankah seperti itu?"

"Tapi bu..."

"Menikah akan mengajarimu lebih dewasa, sayang. Kau sudah terlalu sering bermain-main dengan Joan. Ini waktunya kau menjadi wanita seutuhnya. Waktumu bermanja-manja sudah cukup. Selain itu kau harus mulai belajar bagaimana berbisnis, kau juga harus mulai belajar untuk bagaimana caranya membina sebuah rumah tangga."

Sepertinya apa yang dibicarakan ibunya terlalu berat untuk diterima Lilyane. Bibirnya mengerucut, Lilyane merasa bingung, mempunyai pacar saja dia belum sempat. Dan sekarang tiba-tiba dia harus menjadi seorang istri.

 "Ibu menikah dengan ayahmu pun ketika berumur dua puluh tahun." 

Julia mengerti dengan sikap ragu-ragu dari Lilyane. Dia juga mengerti isi kepala putrinya masih terlalu sederhana untuk mengerti hal yang dibicarakannya. Tapi Lilyane sudah mempunyai usia yang cukup untuk menikah dengan seseorang. Apalagi menikah dengan seorang keturunan Ellard. Julia dan Jillian pasti akan bahagia. Ellard, Emily, Julia dan Jillian sudah saling mengenal cukup lama. Dan mereka ingin meneruskan tali persahabatan mereka dengan menjodohkan Verell dan Lilyane.

"Jadi?" Julia menatap Lilyane menunggu jawabannya.

Meskipun ada sedikit keraguan dan ketakutan, Lilyane akhirnya mengangguk.

Karena dia ingin, cinta pertamanya lah yang akan menjadi suaminya kelak.

***







BLACK ROSES (BTS DAN BLACKPINK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang