Es batu

1.3K 135 2
                                    


                    Happy reading ❤️

Jam terakhir sudah selesai, sepuluh menit yang lalu. Tapi Levin tetap setia duduk di bangku kesayangannya. Sudah berulang kali Bagas mengajak cowok itu pergi ke kantin, tapi hanya di Jawab gelengan kepala. Karena terlanjur kesal, bagas menggebrak meja levin cukup keras.

BRAKK

Tidak ada ekspresi terkejut, yang Levin tunjukan. Cowok itu hanya menatap Bagas dengan tatapan sulit diartikan.

"Lo, enggak ke kantin gas?" tanya Levin dengan wajah tanpa dosa, membuat Bagas ingin mencakar wajah tampan sahabatnya itu.

Bagas melongo, apa katanya?

"Kalau lo bukan temen gue, udah gue sumbangin ke orang yang membutuhkan." Ucap Bagas, menahan emosi.

Levin berdehem pelan, sangat tahu jika sahabatnya sedang badmood.

"Emang, sejak kapan kita temenan? Jangan ngaku ngaku deh," pernyataan levin membuat bagas semakin geram.

"Seandainya, mengabsen nama nama binatang enggak dosa ya Allah." Ujar Bagas dramatis. Membuat Levin terkekeh puas, mengerjai bagas memang selalu menyenangkan.

"Marah marah terus, pms lo." Bagas melotot, mendengar ucapan Levin.

"Gue, hajar juga lo." Sela Bagas dengan cepat.

Levin mengangkat bahunya acuh, lalu berjalan melewati bagas. Yang pasti sedang mengumpat dalam hati.

"Dosa lo gas, ngumpatin orang ganteng kayak gue." Ujar Levin.

Rasanya bagas ingin menjadi iron man, saat ini juga.

"Gak bakal jadi iron man gas," sepertinya Levin mempunyai kelebihan menjadi cenayang.

Bagas benar benar ingin menjambak rambut sahabatnya itu.

"Tungguin gue!" Bagas berteriak kencang, membuat Levin menggeleng-gelengkan kepalanya.

Keduanya kini berjalan menuju kantin. Banyak pasang mata, yang terang terangan menatap keduanya. Tapi Bagas dan Levin tidak tertarik untuk tersenyum atau menyapa adik tingkatnya itu.

"Gue rasa, kadar kegantengan gue naik 3000% hari ini." Ucap Bagas setelah menandaskan minumannya.

Levin berdecak kagum, Bagas ya bagas orang yang selalu percaya diri. Tentunya tidak pernah merasa insecure.

"Liat ada yang jalan kesini bawa kotak makanan," ucapan bagas sengaja Levin abaikan.

"Hai." Sapa seseorang yang suaranya tidak asing bagi Levin. Tapi Levin tidak mau menanggapi. Sudah tau kan? Jika Levin tidak nyaman saat berdekatan dengan perempuan.

"Hai cantik. Ada apa nih nyamperin gue?" Levin hampir muntah, mendengar ucapan Bagas. Gadis di hadapannya ini sangat jauh dari kata cantik.

Gadis itu tersenyum canggung, sesekali melirik kearah Levin.

"Dia emang gitu orangnya." Bagas yang sadar jika gadis itu memperhatikan sahabatnya, hanya menghela nafas berat.

"Nih, buat lo." Gadis itu memberikan Levin, bekal makanannya. Namun, Levin tetap tidak mau melihat tau bahkan repot repot merima kotak makanan itu.

Refleks, bagas menyenggol lengan Levin membuat cowok itu mendongak ke atas.

"Gue kan udah pernah bilang kal," ucapan Levin terhenti, karena gadis itu dengan cepat menyela ucapnya.

"Karena lo, enggak biasa ngomong sama orang asing kan?" itu adalah kalimat yang Levin ucapkan kemarin.

"Kenalin, nama gue Bianca.” Dengan rasa penuh percaya diri, Bianca mengulurkan tangannya.

"Siapa yang nanya? Kita enggak kenal. Jangan terlalu akrab gue enggak suka." Levin berdiri dihadapan bianca, sementara bagas hanya menjadi obat nyamuk diantara mereka berdua.

"Makasih makanannya, gas kalo lo mau makan aja." Levin melenggang pergi, meninggalkan Bianca yang menahan malu. Bianca tidak tinggal diam, dengan cepat gadis itu mengambil kembali kotak makanannya dan berlari mengejar levin.

"Baru kali ini ada cewek cantik di tolak, yang nolak es batu lagi." Bagas memilih melanjutkan acara makan siangnya, karena pura pura bahagia juga butuh tenaga.

"Levin!" teriakan Bianca, membuat semua orang memperhatikan mereka.

"Hm." Levin menatap malas Bianca.
Dengan cepat Bianca, menarik sebelah tangan Levin. Lalu meletakkan kotak makanan yang sejak tadi ia bawa ke tangan Levin.

"Enggak ada penolakan, ini sebagai permintaan maaf gue karena kemaren udah buat kemeja lo kotor.” Ucap Bianca, lalu berlari meninggalkan levin. Jika tidak cepat pergi, Bianca yakin Levin tidak akan mau menerima pemberiannya.

"Cewek gila." Gumam levin dengan nada datar dan tentunya tanpa ekspresi.


Hai hai, ternyata cerita ini bener bener harus di revisi :(

Tim yang baru baca?

Udah vote belum? Ayo, vote dulu aku maksa!!

Follow akun wattpad aku ya :)

Mau mutualan di Ig enggak? Follow Instagram aku ya @riaer26

Tinggalkan jejak yuk.

Biar makin semangat bacanya aku kasih bonus pict Levin ya :))

Levin Pamungkas

Kalau ada yang baca pas tahap revisi, harap maklum ya kalau tulisannya masih harus banyak belajar :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kalau ada yang baca pas tahap revisi, harap maklum ya kalau tulisannya masih harus banyak belajar :)

Bang Jago Si Almet Merah ❤️ (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang