Ada di gantung tapi bukan jemuran?
Coba tebak."Emang ada berapa banyak yang punya nama Bianca?"
Levin kembali terdiam, sejak kapan Levin menjadi sabar saat berhadapan dengan Bianca?
"Ada banyak!"
"Terus ini bunga buat Bianca yang mana?"
Bodoh! kenapa harus bertanya Bianca yang mana? Apa saat ini Levin sedang bersama Bianca yang lain?
Sabar Levin.
"Menurut lo, gue sekarang lagi sama Bianca yang mana?"
Bianca menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, terlihat jelas gadis itu sedang kebingungan.
"Cuma gue sih,"
"Yaudah."
"Yaudah apa?" Bianca bukannya tidak mengerti siapa yang di maksud Levin. Hanya saja, tidak baik jika terlalu percaya diri.
"Itu bunga buat lo Bianca. Di sini enggak ada Bianca yang lain," begitu juga di hati gue. Lanjut Levin dalam hati.
"Kenapa ngasih bunga, bunga enggak bisa di makan. Mendingan tadi lo beliin gue seblak aja,"
Jika gadis lain menyukai bunga pemberian orang yang di sukai. Kenapa Bianca malah meminta seblak?
"Tapi, gapapa deh. Jarang jarang gue di kasih bunga." Gadis itu tersenyum penuh arti. Bohong jika dirinya tidak merasa bahagia saat ini.
Melihat Bianca tersenyum, Levin juga ikut tersenyum. Bahkan Levin ingin selalu melihat senyum itu. Atau mungkin, Levin harus menjadi alasan gadisnya tersenyum.
"Kapan kapan gue beliin seblak."
Bianca terkejut mendengar perkataan levin. Dalam rangka apa si kutub Utara berbaik hati padanya?
"Y- yakin?" Bianca seperti tidak mengenal Levin yang ada di hadapannya sekarang.
Cowok itu kembali tersenyum. Untuk sesaat Bianca lupa untuk move on.
'Ya Allah, boleh di bungkus enggak? please kalau ini mimpi jangan bangun cepet' batin Bianca.
"Apa gue kurang meyakinkan? Gue enggak pantes ya jadi baik?"
Sontak Bianca langsung menggeleng. Berarti ini kenyataan. Hatinya semakin di buat bingung apa harus melanjutkan niat awal untuk move on atau tetap bertahan?
"Lo jadi baik harus karena diri sendiri. Itu baru baik yang sebenarnya."
Levin kembali mengembangkan senyumnya, sikap Bianca sama seperti Ayra. Sama sama baik, tetapi bagi Levin Ayra hanya masa lalu.
"Btw Vin, thanks buat bunganya."
"Sama sama. Gue juga mau minta maaf kalau selama ini gue udah bersikap enggak seharusnya sama lo."
Sorot matanya terlihat penuh sesal. Mungkinkah Levin menyesali perbuatannya? itulah yang ada di pikiran Bianca.
"Gue tau, semua itu karena lo enggak suka gue yang terlalu agresif. Lo lebih suka cewek yang kalem kayak Ayra kan? Hehe maaf ya ternyata gue masih kalah jauh kalau di bandingkan sama Ayra."
Meskipun hatinya menolak move on. Tapi kali ini move on adalah jalan terbaik menurut gadis itu. Apalagi saat ingatannya kembali saat Ayra dan Levin berpelukan. Terlalu sakit.
"Semua orang punya sikap yang berbeda,"
"Dan lo enggak suka sama sikap gue yang terlalu agresif kan? Gue cukup tau diri buat enggak ngejar lagi."
Levin benci ketika Bianca menyerah.
"Kenapa?"
Sungguh Levin ingin Bianca berjuang sekali lagi. Lebih tepatnya mereka akan berjuang bersama.
"Capek Vin. Gue capek di bilang bodoh sama orang-orang, akhirnya gue tahu kalau selama ini gue itu harusnya sadar bukan terus terusan sabar."
Deg
Apa yang di katakan Bianca benar. Tidak selamanya seseorang akan bisa bersabar untuk menunggu perasaannya terbalaskan. Selama ini, Levin terlalu sibuk berlari saat Bianca mengejarnya. Sampai Levin tidak sadar jika Bianca tidak lagi mengejarnya. Dan menyerah adalah pilihan terakhir dan mungkin yang terbaik untuk mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bang Jago Si Almet Merah ❤️ (End)
Teen FictionBACA AJA, Authornya Hiatus dari wattpad selama 3 tahun ke depan. Baca karyaku lainnya di Dreame atau innovel ya thank you ❤️ "Lo kalau mau ngelamun sana di rumah lo sendiri, ngapain jauh jauh kesini cuma mau numpang ngelamun." Bianca mengembungkan...