Kenapa rasa malasku semakin rajin :(
Happy reading ❤️
Kini Bianca dan Levin berada di kantin kampus. Entah sejak kapan kata Bianca ada menu seblak di kantin. Padahal tadi Levin ingin mengajak Bianca jalan, tapi yasudah.
"Beneran ada seblak di kantin?" Levin masih tidak percaya.
Bianca mengangguk.
"Kamu udah semester 7 tapi enggak tau kalau ada seblak di kantin?"
Levin nampak berfikir, memang Levin jarang sekali pergi ke kantin. Kalau bukan karena Bagas yang mengajaknya.
"Kalau ke kantin cuma ngopi,"
Bianca memutar bola matanya malas.
"Sekarang mau ngopi?" tanya Bianca heran.
Levin menggeleng.
"Terus?" tanya Bianca lagi.
"Mau beliin lo seblak."
Setelah itu, Levin memesankan seblak untuk Bianca. Semua orang menatap Bianca dengan sinis, hal yang sangat tidak pernah terjadi. Levin mau memesankan makanan untuk seorang gadis, apalagi gadis itu adalah Bianca.
'kenapa semua orang liatin gue terus sih?' batin Bianca heran.
"Nih, seblak."
Bianca menggeleng tidak percaya. Tanpa di beritahukan gadis itu sudah hafal jika makanan di hadapannya ini adalah seblak.
"Siapa bilang ini mie ayam." gumam Bianca.
"Lo mau mie ayam?"
Bianca terkejut mendengar pertanyaan Levin. Padahal tadi Bianca hanya berbicara pelan, tapi kenapa Levin bisa mendengarnya. Apa mungkin dia punya pendengaran yang tajam? Bianca mengangkat bahu acuh, bodo amat sekarang rasa laparnya sudah tidak bisa di tahan.
Cacing di perut udah mulai aktif ya Bun, canda cacing.
"Apaan sih, nggak gue mau ini aja," dengan lahap gadis itu mulai memakan seblaknya.
Melihat Bianca makan dengan lahap, membuat Levin menjadi lapar. Namun, rasa malas sering menjadi alasan Levin menunda makannya.
Meskipun lapar, Levin tidak berniat untuk membeli makanan. Tidak apa melihat Bianca makan nanti juga ikutan kenyang.Kalau udah bucin susah ya Bun, canda bucin.
*****
Bagas
P
P
P
P
P
P
Woy
Lo nggak ada Kouta apa gimana sih kok ceklis 1 Mulu dari tadi?
Woilah !!
Levin sialan!"Kenapa enggak di bales?" tanya Bianca, bukannya lancang membaca pesan dari Bagas. Tapi Levin sendiri yang memberikan ponsel itu padanya.
Levin kembali mematikan ponselnya, entahlah Levin hanya tidak ingin Bianca berpikir macam-macam saat dirinya menerima pesan.
Aneh emang lu siapanya Bianca sih Vin?
Ayok readers kita hujat Levin bersama.
1
2
3
Mulai
GANTENG DOANG NGGAK BERANI NGASIH KEPASTIAN !!
"Males aja, pasti nanti langsung kepo nanya gue dimana? sama siapa?"
Levin menandaskan minumnya, Bianca baru tahu kalau sekarang Levin sudah banyak bicara padanya.
Kemajuan yang sangat baik, bukan?"Kasian tau dia, pasti lagi nunggu kamu bales Chat. Jangan di biasain kayak gitu, enggak baik." Bianca tidak bermaksud mengajarkan Levin untuk membalas Chat cepat. Tapi Bianca tahu, bagaimana rasanya chat di abaikan kadang malah hanya di baca.
Levin tersenyum pada Bianca, tidak salah jika hatinya lebih memilih gadis itu. Karena Bianca orang yang berbeda, ya walaupun Levin terlambat menyadari itu. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak pernah menyadari hal itu sama sekali.
"Udah biarin aja. Paling nanti ngambek bentar juga udah baikan lagi."
Bianca tidak mengatakan apapun, setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda. Entah dirinya ataupun Levin tidak akan sama. Mungkin juga dalam hal perasaan.
"Tadi kamu kesini sendiri?" tanya Bianca sambil mengaduk es teh yang tadi di belikan oleh Levin.
Levin mengangguk membenarkan pertanyaan Bianca.
"Enggak sama Ayra?" jujur Bianca sedikit tidak enak saat menyebutkan nama itu. Namun, rasa ingin tahu tidak bisa di cegah. Katakan saja dia kepo tapi memang benar.
Levin menggeleng pelan sedikit tidak suka saat Bianca bertanya tentang sang mantan.
"Gue kesini mau ketemu lo, ngapain ngajak dia." bahkan Levin tidak mau menyebutkan namanya.
"Tumben,"
"Gue sama dia udah mantan." ucap ucap Levin cepat.
Bianca terdiam, apa Levin baru sadar jika dirinya dan Ayra sudah mantan? kemana saja Levin selama ini?
"Ya kan biasanya lo sama Ayra, di mana ada di situ juga ada Ayra." untuk kali ini saja Bianca ingin mengutarakan rasa penasarannya selama ini.
Levin menghela nafas berat, bingung mau menjelaskan mulai dari mana.
"Mulai sekarang dia nggak akan ngikutin gue terus. Tadi lo bilang biasanya dimana ada gue, di situ juga ada dia kan? tanya Levin.
Bianca hanya mengangguk saja.
"Itu dulu, karena sekarang dimana ada gue. Di situ juga harus ada lo Bianca."
Vote dan komennya mana?
1 part lagi menuju ending! Pantengin terus ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bang Jago Si Almet Merah ❤️ (End)
Dla nastolatkówBACA AJA, Authornya Hiatus dari wattpad selama 3 tahun ke depan. Baca karyaku lainnya di Dreame atau innovel ya thank you ❤️ "Lo kalau mau ngelamun sana di rumah lo sendiri, ngapain jauh jauh kesini cuma mau numpang ngelamun." Bianca mengembungkan...