[good news/9]

534 112 8
                                    


Setelah seminggu lagi berada di Geneva, mereka akhirnya diperbolehkan pulang—dengan para anak-anak itu tentunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah seminggu lagi berada di Geneva, mereka akhirnya diperbolehkan pulang—dengan para anak-anak itu tentunya. Ternyata Chanyeol mengadopsi mereka secara ilegal, jadi untungnya surat-surat legal itu masih ada di tangan para pengurus di panti asuhan. Keempat anak itu sangat antusias ketika mendengar bahwa mereka akan naik pesawat pribadi.



"Kita naik pesawat!!" Jiho melompat kesenangan ketika sampai di bandara, Seonghwa dan Hongjoong hanya bisa tersenyum lega melihat anak itu senang lagi. Yeji masih digendong walau kakinya sudah lumayan sembuh, yang lain juga berlari-lari di bandara itu dengan semangat. "Kyungminnie jangan jauh-jauh ya," Wooyoung mengingatkannya, walaupun sudah memasang sebuah tracker untuk berjaga-jaga di kalung pemberiannya. Saeran masih setia menggandeng Yeosang, dan mereka jalan melalui pintu khusus jadinya tidak bertemu dengan banyak orang.


Gerbang masuk hangar khusus jet PBB itu juga hanya bisa diakses oleh beberapa petugas bandara saja, dan kali ini adalah Camille, seorang perempuan Switzerland yang mengenali Legion of Dawn dari pin matahari mereka.


"Who's the pilot?" Tanyanya selagi mereka berjalan ke hangar itu. San dan Wooyoung mengacungkan tangan mereka, Kyungmin yang tidak tahu apa-apa itu juga mengacungkan tangannya. "Bukan kamu Minnie-ah, kita berdua aja yang jadi pilot, nanti kita yang nerbangin pesawatnya," Wooyoung terkikik melihat anak itu dengan muka lugunya ikut apapun yang dilakukannya dan San. Camille juga ikut tertawa, karena anak itu dengan malu bersembunyi di balik paha Wooyoung.





"Attetion to all passengers, this is Captain Choi San and Copilot Jung Wooyoung, welcome aboard to flight LOD-177. We will be having a short 1 hour transit to Munchen international airport in Munich, Germany to eat lunch. Please put on your seatbelts and we wish you a happy flight."


"Perhatian untuk semua penumpang, ini Kopilot Jung Wooyoung dan Kapten Choi San, selamat datang di penerbangan LOD-177 tujuan bandara Munchen, Jerman dan akan terbang selama satu jam. Waktu transit akan hanya satu jam untuk makan siang di bandara. Tolong segera pasang sabuk pengaman, dan pastikan semua anak sudah berada di kursinya masing-masing, kami tidak akan tanggung jawab kalau ada yang kejedot dan benjol, terima kasih."


Ketika mendengar kalimat terakhir Wooyoung, semuanya langsung spontan tertawa terbahak. Padahal tidak ada kata-kata jorok maupun kasar seperti apa yang mereka lakukan saat keberangkatan menuju Geneva, tetapi mereka tetap terhibur dan semoga saja anak-anak itu tidak pada stres di tengah-tengah penerbangan.


Saat pesawatnya sudah berada di mode autopilot, Wooyoung keluar sebentar untuk mengecek Kyungmin, takutnya anak itu tidak bisa ditinggal kelamaan olehnya.


"Kyungminnie masih tahan kalau Hyung di kokpit nanti?" Tanyanya sambil berjongkok di samping bangkunya. Anak itu hanya mengangguk ragu, dan melihat itu Wooyoung langsung memeluknya. "It's okay, Hyung nggak bakal terlalu lama juga kok ya?" Kedua tangan Wooyoung itu menangkup pipi tembam Kyungmin untuk meyakinkannya. "Janji?" "Janji."



Wooyoung berjalan balik ke kokpit, dan tak lama menghela nafasnya sambil duduk. "Kenapa Wooyoung-ah?" Tanya San mendengarnya menghela nafas. "Kyungmin terlalu imut buat ditinggalin nanti 11 jam. Aku pengen meluk dia untuk terakhir kalinya sebelum nanti dia ketemu keluarga barunya," Wooyoung terlihat sangat stres memikirkan anak itu, dan San ingin membuatnya senang. "Nanti aku yang terbangin pesawat sama Jongho. Kamu sama dia aja," Wooyoung memandang San tidak percaya, tetapi ia hanya tersenyum, karena San ingin apapun yang terbaik untuknya.




Mereka sampai di Munich jam 1 siang, dan mereka makan siang di atas pesawat setelah Yeosang memesankan mereka makanan di restoran terdekat. Anak-anak itu makan dengan lahap, Jongho juga membelikan mereka snack yang banyak agar anteng di pesawat nanti. Anak-anak bermain salju di luar hangar sebentar, lalu harus dipanggil masuk karena sudah jadwal mereka terbang.


"Kyungminnie, mau duduk sama hyung?" Tanya Wooyoung. "Emang hyung nggak di depan?" Wooyoung menggelengkan kepalanya, dan Kyungmin senang sekali sampai melompat-lompat. San juga memeluk Kyungmin untuk terakhir kalinya, siapa tahu ia tidak bisa keluar kokpit nanti.



Selama penerbangan, Kyungmin terus duduk di atas pangkuan Wooyoung menonton Avengers, mereka tertawa bersama, dan ketika Wooyoung menangis anak itu tidak mengerti. "Nanti kalau kamu udah gede baru ngerti,"



Saeran yang duduk di seberang mereka itu sudah terlelap bersama Yeosang, keduanya memang gampang tidur dimana-mana. Bahkan Saeran sempat mengigau memanggil-manggil Jongho di tidurnya, dan memukul muka Yeosang secara tak sengaja. Yeji yang sedari berdiri di bangku dan melihat ke belakang itu tertawa terbahak sampai hampir jatuh kalau Yunho tidak sigap menangkap badan anak berumur 6 tahun itu.


Sementara, Jiho sedang bercerita tentang hidupnya kepada Seonghwa dan Hongjoong—sebuah cerita yang tidak kalah sedih dari cerita mereka berdua.



"Dulu appa ngga sayang sama aku, eomma doang yang sayang. Tapi pas eomma ga ada, appa perlu uang, jadi dititipin ke panti asuhan biar aku dibeli sama orang. Panti itu cuman perantara doang, terus aku ketemu Chanyeol samchun di sana. Dia awalnya baik, kasih aku permen, tapi abis itu aku ngantuk makan permennya jadi aku ketiduran," Muka Hongjoong setelah mendengar anak itu dibohongi dan dibius oleh Chanyeol itu sangat sedih, dan langsung memeluk anak itu dengan erat. Lalu mereka berdua jadi menceritakan cerita hidupnya pada Jiho juga, dan sejak saat itu mereka malah semakin tak bisa dipisahkan. 


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
☼ 𝕝𝕖𝕘𝕚𝕠𝕟 𝕠𝕗 𝕕𝕒𝕨𝕟-𝕒𝕥𝕖𝕖𝕫 ☼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang