27 | N e w S t u d e n t

264 21 0
                                    

Setelah bel berbunyi, para siswa siswi kelas 1-1 terlihat grasak-grusuk memasuki ruang kelas. Sebagian dari mereka-mulutnya-masih mengunyah makanan lalu menelannya paksa sampai terbatuk-batuk.

Ada yang menggeser kursinya ke tempat semula, ada yang tertidur di atas meja lalu wajahnya digeplak buku tulis oleh temannya, ada yang segera mencabut kabel charger dari stopkontak, ada yang buru-buru menghapus papan tulis yang penuh gambar wajah manusia dengan hidung menyerupai babi, ada pula yang masih mengerjakan-ralat-menyalin pekerjaan rumah teman di bukunya.










Tap.













Tap.














Tap.










Suara langkah kaki itu semakin terdengar jelas. Mereka pun menghentikan aktifitas masing-masing dan duduk rapi dengan tangan yang dilipat seperti anak TK. Pandangan mereka berpusat ke pintu kayu.

Seorang guru laki-laki masuk bersama seorang murid berseragam yang wajahnya asing bagi mereka-para murid-memasang tatapan bertanya-tanya.

Guru itu berjalan sambil merangkul sang murid dan menoleh ke arahnya. Gerak bibirnya seperti mengatakan sesuatu. Murid itu hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.

Keduanya pun berhenti tepat di tengah-tengah papan tulis. Sang guru menurunkan tangannya yang berada di pundak si murid lalu mengisyaratkan dengan telunjuknya agar mereka diam.

Karena mereka sedari tadi berbisik-bisik dan itu menimbulkan suara yang cukup bising.

Ketua kelas pun inisiatif berdiri dan memimpin pemberian salam diikuti para murid yang juga melakukan hal yang sudah jadi kebiasaan itu. Mereka pun kembali duduk.

Sang guru mempersilahkan murid asing itu untuk memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, asal, dan alasan pindah sekolah.

Murid itu mengambil satu langkah kedepan. Ia meremas-remas jemarinya gugup dan mulai membuka suara. "Nama saya Lee Felix, from Australia, and alasan saya pindah kesini karena saya meresahkan kedua orang tua saya. So that, now I live with my aunty."

Mendengar perkenalan Felix barusan, seketika tawa membludak di kelas itu. Namun, mereka semua langsung diam saat Pak guru Heechul menatap mereka tajam.

Tidak cukup sampai situ. Jiwa ghibah mereka sudah meronta-ronta sehingga mereka memutuskan untuk saling bisik-berbisik ke teman sebangku.

"Wah, nambah satu bule lagi nih di kelas kita."

"Semoga gak meresahkan kelas ini juga."

"Kalo meresahkan drop out aja haha."

"Ngomong apa sih dia? Gak ngerti suerrr."

"Suaranya kek suara bapak gue jir."

"Lah? Perasaan dia tiktoker luar negeri yang terkenal itu, ya nggak sih?"

"Lumayan lah ya visualnya ... I just wanna be your girl awww."

"Mampus duduk sama si itu."

"DIAAAAAM!" Semuanya terkejut.

˚➳ KILL THIS LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang