22 | L a s t W i s h

307 34 7
                                    

Drrrrrdddd ... drrrrrdddd ...

Getaran ponsel Irene di atas nakas mengalihkan atensi semua orang yang berada di ruangan medis.

Irene meraih ponselnya dan dengan cepat menggeser tombol hijau tanpa melihat nomor yang menelpon.

"Yeoboseyo?"

"Serahkan uang sebesar 3,5 milyar dalam waktu 6 jam atau kau akan tahu akibatnya!"

"Maaf, anda siapa?"

"Jangan matikan telponnya atau temanmu yang akan mati!"

Irene memasang raut bingung yang mengundang pertanyaan Wendy. "Siapa yang telpon Irene-ssi?"

Irene tak menjawab. Hanya saja ia mengaktifkan loud speaker pada panggilan telponnya agar semua orang dapat mendengar ancaman itu.

"Cepat datang ke bangunan bekas Rumah Sakit di Jalan Seonghakdong nomor 13."

"Nyawa temanmu tergantung tepat atau tidaknya kau kemari."

"Ah ya! Jangan lupa uangnya. Kutunggu~"

CALL ENDED

Irene mendengus kesal. "Siapa orang ini dan siapa temanku yang dia maksud?!"

"Kita harus lapor polisi!" seru Ana.

"Jangan langsung telpon polisi, kasus ini akan semakin rumit. Sebaiknya kau cari tahu dulu siapa temanmu itu, apakah dia perlu diselamatkan atau tidak?" ujar seorang pria yang entah sejak kapan berdiri di depan pintu.

"Chanyeol-ssi, apa maksudmu?! Ini termasuk kejahatan, mengapa tidak langsung dilaporkan saja?!" ketus Wendy.

"Wendy eonni benar. Dan lagi pemeras itu pasti mencari orang yang memiliki hubungan yang dekat dengan Irene-ssi untuk dijadikan sandera," sahut Rosé menyetujui Wendy.

"Tapi itu bukan pilihan terbaik. Bisa saja dia hanya menjebak kita untuk datang ke sana. Kau harus benar-benar--"

"Tidak mungkin!!" Seruan Irene memotong ucapan Park. "Baru saja nomor itu mengirimkan foto ini." Irene membalikkan layar ponselnya, terlihat foto seorang wanita yang tidak sadarkan diri dengan posisi badan terikat di kursi.

"S-sinB?" kata Lisa tak percaya. Gadis yang masih terbaring lemah di ranjang itu merebut ponsel Irene. "Kenapa bisa begini? Kita harus selamatkan agen SinB sekarang!"

"Ah, aku ... aku minta maaf," ujar Park. Dipikirannya 'teman Irene' itu hanya sekedar ancaman. Nyatanya tidak. Orang itu benar-benar menculik seseorang yang memiliki hubungan dengan Irene bahkan dengan para anggota BV-X.

"Baiklah, aku akan pergi ke sana." Irene beranjak dari duduknya lalu menatap Liz, Wendy, Rosé, Ana, dan Park secara bergantian. "Kalian harus tetap disini."

"Aku ikut!" ujar Liz yang hendak berangkat dari ranjangnya, namun ditahan oleh Wendy.

"Lizzie-ya, lebih baik kau tidak usah pergi," saran Wendy.

"Kenapa? Aku baik-baik saja dan tidak merasa sakit sama sekali. Aku harus membantu kak Irene," ujarnya kekeuh.

"Kau hanya akan merepotkan kak Irene dengan keadaanmu yang seperti ini," decih Rosé. Liz pun mendelik tak suka.

˚➳ KILL THIS LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang