Jeno masih bergelung di atas kasur. Tak ada niatan untuk bangun. Kalau boleh, Jeno mati saja saat ini. Itu hal yang paling diinginkan oleh Jeno. Ia ingin pergi sejauh-jauhnya dan tak pernah kembali.
Namun ia bisa apa? Berkali-kali Jeno mencoba bunuh diri dengan menyayat tangannya, ternyata Tuhan belum mengizinkannya.
Jeno sudah lelah. Lelah dengan kehidupannya yang tak pernah ia inginkan.
Saat Jeno berusia 13 tahun, Jeno pergi dari rumah. Lebih tepatnya diusir oleh orang tuanya sendiri. Hanya karena Jeno kalah dalam Olimpiade matematika. Berakhir ayahnya itu malu dengan omongan orang yang tak menyangka Jeno bisa kalah, tak seperti biasanya. Dan ayahnya mengaitkan dengan kegiatan band yang selama ini ia jalani. Ayahnya ingin semuanya sempurna namun di dunia ini tidak ada yang sempurna 'kan?
Mereka berakhir dengan bertengkar. Jeno yang selama ini menjadi anak baik-baik dan penurut, menyahut ucapan ayahnya. Mengeluarkan segala unek-unek yang selama ini ia pendam.
Ibunya sudah mencoba melerai mereka, namun gagal. Dan menangis tersedu-sedu ditenangkan oleh adiknya—Lee Sungchan.
Puncaknya, ayah Jeno yang kalap mengusirnya dari rumah karena terlampaui kesal Jenonya menjadi pembangkang.
"Kamu bukan anak ayah!"
"Dasar anak tidak berguna!"
"Pergi dan jangan pernah kembali!"
Setelah keluar dari rumah, beruntung Jeno menemukan Mark yang merupakan anak jalanan. Ia lah yang menawari Jeno menjadi pengedar obat-obatan terlarang. Dan sejak saat itu, Jeno hidup dengan uang itu hingga sekarang dirinya berumur 17 tahun.
Menjadi pengedar, membuat Jeno ikut tersandung untuk mencobanya. Jeno hampir kecanduan.
"Makan nih!" Hyunjin tiba-tiba datang ke kosnya. Membuyarkan lamunan Jeno.
Hyunjin melemparkan satu box makanan ke atas kasur. Menilik wajah Jeno, Hyunjin tahu jika Jeno tidak mengobati lukanya.
"Obatin nih, kaya orang mau mati aja lo." Ucap Hyunjin sarkas.
"Niatnya emang mau mati."
Hyunjin berdecak. Tangannya terangkat untuk mengoleskan alkohol pada wajah lebam Jeno.
"Neraka kayaknya nggak mau nerima lo." Hyunjin menghempaskan tangan kiri Jeno yang berbekas sayatan-sayatan cokelat.
Jeno diam dan memakan makanan dari Hyunjin.
"Lo nggak usah khawatir sama Bang Chan dan gengnya. Mereka udah ngajak damai."
"Mana ada kata damai."
"Emang itu kenyataannya kok. Gue yang mastiin sendiri."
"Kok bisa?"
"Ya bisalah!"
TBC
Hai,
Aku mau bilang, kalau cerita ini akan aku unpub. Tapi setelah ending kok.
Bagaimana? Setuju kah?
Karena menurutku, kurang menarik aja😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Mute || Nomin✔
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Masih menjadi pertanyaannya bagi Jaemin, sebenarnya Jeno itu bisu atau tidak?