Hai gais! Akhirnya aku bisa lanjut nulis lagi! Maaf banget aku baru bisa update sekarang dan soal janji aku kemarin maaf banget ga aku tepatin. Bukannya aku males atau gimana.
Tugas anjim banget gaboong. Tiati tipo
"Kak, kan aku udah bilang jemput tuh jam 7! Ini udah jam setengah 8 tau!" Kesal Nadien. Seokjin yang tengah sibuk dengan laptopnya langsung memutar bola matanya malas.
"Jangan salahin kakak dong! Salahin noh abang kamu. Kan yang harusnya jemput kamu tuh dia, bukan kakak" Tunjuk Seokjin ke Soobin yang tengah berkutat dengan buku buku pelajaran yang Nadien yakini pasti tentang ilmu kedokteran.
Yap! Nadien ini punya dua kakak laki laki dan dua duanya itu bercita cita jadi dokter. Bedanya Kak Seokjin ini menjadi Dokter Onkologi sedangkan kak Soobin memilih menjadi dokter anak.
Fyi, Dokter Onkologi itu adalah bidang kedokteran yang khusus menangani pengobatan dan pencegahan penyakit kanker.
"Dih?! Kan aku juga lagi sibuk! Lagian ada aplikasi ojek online tuh digunain bukan cuman buat banyakin aplikasi!" Sahut Soobin tapi matanya masih fokus sama buku yang dia baca. Nadien berdecak sebal lalu duduk disamping kakak pertamanya itu.
Orang tua mereka berada di luar negri, sibuk sama pekerjaan mereka di Australia. Jadilah Nadien tinggal bersama kedua kakaknya disini. Dan jujur saja dia merasa kesepian walaupun punya dua kakak yang mulutnya kadang minta di ruqyah tetep aja dia juga butuh figur seorang ayah dan ibu.
Nadien melirik ke arah laptop kakaknya, banyak banget istilah istilah kedokteran yang udah pasti dia ga ngerti. Tapi yang Nadien tahu ini semua pasti ada hubungannya dengan Kanker.
Tiba tiba telpon kak Seokjin berdering, pemuda itu segera mengambil ponselnya lalu menerima panggilan tersebut. "Halo?"
"......"
"Oh iya, benar itu namanya. Kamu udah nyari dia?"
"...."
"Sekolah dimana dia?"
"...."
Seokjin sontak melirik Nadien sekilas, gadis itu ga sadar karna sibuk sama ponselnya.
"Baiklah, terima kasih atas bantuannya"
Seokjin mematikan sambungannya lalu menghela napasnya. Dia merogoh tas kedokterannya bersamaan dengan Nadien yang bangkit dan berjalan menuju kamarnya.
"Nadien tunggu!"
Nadien berhenti lalu menoleh. "Kenapa kak?"
"Kamu kasih ini ke temen kamu"
Nadien menatap amplop putih yang di sodorkan kakaknya itu, temennya? Siapa?
"Siapa kak?"
"Kamu baca aja, ada namanya disitu. Kamu suruh dia temuin kakak hari minggu ya"
Nadien yang gamau ambil pusing langsung menerima amplop itu lalu mengangguk, setelahnya dia langsung pergi ke kamarnya. Capek banget dia karna nungguin kakaknya yang lama jemput dia di Mall tadi.
Adel merasakan badannya pada sakit semua terutama kepala bagian belakangnya, lagi lagi ayahnya kembali berulah. Adel gatau kalo semalam sang ayah pulang dengan keadaan mabok dan langsung mendorongnya hingga jatuh dan membentur dinding kenceng banget.
Walaupun masih agak sakit dia memaksakan diri untuk berangkat sekolah hari ini. Dia udah rapih jadi tinggal berangkat, Sunoo udah ngechat dia beberapa menit yang lalu buat ngasih tau kalau dia udah sampai di depan rumah Adel.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕊𝕋𝔸ℝ𝕊 | 𝕂𝕀𝕄 𝕊𝕌ℕ𝕆𝕆
Fanfiction"𝐊𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐝𝐢𝐬𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐦𝐢𝐥𝐢𝐡 𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐥𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐛𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠, 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐦𝐚𝐮 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐚𝐩𝐚?" "𝐥𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭" "𝐤𝐞𝐧𝐚𝐩𝐚?" "𝐤𝐚𝐫𝐧𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡 𝐛𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤...