10. Two-faced

57 11 0
                                    


Setelah menyelesaikan semua kelas hari ini, Doyoung bergegas pulang untuk bekerja paruh waktu di cafe paman Oh. Salah pahamnya dengan Jaehyun sudah berakhir, Doyoung masih memiliki banyak waktu untuk mengisi uang hariannya. Beruntung paman Oh tidak memberlakukan shift kerja bagi Doyoung. Tapi meskipun begitu, Doyoung akan selalu meminta izin apabila ia tidak bisa hadir.

Sret

Brak

Seseorang tiba-tiba menyeret Doyoung dan membawanya ke suatu ruangan kemudian menutup pintu dengan tergesa-gesa.

"Apa yang-"

"Shhuutt." dia menutup mulut Doyoung dengan telunjuknya, "Jangan keras-keras, nanti ketahuan orang." 

Ia membuka sedikit gordeng pada ruangan tersebut untuk melihat keadaan di luar.

"Sekarang apa?" Doyoung kembali bersuara.

"Lukamu harus di obati." ia membawa sebuah kapas yang sudah di campur dengan antiseptik.

"Aku akan melakukannya sendiri." Doyoung membawa kapas itu dari tangannya.

Doyoung mengoleskan antiseptik itu pada sudut bibirnya yang terluka karena pukulan  Jaehyun.

"Apa yang terjadi?" dia kembali bersuara.

"Tidak ada." singkat Doyoung yang masih mengobati lukanya.

"Tidak ada bagaimana? Kamu di pukul sama dia, mana mungkin gak terjadi apa-apa." sekarang ia yang meninggikan suaranya.

"Kamu bilang jangan terlalu keras." Doyoung memperingatinya santai.

"Ohh-" ia menutup mulutnya.

"Jadi apa yang terjadi? Apa Jaehyun tahu sesuatu? Atau Jaehyun mengikuti kita malam itu? Atau-"

"Nam Gyuri!"

Doyoung menekan kalimatnya untuk menghentikan Gyuri yang terus saja bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Ini hanya masalahku dengan Jaehyun, kamu tidak terlibat di dalamnya. Jadi berhentilah bertanya." Doyoung membuang kapas itu kemudian bergegas keluar.

Namun ia berhenti saat memegang gagang pintu, "Hitung sampai 100, baru kamu keluar." sambungnya kemudian keluar dari ruangan tersebut.

"Hish." dengus Gyuri.

"Ah tapi syukurlah jika Jaehyun tidak tahu." ia menghembuskan nafas lega, "Tapi apa masalahnya dengan Jaehyun?"

Gyuri mengangkat kedua pundaknya menandakan tidak ingin peduli dengan masalah dua orang misterius itu.

"Huft.." Gyuri bersandar pada dinding, "satu, dua, tiga, empat, lima ..."

-

"Astaga Gyuri kemana sih?!" Soo-yeong uring-uringan.

"Masa ke kamar mandi lama banget, mana gaboleh ikut lagi." ia terus bergerutu.

"Atau jangan-jangan...(?)" 

Soo-yeong segera berbalik setelah pikiran buruk tentang Gyuri datang pada otaknya, namun-

"Kemana?"

"Astaga!"

Gyuri sudah berada di belakang Soo-yeong saat ia berbalik untuk menyusulnya.

"Kenapa lama banget si?" Soo-yeong bertanya dengan nada kesal.

"Sakit perut." bohong Gyuri, "Dah ayo pulang." Gyuri menggandeng tangan Soo-yeong.

Mereka berjalan menuju parkiran dengan sedikit melompat-lompat seperti dua anak kecil  yang baru saja keluar dari tadika. Hal tersebut sangat sering mereka lakukan saat masih duduk di sekolah menengah atas, keduanya akan berjalan seperti itu saat menuju halte bus untuk pulang. Semakin beranjak dewasa mereka memang jarang melakukan hal tersebut, tapi tidak berarti melupakannya.

IN SAINS | KIM DOYOUNG ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang