15. Part of the plan

50 7 0
                                    


"Soo-yeong ini gimanaa" 

Gyuri terus merengek pada Soo-yeong tentang marahnya Doyoung pada dirinya. Ia dan Soo-yeong berada di depan ruangan Prof. Kim, namun beliau tidak ada disana, kata satpam sudah pulang.

"Ya- gimana gue juga bingung," Soo-yeong menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "ini masalah nilai, bakal agak susah ngebujuknya"

"Justru ituu" Gyuri kembali merengek.

Gyuri sangat takut Doyoung akan menjauh darinya karena masalah ini, dia sangat membutuhkan Doyoung di beberapa hari terakhir. Namun ia salah dengan mendebatnya di cafe paman Oh dan saat praktek di laboratorium.

Ia pikir Doyoung akan datang untuk menghiburnya saat ia kembali ke rumah setelah kejadian mengerikan itu. Tapi Doyoung tidak menyusulnya, sebab itulah ia mengeluarkan seluruh kekesalannya dengan mendebat Doyoung di cafe paman Oh.

Serumit itu memang perasaan perempuan.

Hujan mengguyur kota sore itu, langit seolah tahu tentang kesedihan Gyuri. Ia masih berada di kampus, Soo-yeong mengajaknya untuk pulang bersama tadi, namun ia menolak. Katanya ia akan pulang dengan bus.

Gyuri sudah mengirim pesan pada Doyoung, ia menanyakan keberadaannya. Namun sudah bisa di tebak, Doyoung tidak membalasnya.

Gyuri hanya bisa menunggu, ia tidak mau terus mengirim pesan dan membuat Doyoung risih.

"Kamu gak sepenuhnya bersalah dalam hal ini" suara berat yang datang ditengah berisiknya hujan membuat Gyuri tersadar dari lamunannya,

 "dia juga salah, dia gak pernah periksa laporan yang kamu buat." sambung Jaehyun, si suara berat itu.

"Tapi dia berbohong pada Prof. Kim" Gyuri menyaut.

"Berbohong?" Jaehyun tidak mengetahui akan hal ini.

"Dia bilang dia yang menyusun laporan, menyelesaikan laporan dan dia juga yang mencetaknya, padahal-" kalimat Gyuri terhenti, ia tersendat karena berusaha menahan air matanya.

Jaehyun terdiam, ia ikut merasakan kegelisahan Gyuri.

"..aku melihatnya, Prof. Kim sangat marah tadi"

Air mata Gyuri menetes.

Jaehyun memberikan sebuah sapu tangan pada Gyuri, "Itu udah terjadi, udah jangan di inget-inget lagi,"

Gyuri menerima sapu tangan tersebut,

"itung-itung nguji mental dia, dia baru kali ini kena marah sama gurunya" Jaehyun sedikit tersenyum.

"Maksud kamu?"

"Selama dia sekolah, dia ga pernah kena marah guru" Jaehyun memasukan lengannya pada saku celana, "se-teladan itu memang"

Gyuri hanya mengangguk, ia rasa hal seperti itu memang benar adanya.

"Kamu tau sekarang dia ada di mana?" tanya Gyuri.

"Paling lagi di cafe paman Oh"

Benar! Kenapa cafe paman Oh tidak terpikirkan oleh Gyuri. Doyoung pasti ada di sana.

"Jangan kesan-"

"Makasih Jaehyun!

"Gyuri jangan ke sana!"

Belum Jaehyun selesai berbicara, Gyuri sudah berlari menerobos hujan untuk menyusul Doyoung.

Jaehyun berdecak, "Kamu ga bakal berhasil dengan cara ini Gyuri."

Gyuri berlari secepat mungkin, tidak peduli dengan hujan yang turun semakin deras. Ia bersikeras untuk mendapatkan maaf dari Doyoung hari ini juga.

IN SAINS | KIM DOYOUNG ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang