04. Empiris

76 13 2
                                    

"Lee Young-ae."

Ia memanggil seorang perempuan.

Perempuan itu menoleh, "Ada apa?" dengan nada sinis, "Bisa bayar hutangmu sekarang?" ia mengeluarkan smirk

"Ini uangmu." ia melempar amplop berwarna coklat pada lawan bicaranya.

Ia mendekat pada perempuan tersebut, "Aku pastikan ini adalah hutang terakhirku." ia berbisik.

Perempuan itu menatapnya sinis.

Sleb

"Hah?!" ia terbangun dari mimpinya, "Astaga" gumamnya ketakutan.

.

Hari mulai pagi, cahaya matahari mulai memasuki setiap celah di kamar Gyuri membuatnya mengerjap karena silau.

Setelah melalui beberapa tahap untuk menjadi mahasiswa, hari ini adalah hari pertama Gyuri untuk menerima materi dari para dosen. 

"Hoam~" ia bangun dan menggeliatkan tubuh, mengucek mata, kemudian terdiam diatas kasurnya. Hal itu begitu saja dilakukan setiap kali bangun tidur.

Drrt Drrt Drrt..

Suara dari handphone mengganggu kegiatan melamun Gyuri, "Ck, kenapa Soo-yeong semangat banget sih?" gumamnya ketika melihat nama Soo-yeong berada di layar kaca handphone nya.

"Halo." suara Gyuri masih terdengar lemah.

"Lo baru bangun?" Soo-yeong sangat bersemangat disebrang sana.

"Hm.." berbeda dengan Gyuri disini.

"Buruan mandi! Gue udah siap tinggal berangkat, masa lo baru bangun sih!" 

Pip.

Ah suara nyaring Soo-yeong sangat tidak enak didengar dipagi hari, sebab itulah Gyuri langsung memutuskan panggilan, tidak peduli Soo-yeong mengumpat disana.

Gyuri beranjak dari kasurnya dengan langkah gontai, ini hari pertamanya masuk sekolah lagi setelah sekian lama lulus dari SMA. Orang lain mungkin akan sangat semangat seperti Soo-yeong, tapi tidak dengan Gyuri, menurutnya tidak ada yang spesial dari sekolah. Kecuali dia sekolah balet.

Siap dengan sweater berwarna pink dan celana jeans hitam, tas selempang kemudian memangku buku ditangannya. Sudah seperti mahasiswi bukan?

"Selamat pagi Ibu." ia tergesa-gesa setelah turun dari kamarnya menuju ruang makan. 

Disambarnya satu roti berselai strawberry kemudian bergegas pergi, "Aku berangkat, dah Ibu, Chenle."

"Gyuri habiskan sarapanmu dulu!" teriak Ibu Suhyun namun tidak bisa mencegah Gyuri yang sudah menjauh.

Sementara sang adik hanya menggelengkan kepalanya, ia juga tengah menyantap sarapan paginya dan sudah siap untuk berangkat menuju sekolah. Tapi entah apa yang membuatnya begitu santai.

"Chenle, habiskan makananmu jangan seperti Kakakmu." Ibu Suhyun beralih pada Chenle ketika Gyuri sudah tidak terlihat.

"Aku selalu menghabiskan makanan." 

"Anak pintar."

-

"Hah-hah-hah!" Gyuri berhenti sejenak dari larinya, "Hah astaga, kenapa lari sih? Buat apa ada supir dirumah." ia menepuk jidatnya, 

"Astaga." kesalnya kemudian lanjut berlari.

Gyuri sudah sampai di halte bus, untunglah bus belum datang jadi ia bisa sedikit mengatur nafasnya.

Lagipula apa yang membuat Gyuri sangat buru-buru? Padahal tadi dia sangat santai.

"Ini semua gara-gara Soo-yeong." Gyuri mengeratkan gigi-giginya mengingat pesan dari Soo-yeong setelah dia selesai mandi.

IN SAINS | KIM DOYOUNG ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang