"Dari mana aja kamu? Jam segini baru pulang? Barang-barang kamu udah dipindahkan ke rumah mama?"
Bima bertanya dengan mata yang masih fokus ke laptopnya. Ini yang Syakila tak sukai, Bima yang tergila-gila dengan pekerjaan bahkan kadang mengabaikannya sendirian.
"Ya, aku pindah."
Jawab Syakila ketus, Sebenernya Syakila malas pulang lagi ke sini, namun ada beberapa hal penting yang tak terbawa olehnya.
Bima menutup laptopnya, menatap wanita yang memasukan beberapa barang miliknya ke dalam tas kecil yang ia sangkut di tubuhnya.
"Perlu aku antar?" Bima bertanya namun Syakila nampaknya tak menggubris sama sekali perkataan Bima.
"Selama aku kerja, kamu ke mana aja?" Bima mencoba bertanya.
"BISA DIAM GAK?! AKU MUAK LIAT KAMU!" Syakila berkata dengan tegas, kilat matanya terlihat sangat marah.
"Aku cuma tanya, lagipula dari tadi kamu sama sekali gak liat muka aku, tuh." Bima mencoba berkata dengan lembut padanya, mungkin karena hormon ibu hamil Syakila jadi cepat terbawa emosi.
Syakila berjalan cepat meninggalkan kamarnya. Bima menghela nafas, jujur dirinya merasa sangat lelah karena kantor sedang tidak baik-baik saja, namun meski dirinya lelah Syakila masih tanggung jawabnya, jika tak mau diantarkan secara langsung setidaknya dia mengikuti dari belakang, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tak baik membiarkan wanita pergi sendiri menggunakan mobil, apalagi ia sedang hamil.
Bima tak langsung mengikutinya, takut jika Syakila tahu dia mengikutinya malah membuat mereka terlibat cekcok.
Setelah mobil Syakila pergi meninggalkan pekarangan rumahnya, barulah Bima mengambil kunci mobil dan mengikuti mobil Syakila dari belakang.
"Ragu aja, semalam dia abis berantem sama ibunya, masa iya nekat pindah ke sana. Syakila itu keras kepala." Bima berkata pelan sambil memijit keningnya yang terasa pusing.
Dugaannya benar, Syakila membelokkan mobilnya membuat Bima bingung, ini sama sekali bukan jalan ke rumah orang tua Syakila, namun ini adalah jalan ke arah rumah Kenzo.
"Benar-benar tak bisa dipisahkan, ya?"
Bima berkata sambil sedikit tertawa, menahan rasa sakit yang ada di hatinya. Namun lagi-lagi dia menyalahkan diri sendiri, mungkin karena kurangnya perhatian darinya, Syakila berubah.
"Orang akan mencari tempat nyaman, saat rumah yang dipijak tak lagi memberikan perlindungan."
Bima menghapus air matanya, menatap nanar keluar jendela, lalu kembali fokus menyetir.
Seharusnya jika dua orang itu saling mendambakan satu sama lain, seharusnya mereka memperjuangkan. Bukan malah saat ada hati lain yang harus dijaga, mereka menghianatinya. Lalu mereka mencari kebahagiaan yang terbaik untuk keduanya, mengabaikan hati yang harusnya dipertahankan tapi malah disia-siakan demi kebahagiaan mereka saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My sweet doctor 2 [SEGERA TERBIT]✓
Novela Juvenil[Baca Rewrite terlebih dahulu!] Awalnya manis, tapi semuanya berubah saat sebagian mimpi itu menjelma menjadi nyata. Mimpi yang paling menyeramkan itu kini terjadi. Aku dan kamu yang awalnya baik-baik saja, berubah menjadi dua orang yang saling diam...