TRHIY-2A

1.1K 126 16
                                    

Cerita sebelumnya ada di google playbook guys.

Cerita sebelumnya ada di google playbook guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading
Maaf kalau banyak typo
***

Elsa akhirnya kembali ke Jakarta usai menghabiskan weekend-nya di kampung halaman. Acara yang dimaksud olehnya adalah pernikahan saudara, ia hadir sebagai pihak mempelai laki-laki. Dimana dalam resepsi yang digelar di gedung salah satu hotel, ia menjadi salah seorang yang dirias dan diharuskan mengenakan kebaya jarik serta sanggul.

Adat jawa yang masih kental disana membuatnya harus rela rambut panjang hitam yang terawat untuk disasak. Tentu kecewa dan kesal, tapi apa daya, untuk mendapatkan riasan sempurna menurut sang penata rias rambutnya harus melewati proses tersebut.

"Kenapa muka ditekuk begitu, pengin abang cium? Habis dari kampung kenapa begitu?" Aji penasaran dan bertanya lebih dulu, sebab pagi ini tak mendengar sapaan salam dan selamat pagi dari si Elsa. Kantor masih sepi, hanya beberapa yang datang, dan menurutnya saat yang tepat untuk menggoda Elsa.

"Ngga usah kepo, kaya Dora. Ngga usah julid,  kaya lambe turah. Urus masalah lo sendiri!"

Sabar. Sabar.

Benarkan apa yang Aji katakan, bidadadi di hadapannya ini beraura gelap. Tak terlihat kedatangannya, suara Reta tiba-tiba muncul. Menghancurkan sudah rencana Aji yang ingin pendekatan. Sialan!

"Kenapa si lemes banget? Dijodohin lo di kampung?"

"Enak aja! Nih rambut depan gue jelek banget kaya sapu ijuk. Kaku."

Mengalirlah cerita Elsa pada Reta-sang sahabat baik dengan kekesalan yang tak ditutup-tutupi. Hingga kemudian menjadi bahan pembicaraan lagi di meja makan kantin saat makan siang.

"Ya ampun, ngga perlu kesel sampai diiket juga rambutnya begitu kali." Aji merespon cerita Reta tentang Elsa yang sedang duduk tenang menyantap makan siang. Elsa sendiri sebenarnya sedang malu, karena merasa semua mata tengah menatapnya intens.

"Ah dasar ngga tahu perasaan cewe lo." Balas Reta kesal.

"Tapi dengan rambut yang diiket begini, Elsa kelihatan beda loh. Makin enak dilihat." Puji Damar yang duduk di sebelah Aji. Semua  mengangguk, bermaksud menghibur salah satu rekannya yang sedang tak bersemangat. Terlihat sekali, Elsa seperti tak bernyawa pagi ini hanya gara-gara rambut disasak.

Jika semua pria menyetujui apa yang Damar katakan, pria pendiam lain justru berbeda. Ia mengatakan sesuatu dalam hati. Menyimpannya untuk dirinya sendiri. Kali ini ada sinkronisasi antara pikiran dan hati. Iya yakin dengan kalimatnya. Membantah apa yang Damar katakan, Edo tak setuju jika Elsa makin enak dilihat. Bukan, Elsa makin cantik dengan rambut yang diikat.

Namun dasar pengecut, dia hanya diam.

"Lusa tanggal 21 kan merah. Kita mau ke pantai. Kalian bisa ikut?" Kembali Aji memulai perbincangan.

The Real Home Is You 2 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang