TRHIY-6A

912 115 10
                                    

Happy sunday

***

Sebenarnya Elsa tidak tahu kenapa setelah suaminya memanggil dan diapun naik ke atas, belum ada permintaan. Yang ada hanyalah menemani si pria cepak ini yang sedang membuka email satu persatu. Elsa duduk di samping kiri Edo sambil merebahkan kepalanya di bahu penuh kekuatan itu.

"Mas mau minta tolong apa?"

Akhirnya Elsa bertanya setelah menunggu selama sepuluh menit Edo hanya diam.

"Hmm?"

"Tadi Mas manggil Elsa suruh cepetan naik, kenapa?"

"Ngga kenapa-kenapa." Jawab pria itu acuh, masih memeriksa file laporan yang terpampang jelas di layar laptopnya. Bahkan untuk sekedar menengokpun tidak Edo lakukan. Wajah kaku dan serius yang saat ini nampak, entah kenapa tidak membuat Elsa kecewa. Wanita ini justru berdebar tiap kali melihat sang lelaki yang sudah memutuskan mengambil tanggung jawab ayah tengah serius, dan itu nampak sexy.

Ah, netra indah Elsa mendadak terbelalak kaget. Ia diam-diam berpikir, apa mungkin Edo memintanya untuk naik agar Elsa tidak perlu berhadapan dengan Ibunya? Agar Elsa tidak mendengar kalimat-kalimat protes dan nasehat yang sudah perempuan paruh baya itu siapkan jauh-jauh hari? Jika iya, Elsa sangat tersentuh.

"Nanti ya sayang, Mas belum selesai."

Reflek Elsa mundur perlahan, dengan rasa malu yang tertahan. Ia baru saja melakukan hal yang memprovokasi sang suami, efek terlalu senang jika Edo benar melakukan hal tadi. Wanita manja ini beberapa detik yang lalu menyurukkan wajahnya ke arah leher Edo. Bibirnya bergerak memberi sentuhan pada kulit sensitif lelaki berkulit coklat miliknya. Belum lagi tangan yang bergerilnya bergerak naik turun di dada Edo. Seperti undangan terbuka untuk merayakan pesta kenikmatan.

"Sabar ya," imbuh Edo, kali ini pria itu menoleh dan menyematkan kecupan di pipi Elsa sampai menimbulkan bunyi. Kemudian dalam hitungan detik, ia kembali dalam mode normal guna menyelesaikan pekerjaan. He is strong man, atau dia sebenarnya pura-pura kuat dalam menahan godaan?

"Ibu kok kaya ngga suka sama El lagi?" Rengek perempuan manja itu dengan tingkahnya yang lagi-lagi harus membuat Edo sabar.

"Kata siapa?"

"Keliatan dari tindakannya Mas."

"Tapi kalau telfon, Ibu selalu tanya kamu lebih dulu daripada Mas. Itu artinya apa coba?"

Ih, masa ngga bisa bedain si? Ibu tanya tentang Elsa pasti karena pengin tahu kesalahan apa yang menantunya lakuin hari ini. Bukan karena suka.

Elsa diam, memberengut tidak suka. Sampai kapanpun Edo akan selalu meletakkan Ibunya di atas segalanya. Walaupun Elsa tahu, pria wangi di sampingnya ini juga memperlakukannya begitu baik. Mencoba untuk tidak berat sebelah.

"Kapan kita ke Bandung lagi?" Tak ingin berlama-lama membahas topik yang berhubungan dengan sang mertua, Elsa memilih bertanya tentang agenda bulanan mereka.

"Belum tahu, Minggu ini ada pertandingan voli."

"Ihh kan masih pandemi, ngga boleh berkumpul." 

"Ngobati kangen."

"Terus kalau El keluar sendiri sama Reta kenapa ngga boleh?"

"Kalian berdua lebih banyak ngomongin orang daripada diskusi tentang diri kalian sendiri. Mending kamu di rumah ngurusi Mas."

"Emang Mas sama temennya ngga begitu? Paling juga ngomongin cewe-cewe seksi! Ngomongin dadanya yang gede-gede."

"Berarti kamu harus ikut, biar tahu apa yang Mas omongin."

The Real Home Is You 2 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang