Bersikaplah biasa saja

551 93 7
                                    

"Kirana, ayo kita ke kantin" Ajak Rara menghampiri mejaku.

Cih, mengajakku ke kantin? Yg benar saja, dulu dia tidak pernah mau bicara denganku, sekarang dia malah sok akrab begini.

"Ga, pergi sana." Kataku dengan wajah tak suka dan gaya bicara yang ketus. Terdengar suara helaan nafas keluar dari mulut Rara, setelah itu dia tidak menyahut lagi dan langsung melengos pergi.

Aku melanjutkan kembali tidurku dengan sebuah earphone yang menempel di telinga.

Baru 2 menit aku memejamkan mata, tiba tiba ada tangan yang menyentuh pundakku, kegiatan tidurku jadi terganggu lagi. Aku menegakan badan dan melihat siapa yang sudah mengganggu waktuku.

"Eum, m-maap aku ganggu, t-tapi...kamu tadi, itu anu dipanggil sama guru- em, wali kelas ke k-kantor, buat..._

"Heh! Kau ini bicara apa?" Kataku kesal karena dia berbicara kurang jelas.

"A-

"Apa?"

Sosok di depanku, perempuan dengan rambut sebahu dan tubuhnya lebih kecil daripada aku terlihat gugup, ia bahkan menelan ludah dengan susah payah.

Aku tau siapa dia, Anis. Nama panjangnya adalah Anisa fatmahari. Orang² dikelas memanggilnya Nisa, tapi aku lebih suka memanggilnya Anis. Dia pendiam dan sangat lugu, tapi aku menyadari dia sedang berusaha mengubah sifat pendiamnya itu. Terlihat dari bagaimana penampilannya dan siapa saja temannya.

"Ada apa?" Akhirnya aku sendiri yang bertanya, daripada dia yang berbicara panjang lebar.

"I-itu kamu..

"Ada yg manggil?"

"I-iya.."

"Siapa?"

"Wali ke__

"Oke"  sebelum Anis menyelesaikan kalimatnya, aku sudah lebih tau apa yang mau dia katakan. Aku tidak suka karena dia berbicara terlalu lama, terlalu gugup.

Aku berjalan meninggalkannya, namun berhenti di pintu keluar. Berdiri disana sebentar, kemudian membalikkan tubuhku mengarah ke arah Anis. Anis masih berdiri disana sembari menundukkan wajah. ... Terlihat sedih.

"Anis.." panggilku pelan.

Padahal aku hanya memanggil Anis, tapi orang orang di kelas malah ikutan melihat ke arahku.

Aku maklumi karena aku memang jarang berinteraksi dengan orang lain. Aku jarang memanggil orang lain duluan.

Anis mendongak dan pupil matanya sedikit membesar.

"I-iya?"

"Makasih infonya" kataku dengan senyum setipis mungkin. Mungkin orang yang dipojokan sana tidak melihatku tersenyum, tapi orang yang tidak jauh dariku menyadarinya. Melihat dari reaksinya yang terkejut.

Anis sendiri, dia bahkan sudah menutup mulutnya yang ternganga.

Setelah itu aku melanjutkan kembali tujuanku untuk mendatangi kantor guru.

Diperjalanan aku mendengus pelan.

Hanya begini saja, mereka ini terlalu berlebihan.









Oke, jangan lupa tekan tanda bintang, dan tinggalkan jejak komentar yaa. Makasih untuk yang sudah mendukung🙏😂








DEPRESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang