Serangan panik

110 16 0
                                    

Hoekkkkkkk

Hoekkkkkkk

Uhuk!, sssshh

"Hah...hah....hah..." nafas cewek itu memburu. Tangannya bergetar. Beberapa detik dia tertegun melihat wajahnya sendiri.

Menyedihkan.

Malu sekali rasanya saat orang lain tau dirinya bermasalah, ada yang tidak normal, dan sorot mata sialan ini... selalu tampak menyedihkan dan menyedihkan.

Hiks...

Ingin sekali rasanya menangis saat ini juga, tapi terkadang air mata ini justru enggan untuk bisa keluar.

"Gue masih gak nyangka kalo gue kena gangguan." Ungkap gadis berparas cantik yang sayangkan kecantikan itu tersamarkan oleh kondisi wajahnya yang kurang sehat.

Pucat. Ada lingkaran hitam di bawah matanya. Kulit wajahnya tampak kering.

Stress.

Cewek itu merogoh tasnya dan mengeluarkan sesuatu di sana.

Obat.

Tanpa basa basi ia segera meminum beberapa butir pil obat yang bahkan ia sendiri tidak menghitung jumlahnya karena terburu buru memasukannya ke mulut.

Tidak ada waktu untuk melakukan hal itu. Karena tidak ada air mineral, cewek itu cuma meminum sedikit air keran di dekatnya guna menetralisir rasa pahit.

Persetan dengan air mentah. Ia tidak peduli.

Ia ingin serangan paniknya ini segera menghilang secepatnya.

Sekali lagi, cewek itu menatap kembali pantulan dirinya di cermin. Mengamati penampilan dirinya yang lagi lagi di anggap begitu menyedihkan olehnya.

Sejak kejadian beberapa menit sebelumnya.Serangan panik itu datang tiba tiba.

Ia tau apa alasan di baliknya. Ia terkejut. Lantas segera melarikan diri ke kamar mandi karena dia tau dia akan muntah saat semuanya memburuk.

"Sampai kapan..." Cewek itu menunduk menatap kedua tangannya yang gemetar. "Sampai kapan gue kayak gini?"

Entah pertanyaan untuk siapa. Cewek itu  berekspresi aneh. Antara kesal dan frustasi.

Suara air keran yang tak sempat ia matikan memenuhi seluruh bagian ruangan yang pengap nan sempit.

Lagi. Cewek itu mendongak dan melihat bayangan dirinya sendiri dalam cermin . Lantas tersenyum keji di ikuti pandangan jijik. "Gue ngerasa di kutuk lahir di tubuh sialan ini, cuih!" Ia membuang ludah, jijik.

Sialan, benar benar menyesakkan. Hah..

Ia mengatur nafasnya sebentar sebelum bersiap siap untuk kembali keluar. Tangannya bergerak merapihkan rambut dan pakaiannya. Sembari merapikan, dia sempat melamunkan sesuatu.

Yang jelas sangat mengganggu pikirannya saat itu.

Gue ngerasa akan ada hal yang lebih buruk dari ini, mungkin...fase gue buat menderita emang beneran udah di mulai..

Hufttt

Selalu ada babak baru dalam kesulitannya. Seolah memang cuma itu peran hidupnya disini. Menderita dan menderita.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEPRESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang