monster

192 28 4
                                    

Pada akhirnya Kirana cuma bisa pasrah menerima takdirnya. Dia cuma bisa berdoa dan berharap agar semuanya cepat berlalu, terlupakan.

Terjebak disini rasanya tidak seperti dulu lagi. Benci, putus asa, marah. Semuanya sudah biasa.

Rasa yang kini menjebaknya cuma satu. Bosan

Yeah...

"Aku seperti membuat kesepakatan dengan mental ku, membuat perjanjian dengan menerima diriku apa adanya. Jika semuanya sudah ku lakukan.. selanjutnya, aku cuma tinggal menunggu giliran ku tuk mendapatkan hadiah. Seperti.. hidupku menjadi lebih baik, mungkin."

Ucapan Kirana yang terdengar santai membuktikan jika dirinya memang telah berdamai dengan depresinya.

Kini dia lebih menerima.

Tapi perlu di ingat lagi, Kirana juga manusia. Untuk kali ini dia mungkin bisa bersabar, tidak tau kedepannya. Kan?

Apa perlu di tekankan lagi kalau sekarang saja Kirana mengatakan jika saat ini dia merasa bosan?

Demi mengusir rasa itu, Kirana mencoba aktivitas yang sangat disukainya. Yup! Membaca komik.

"Ah...sialan! aku membuang semua buku komik ku." Katanya sembari mengobrak-abrik rak bukunya yang hanya di penuhi kertas coretan tak terpakai dan sampah makanan.

Mendekam di kamar yang berantakan selama beberapa hati tidak membuatnya merasa risih. Ia sudah biasa. Kirana memang orang yang pemalas kalau urusan 'bersih-bersih'

Capek mencari kesamaan kemari, Kirana akhirnya menyerah. Berdiri diam sembari berpikir sebentar. "Beli aja deh."

*****

Aroma buku cetak langsung menusuk Indra penciumanya. Sudah lama Kirana tidak kesini. Toko rental komik yang dulu sering ia datangi ternyata tidak banyak berubah.

Tch,

Kirana segera menyusuri rak yang berjajar rapi. Ia ingin cepat cepat mencari buku yang akan di belinya lalu kembali pulang.

Malas rasanya berada di luar rumah yang hanya di penuhi oleh orang berisik. Hm?

Tapi, di dalam rumah juga sama malasnya.

Baiklah! Kirana akan baca komik di sini saja. Itung itung moodnya sedang 'stabil'. Toh, rental hari ini juga lumayan sepi.

Baik, ayo kita pilih!

Gezzz

Ini yang paling tidak Kirana sukai. Harus memilih satu diantara banyaknya buku komik yang lain.

Astaga! Kirana suka semuanyaa!

"Oke ini aja." Akhirnya Kirana memilih salah satu komik berjudul sailor moon untuk di bacanya disini, juga memilih beberapa komik bergenre horor untuk di bacanya di rumah.

Let's read!

*****

Empat..

Lima..

Enam..

Astaga, kenapa lama lama banyak orang yang berdatangan sih? Kirana mulai tidak nyaman. Ia berusaha tetap fokus pada komiknya, namun ujung matanya sesekali tetap memerhatikan pintu masuk, menghitung setiap orang yang datang.

Kuatkan dirimu Kirana, mereka bukan monster. Ucapnya membatin.

"Anu..dek, boleh tanya sebentar?"

Kirana tersentak begitu pundaknya di tepuk pelan oleh pria paruh baya yang berbicara padanya.

"I-i-iya pak, a-ada apa ya?" Kirana gelagapan. Gugup. Berusaha mengontrol suaranya agar tidak terdengar kaku.

Ini hari pertama Kirana berbicara dengan orang asing.

"Anu dek, buku komik yang judulnya Dais di sini ada gak ya? Saya udah cari cari gak ketemu."

"Ko-komik a-apa pak?"

"Dais" katanya lagi. Kirana Lola mendengar judul komik berbahasa Inggris yang di sebutkan dengan menggunakan aksen Jawa yang kental.

"Maksud bapak 'Dice' "?  Ucap Kirana meralat.

Pria tersebut menggangguk. "Iya, itu."

"a-saya..gak tau pak ."

"Masa sih gak tau? Jangan bohong dek" Katanya tak percaya.

Kirana mengangguk. "Bener pak, saya gak tau"

"Saya butuh buat anak saya nih, Tolong cariin lah dek!" Kekeuhnya tetap maksa.

Kirana meringis, pria ini
ngotot.

Kirana menarik nafasnya kuat kuat. "Pak, saya gak tau, bukanya... Bapak, bisa tolong sama petugas toko disini ya, pak?" Masih cukup gugup. Kirana benar benar kurang bisa mengontrol suaranya.

"Aduuuhhh! Dasar! kalau gak mau nolong ya bilang!" Teriaknya marah, membuat orang orang di dalam sana mulai menatap ke arah mereka.

Kirana terbelalak. Terkejut dengan reaksi pria itu.

Masih memarahinya, pria itu bahkan mulai menyumpahinya dengan kata kata kasar.

Petugas toko juga mulai menghampiri mereka dan berusaha menenangkan bapak tersebut.

Kirana masih diam.

Dia tidak salah, bapak itu yang salah.

Apa bapak ini kurang waras? Dia seperti orang kesetanan.

"Sialan! Anak jaman sekarang gak ada  sopan sopannya! Di mintain tolong pada gak mau, brengsek!"

"Udah pak udah..sabar."

"Sombong! pasti nih anak gak di didik sama orang tuanya!"

Kirana menatap bapak tersebut tajam. Orang ini...benar benar-! Mulutnya sampah!

"Kenapa kamu! Melototin saya hah?!"

Kirana semakin menatap marah ke arah pria tersebut.

"Lo... Mati aja." Tunjuk Kirana pada bapak yg kini di depannya.

Perkataan Kirana membuat bapak tersebut naik pitam. "ANJING!! KURANG HAJAR! SETAN NIH ANAK!CUIH!"

Suasana semakin ribut.

Orang orang mulai berkerumun. Bapak tadi langsung di dorong menjauh oleh beberapa orang di dalam sana.

Kirana sendiri masih setia menatap bapak itu yang kini mulai menjauh, sumpah serapah masih tetap terdengar olehnya.

Tatapan Kirana beralih pada orang di sekitarnya, beberapa di antara mereka menunjukan pandangan aneh. Ada juga yang menatapnya sinis.

Mungkin ini akibat ucapannya pada bapak tadi.

Kirana mulai takut, rasa itu mulai merayapi dirinya.

Tatapan intimidasi orang orang, membuatnya sesak. Benar benar tidak nyaman.

Ternyata..

Kirana memejamkan matanya sembari bergumam lirih. "Mereka memang monster."

Cukup panjang juga ya?

Jan lupa vote dan comment nya! Ok?

DEPRESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang