Part 1: Tersesat

26 14 3
                                    

Semua nampak kacau. Kecelakaan baru saja terjadi beberapa jam yang lalu. Para remaja ini bahkan masih syok, tidak menyangka ini akan terjadi pada mereka. Beberapa dari mereka terluka parah. Tapi, yang lebih menyakitkan adalah saat mengetahui enam dari mereka tewas, termasuk supir bis dan keneknya.

Para remaja ini memilih menstabilkan tubuhnya. Ada yang memilih diam memperhatikan tempat sekitar. Beberapa dari mereka yang membantu mengobati teman yang terluka. Dan ada yang masih menangis. Antara merasa kehilangan dan ketidakperyaaan.

"Dar, udah. Nadia udah tenang di sana." Inshira mencoba menenangkan Dara yang kini kehilangan Nadia--sahabatnya yang tewas. Sebagian dari mereka juga masih merasakan sedih.

Agam menghela nafas. Dia bersyukur tidak terluka terlalu parah. Hanya keningnya yang terluka, entah terbentur apa. Tapi tetap saja, badannya sakit, terasa remuk.

Laki-laki itu mengamati sekitarnya. Sejak tadi dia buat bingung dengan kejadian yang barusan menimpanya bersama teman-temannya. Tidak ada tanda-tanda jejak bis jatuh, seperti jurang atau tanjakan tinggi di sekitar sini, kalaupun menabrak pohon, harusnya tidak sampai membuat bis terguling. Tempat ini pun hanya hamparan hutan dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi. Nampak aneh. Bahkan ini baru pertama kalinya dia menemukan hutan seperti ini.

"Kita harus pergi mencari pertolongan," ucap salah satu anak laki-laki berambut agak gondrong, mengalihkan perhatian teman-temannya.

"Kita tidak bisa pergi dengan keadaan teman-teman yang terluka Gam," kata Aziel menyahut.

"Ada yang terluka parah?" tanya seorang cowok berperawakan tegap. Sebelah lengannya terluka, namun sudah dibalut dengan kain. Matanya melihat satu persatu teman-temannya.

Satu orang cewek mengangkat tangan membuat Brian menatapnya.

"Gue dan Anes hanya terluka kecil di bagian kepala. Aya pinggangnya sedikit terkilir. Hanya Lea yang cukup parah, kakinya tergores cukup lebar," jelas Zanna. Bahkan dia masih sibuk mengobati kaki Lea di bantu Casha.

"Gue juga tidak terlalu parah. Hanya tangan yang luka. Tapi itu tidak apa-apa," timpal Adera.

"Aku dan Inshira juga. Hanya luka kecil di bagian punggung dan paha," sambung Arumi.

Brian terdiam. Kemudian mengalihkan pandangan ke arah teman-teman cowoknya.

"Hanya Sean yang sepertinya agak parah. Kepalanya daritadi berdarah terus," ucap Arkhan mewakili.

"Ini gak apa. Gue masih kuat," kata Sean mencoba tenang.

Hening. Brian menghela nafasnya kasar. Syukurlah hanya beberapa yang cukup parah. Padahal kalau dilihat keadaan bis yang hancur parah, bahkan ada enam korban tewas, kemungkinan mereka selamat kecil. Dan ini cukup membingungkan, tapi mungkin ini adalah sebuah keberuntungan.

"Kalau kita mau pergi sekarang buat cari bantuan, gue siap aja. Gue bisa jalan kok walau agak sakit," ucap Lea memecahkan kebingungan mereka.

"Gue setuju." timpal Abian.

Agam yang sedari diam bangkit dari duduknya.

"Kita pergi sekarang. Bawa perlengkapan kalian masing-masing. Kalian ada bawa apa?" tanya Agam.

"Gue ada bawa beberapa bungkus roti. Tapi gue gak tau entah masih ada atau enggak. Tas gue masih di dalam bis kayaknya," jawab Inshira

Agam mengangguk.

"Yang lain?" Kali ini Brian yang bertanya.

"Gue bawa beberapa botol air. Sama beberapa bungkus sosis kemasan," jawab Zanna

Teror Dunia SebrangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang