Harus berapa orang lagi yang mati? Harus berapa kali lagi mereka kehilangan? Apa tidak ada jalan ke luar dari hutan terkutuk ini?
Jeritan pilu terdengar jelas di keheningan malam. Lagi, mereka gagal menyelamatkan teman. Tidak perlu ditanya seberapa rasa sakit yang mereka derita.
"Dara ..." lirihan pilu dari Aneska membuat siapa pun yang menyaksikan akan merasa iba. "Dara! Bangun! Ayo kita pergi! Ayo, Dara!"
Aneska terus menggoyangkan tubuh tanpa nyawa di depannya. Darah sudah memenuhi tangan dan bajunya.
"Sabar, Nes. Dara udah nggak ada. Ayo kita pergi," ujar Arum.
"Pergi ke mana? Setelah Dara, mungkin gue yang akan mati." Tubuh Aneska bergetar hebat, gadis itu benar-benar ketakutan.
"Apa pun yang terjadi, kita harus bisa bertahan hidup di sini. Kami para laki-laki akan melindungi kalian. Ayo pergi!" ajak Sean. Ucapannya bagai hipnotis hingga membuat Aneska sedikit tenang.
"Tapi, Dara--"
ROOOAAMM
"Gue benci ngomong ini, tapi kita harus tinggalin Dara," ujar Agam.
Suara geraman yang semakin terdengar jelas disertai suara langkah yang kian mendekat membuat mereka terkesiap.
Lagi dan lagi, mereka terpaksa membiarkan mayat teman mereka di sana. Rasa tak rela terpaksa mereka kubur jauh-jauh. Saat ini, bertahan hidup dan saling melindungi menjadi prioritas utama.
Mereka berlari menjauh, mencoba mencari jalan ke luar dari hutan terkutuk ini. Sambil membawa senjata juga mata yang menajam ke arah sekitar, mereka siap menghadapi bahaya yang menyerang.
Tanpa menoleh lagi ke mayat Dara, Gama ikut berlari bersama temannya. Ra, aku bakal balas dendam.
ROOOAAMMM
Suara itu berasal dari dua arah. Sebenarnya ... ada berapa banyak monster di hutan ini?
Brian, Agam, Sean, Abian, Arkhan, dan Gama sudah bersiap di tempat. Dengan benda tajam di tangan masing-masing, mereka siap melawan monster.
"Bersiap di posisi masing-masing!"
Para perempuan mereka tempatkan di tengah-tengah. Biarlah mereka yang menjadi tameng.
ROOAAMMM
Cakaran itu berhasil dihindari Arkhan. Dengan cekatan, sebilah pisau sudah menancap di kepala sang monster. Sayangnya, itu tak begitu memberi efek penting. Pisau itu terus menancap tanpa bisa ditarik kembali.
Monter itu berubah ganas. Cakarannya menajam, lalu mengarah ke tubuh Arkhan. Arkhan yang tak siap, untungnya berhasil diselamatkan Abian.
"Jatah makanan lo buat gue, ya," ujar Abian. Bambu yang sudah dibuat runcing berhasil menahan serangan monster.
"Ogah! Nanti gimana kalo gue makin kurus kering?" sahut Arkhan.
Di saat seperti ini, dua sejoli itu bisa-bisanya bercanda. Tentunya, hal itu membuat Brian kesal.
"Heh, kalian! Berhenti main-main!" teriak Brian yang langsung dipatuhi keduanya.
Dengan gerakan cekatan, Abian bisa membalikkan keadaan. Dia mendorong bambu itu, membuat sang monster terdorong ke belakang.
"Mati!"
Crat!
Abian menusuk monster itu membabi buta di organ vitalnya. Tubuh monster itu terkulai tak berdaya. Cairan hijau mulai ke luar. Abian tersenyum penuh kemenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror Dunia Sebrang
FantasyPercayakah kalian dengan adanya dunia lain? Dunia luar yang mungkin tidak kita ketahui. Jika memang benar-benar ada, bukankah tidak mustahil bagi ciptaan Tuhan yang satu ini? Lalu, apa jadinya jika tiba-tiba kalian terjebak di dunia yang tidak kalia...