"Sean apa pendapat lo tentang desa ini?" tanya Agam.
"Desa yang aneh, gue udah curiga dari awal kita masuk. Gue perhatikan gerak gerik warganya, semuanya mencurigakan. Gue juga heran, kok bisa ada desa di tengah hutan gini? Apalagi hutan ini banyak monster dan mereka cerita sendiri seberapa ganasnya monster itu. Mereka juga bilang, monster itu kelaparan. Tapi anehnya monster gak nyerang desa ini. Desa yang jelas-jelas berdampingan dengan hutan tempat mereka tinggal," papar Sean panjang lebar.
"Kita juga sependapat sama lo, mangkanya kita bawa lo ikut kita, soalnya gue yakin banget di balik sifat tenang lo, ribuan teori ada di otak lo," ujar Brian menepuk bahu Sean.
Sean hanya tersenyum menanggapi pujian Brian, "Menurut gue ada 2 kemungkinan. Pertama, monster itu punya hubungan dengan desa ini, entah itu perjanjian, sebuah kerjasama atau yang lainnya. Atau warga desa di sini adalah monsternya," Sean kembali menjelaskan.
Kening Agam mengkerut, pandangannya menajam. Tidak ada kemungkinan yang baik, kedua kemungkinan yang Sean sebutkan semuanya buruk dan itu artinya mereka dalam bahaya. Bahkan menurutnya bahaya ini lebih besar dari bahaya yang mereka hadapi sebelumnya, melawan monster. "Apa yang mesti kita lakuin, Sean?"
"Pergi dari desa ini secepatnya, kemungkinan warga menolong kita untuk membawa kita pada kubangan bahaya yang lebih besar," ujar Sean. Raut wajahnya begitu datar. Auranya terasa mengintimidasi. Inilah Sean, tenang namun auranya menyeramkan di saat-saat seperti ini.
"Kalian ingin keluar dari desa ini?" Tiba-tiba dari arah belakang seseorang menghampiri mereka dengan sebuah pertanyaan yang sontak membuat mereka menegang. Sial, kenapa juga ada yang menguping.
Brian, Agam dan Sean berbalik, menatap orang itu datar. Mereka diam, memilih tak menjawab.
"Kenapa mengikuti kami?" Setelah beberapa menit dalam keheningan, akhirnya Sean angkat suara dengan aura dingin dan tatapan menusuknya. Jelas sekali ia menunjukan ketidak sukaannya.
Orang itu menggeleng, "Tidak, saya tidak mengikuti kalian. Dari tadi saya di balik semak itu, hanya saja kalian tidak menyadarinya. Saya juga tidak berniat menguping, hanya tidak sengaja dengar," paparnya.
Tentu ketiganya tidak langsung percaya, menurut mereka tidak ada yang bisa mereka percaya untuk sekarang ini. Terutama warga di desa ini.
"Saya tanya sekali lagi, kenapa mengikuti kami?" Sean kembali menanyakan hal yang sama. Kali ini, auranya terasa lebih menyeramkan, bahkan Brian dan Agam di buat kaget dengan sisi diri Sean yang satu ini. Sean orang yang begitu tenang, kini nampak sangat menyeramkan dengan tatapan mengintimidasinya.
"Nama saya, Rian." Tanpa mempedulikan pertanyaan Sean orang itu memperkenalkan dirinya sembari membungkuk. Ia seperti tidak terpengaruh sama sekali dengan tatapan tajam Sean, "Oh iya, saya mau minta tolong, kalo kalian ingin keluar dari desa ini, tolong bawa saya," lanjutnya.
Mata ketiganya terbelalak kaget, apa orang ini tidak salah meminta? Membawanya pergi bersama? Bukan hal buruk memang, tapi mencurigakan.
"Kenapa kau meminta kami membawamu pergi dari desa ini?" tanya Agam.
"Aku hanya merasa desa ini tidak aman. Aku takut, suatu saat para monster menyerang desa ini," jawab Rian. Raut wajahnya memang seperti orang ketakutan, namun tidak meyakinkan. Mereka tidak bisa langsung percaya.
"Kita obrolin sambil jalan, barangkali aja kita ketemu Adera, Chasa, atau Arkhan," ujar Sean yang sudah melangkah duluan, yang lain mengikuti di belakangnya.
"Apa desa ini pernah di serang monster?" tanya Agam mewakili rasa penasaran kedua temannya.
"Emm, mungkin pernah," jawab Rian ragu.
"Kenapa lo ragu?" Brian yang sedari tadi diam, mulai angkat suara.
"Saya sendiri tidak pernah di serang oleh monster-monster itu, tapi yang lain saya tidak tau."
Jawaban yang di berikan Rian membuat senyum sinis tercetak di bibir Sean yang berjalan paling depan. Ia semakin yakin, prediksinya benar. Tanpa berbalik dia berkata, "Sepertinya prediksiku benar.
Tanpa ada yang menyadari, Rian melirik Sean dengan seringaian kecil di bibirnya. Lalu beralih memandang sesuatu, seperti memberi kode.
Mereka terus membahas hal-hal yang berkaitan dengan desa ini dan para monster, namun tidak dengan Sean yang hanya diam menyimak.
Dari arah depan samping kanan, sebuah kapak mengarah ke arah Sean, beruntung Sean dapat menghindar membuat kapak itu menancap pada batang pohon di samping tempatnya berdiri.
Mata mereka membulat memandang ke arah datangnya kapak. Di sana sekumpulan orang tengah menuju ke arah mereka. Sekiatar ada 9 orang. Bagaimana ini? Dari jumlah saja mereka sudah kalah. Tapi mereka memilih tetap di situ.
Lalu tampa aba-aba, kesembilan orang itu menyerang mereka, sementara Rian memilih mundur dan menonton pertarungan itu. Kini masing-masing dari mereka melawan 3 orang.
Sean cukup kewalahan meladeni 3 orang yang terus menyerangnya. Di beberapa bagian wajahnya sudah terdapat lebam dan sudut bibirnya robek. Sementara Brian dan Agam cukup santai meski sudut bibir keduanya robek. Berkat ilmu beda diri yang mereka miliki mereka bisa mengimbangi orang-orang yang menyerang mereka.
Rian masih mengamati pergerakan ketiganya. Ia tersenyum, tidak, bukan senyum tulus, tapi senyum yang mengerikan. Ia menatap ketiga orang yang menyerang Sean, memberi kode dengan tangannya yang bergerak di area leher seperti gerakan menggorok. Ketiga orang yang menyerang Sean pun mengangguk.
"AAKH!!!" Sean memekik sembari memegangi perutnya ketika orang bertubuh tinggi menendang perutnya kuat. Belum cukup sampai di situ, kedua teman orang itu kembali menendangnya secara bersamaan membuatnya ambruk detik itu juga
"Uhukk uhukk." Sean terbatuk, darah mulai keluar dari mulutnya. Rasanya benar-benar sakit. Perutnya terasa nyeri. Ketiga orang itu mendekat. Seperti belum puas, orang bertubuh tinggi menekan perutnya kuat dengan menggunakan kakinya. Tubuhnya meringkuk, darah kembali keluar dari mulutnya.
Sean pasrah. Tubuhnya benar-benar lemas. Brian dan Agam pun tak bisa membantunya karena mereka masih sibuk bergulat dengan para manusia sialan itu.
Manusia bertubuh tinggi itu mengangkat kepalanya, sementara kedua temannya yang lain membopong batu besar dan meletakannya tepat di bawah kepala Sean. Dan dengan tanpa rasa kasihan, pria bertubuh tinggi menghantamkan kepala Sean pada batu itu sekuat tenaga.
Kepala Sean kini di lumuri darah, sialnya Sean masih hidup dan menanggung sakit yang teramat sangat di seluruh bagian tubuhnya. Kalo seperti ini, lebih baik ia mati.
Pria paling pendek yang menyerangnya tengah berusaha mengambil kapak yang menancap di pohon yang tak jauh dari tempatnya terkapar. Kurang lebih 10 menit hingga akhirnya pria itu berhasil mengambil kapak tersebut dan kini tengah mendekat ke arahnya. Tamat sudah riwayatnya, sebentar lagi kematiannya akan datang.
"AARKH!" Pekikan keras itu terdengar sebelum akhirnya Sean menutup matanya. Orang itu, dengan tanpa belas kasihan memotong tangan Sean tepat di urat nadinya. Dan lebih terlihat menjengkelkan saat ketiga orang, ah maksudnya empat dengan Rian yang masih di balik semak tersenyum memandang mayat Sean. Biadab!
Agam dan Brian melirik ke arah Sean. Seketika emosi keduanya tersulut melihat tubuh tak berdaya Sean yang terkapar mengenaskan dengan satu tangannya yang terpotong. Mereka menggeram. Nafasnya memburu. Mata keduanya memerah, antara menahan tangis dan emosi yang memuncak.
Keduanya maju menyerang 9 manusia keji itu brutal, tak peduli luka dan sakit di sekujur tubuh mereka. Dalam waktu singkat, mereka berhasil melumpuhkan 4 orang, mungkin karena terlalalu emosi dan kebrutalan keduanya. Namun saat mereka kembali ingin menyerang, pria berbadan pendek yang memotong tangan Sean melempar pasir dan mengenai mata keduanya.
Mata mereka perih dan benar-benar tak bisa melihat. Dan hal itu di manfaatkan Rian dengan baik. Dia mendatangi keduanya dan membekap mereka dengan kain yang sudah di beri obat. Agam dan Brian melemas sebelum akhirnya pandangan mereka semakin menggelap dan tubuh keduanya jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror Dunia Sebrang
FantasyPercayakah kalian dengan adanya dunia lain? Dunia luar yang mungkin tidak kita ketahui. Jika memang benar-benar ada, bukankah tidak mustahil bagi ciptaan Tuhan yang satu ini? Lalu, apa jadinya jika tiba-tiba kalian terjebak di dunia yang tidak kalia...