Part 10: Penyerangan

4 6 0
                                    

Gama sedari tadi tak henti-hentinya mondar-mandir di depan rumah. Sesekali berguman kecil entah apa yang digumamkan. Tapi, kalau dilihat laki-laki itu nampak kesal.

Aziel yang juga ada di situ hanya diam memperhatikannya. Duduk sembari memakan ubi bakar buatan Inshira.

"Ck, masa mau nyari Casha sama Adera gak ngajak kita sih," decak Gama. Lalu duduk di samping Aziel. Sepertinya dia mulai lelah.

"Emang mereka nyari? Gak ada ngomong pun. Yang gue tau semenjak selesai makan tuh bertiga pamit pergi entah mau kemana. Lagian juga si Brian nyuruh kita buat tetap di rumah aja, 'kan? " Aziel menanggapinya santai. Membuat Gama menghembuskan napasnya kasar.

"Kalo mereka nyari gimana?" Lagi, Gama tetap dengan pendiriannya.

"Ya kalau mereka nyari mungkin minta bantuan sama warga di sini. Bisa aja kan si Brian gak mau kita ikut, takut-takutnya nanti ke colongan lagi. Makanya dia nyuruh kita tetap di sini, jagain para cewek." Aziel mulai kesal. Bahkan ubi yang tinggal satu itu pun ia telan bulat-bulat sehingga membuat pipinya menggembung seketika.

"Apa kita ikut cari aja gitu?"

Uhhuukk uhuukk uhukk

Aziel tersedak. Cepat-cepat meraih gelas kayu berisi teh herbal di sampingnya. Tapi sial, baru meminum setengah ia malah menyemburkan air itu dari mulutnya, membuat Gama langsung terjengkang saking kagetnya.

"Lu ngapa sih, Nyet!" kesalnya. Gama ingin sekali memukul kepala laki-laki itu, namun dia urung saat melihat Aziel terbatuk-batuk dengan wajah yang memerah.

"PANAS, ANJIR!!"

Teriakan Aziel membuat Arumi datang dengan tergesa-gesa.

"Eh, kenapa?" Arumi kaget melihat kondisi Aziel. Mulut laki-laki itu termangap-mangap membuat Arumi mengernyitkan keningnya bingung.

"Rum, air. Cepet Rum, panas nih," gesa Aziel. Arumi yang mengerti langsung memasuki rumah untuk mengambilkan air.

Tidak lama, gadis itu datang. Dengan cepat Aziel merampas gelas di tangan Arumi dan langsung menenggaknya sampai habis.

"Kamvret bener!" ketus Aziel menatap kesal pada Gama.

"Segitu aja, kagetan," ucap Gama dengan santainya.

"Kenapa sih? Kaget tau denger ribut-ribut di luar," kata Arumi.

"Si kambing nih," ucap Aziel mengarah ke Gama. Membuat laki-laki itu memutar bola matanya malas. Sedangkan Arumi masih tidak mengerti.

"Tapi serius deh. Kita ikut cari aja gimana? Masa diam-diam bae di sini." Gama kembali memulai.

"Cari Casha sama Adera?" tebak Arumi. Gama mengangguk antusias.

"Iya, gimana?"

"Tapi kalo si Brian marah lo mau tanggung jawab? Orang di suruh tetap di sini juga," ucap Aziel. Gama menatapnya kesal.

"Heh, ini dari tadi pagi mereka bertiga gak nongol-nongol coba. Ini dah hampir petang, " ucap Gama penuh penekanan. Barulah Aziel terdiam. Sepertinya dia juga menyadarinya.

"Aku sebenarnya agak aneh juga sih. Abis pagi dan sampai sekarang Pak Anam, Nyah Rinai ataupun Ibu Tun gak mampir ke sini seharian. Di luar juga agak sepi, gak kaya biasa ada warga kadang yang lewat," papar Arumi.

"Tuhkan, gue bilang apa. Kita jalan aja, nyari," celetuk Gama. Aziel masih bimbang.

"Kalo kita nyari, semuanya ikut gitu?" tanya Aziel. Gama mengangguk.

"Gimana lagi. Kalo ada yang tinggal takutnya entar kejadian Adera sama Casha ke ulang lagi," jawab Gama.

"Serahlah, gue ngikut aja. Tapi nanti kalo si Brian marah lu yang gue korbanin ye," ancam Aziel. Gama berdecak menanggapi.

Teror Dunia SebrangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang