10. Kepedulian

35 4 3
                                    

||BAGIAN KE SEPULUH||

***

Menanti bukan hanya soal waktu, akan tetapi tentang seberapa besar sanggup menunggu sampai akhir.

Selamat membaca

NAZECTA

***

Reka berjalan tanpa memperdulikan mereka yang sedang menatapnya asing, jangankan untuk menyapa mungkin menganggapnya ada disekitar mereka juga itu terasa tidak mungkin.

Sakit rasanya ketika kekuatannya dirobohkan oleh orang-orang yang seharusnya dekat dan mendukungnya, berbagai acuhan dan ketidak pedulian mereka sudah menjadi makanannya sehari-hari. Menampung kesakitan itu sendirian membuat ia ingin hilang walaupun untuk sesaat.

"Jadi besok kamu ada pertandingan? Mama yakin tim kalian pasti menang." Ucap Elise kepada anak sulungnya, dialah Reka Angkasa Malion sekaligus kakak kandung dari Bima Angsara Malion.

"Papah juga yakin kamu pasti menang, jangan kecewakan papah karena sudah membesarkanmu. Jadilah anak yang baik dan bertanggung jawab." Perkataan Lion terdengar seperti sindiran, penataan kata yang tajam membuat seseorang yang merasa dan mendengar kalimat itu merasa sesak.

Bertanggung jawab? Apa ia tidak sadar secara langsung Malion berkata untuk dirinya sendiri.

Jujur Bima tidak ingin mendengar obrolan mereka yang sedang berbahagia disana, tapi suara mereka cukup menggema diruangan bahkan saat ia manaiki anak tangga suara itu masih cukup terdengar jelas. Apa ini sebuah kebetulan atau kesengajaan?

Setelah sampai dikamar Bima langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur yang empuk nan nyaman, mencoba menghilangkan dan melupakan beban fikiran sejenak.

Tokk! Tokkk! Tokkkk!

Seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan sangat keras, ia tahu siapa dalangnya. "Masuk!"

Cekrek

Saat pintu itu terbuka munculah seorang cowok berbadan tinggi, tersenyum sambil membawa nampan yang berisi makanan dan minuman untuk Bima.

"Nih gue bawain makanan, terimakasih dong."

"Bawa turun lagi." Perintah Bima, hari ini moodnya benar-benar sangat buruk.

"Kenapa? Lo gak nafsu makan?"

"Itu tau, ngapain nanya." Sarkas Bima.

"Apa perlu gue buka pantat biar lo nafsu?"

"Cih! Nafsu makan sama nafsu itu beda!"

Reka tertawa dan berjalan mendekat kearah Bima. "Yaudah nih makan! pura-pura bahagia juga butuh tenaga, dan tenaga berasal dari makanan, jadi kalo lo gak makan lo gak bisa pura-pura bahagia karena yang ada nanti lo pingsan."

Bima beralih duduk dan menyambut makanan yang Reka bawa. "Gue tambah gak nafsu kalo ada lo disini."

"Dasar adik Dajjal lo." Bima hanya tersenyum tipis, setelah mengucapkan itu Reka berjalan kearah meja yang berposisi didekat jendela.

"Gimana kabarnya?"

"Siapa?" Tanya Bima, matanya melihat Reka yang sedang memegang bingkai foto yang terdapat foto  berlatar hitam putih.

"Yusan."

"Gue gak tau." Kata Bima mulai memakan makanan yang tadi Reka bawa.

"Kenapa lo gak nyoba susul aja sih."

NAZECTA [Who Are You]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang