"Ma, makan di luar yuk!" ajak Eja saat ibunya selesai mengaji.
Jihan langsung melihat jam dinding lalu menatap anaknya tidak percaya. "Tadi abis magrib bukannya kamu makan?"
"Gak tahu nih, aku udah lapar lagi,"jawab Eja gak pakai mikir. "Makanan tadi udah abis dikeluarin."
"Kalau gitu Mama harus dandan dulu gak?"
Eja menghela napas. Jihan terlalu lama hidup di dalam rumah dengan peraturan-peraturan tak biasa yang dibuat oleh Madya dan Amalia. Hingga membuat perempuan itu seperti tidak punya pendirian seperti ini. Setiap kali akan melakukan apapun pasti bertanya dulu dan meminta pendapat orang lain.
"Gak usah. Mama gini aja udah cantik," jawab Eja tidak ingin membuat Jihan bingung.
Jihan tersenyum. "Kalau gitu Mama ambil jilbab dulu, kamu tungguin ya?"
"Iya."
###
Ketimbang membawa mobil sendiri, Eja memilih mengajak Jihan pergi menggunakan angkutan umum. Selain sedang malas mengemudi, Eja ingin ibunya itu merasakan hal yang berbeda, yakni jalan-jalan di malam hari.
Katakanlah selama 24 tahun ini Jihan tidak pernah tahu seperti apa rasanya naik kendaraan umum di malam hari. Setiap kalinya ada kesempatan ke luar rumah, mobil, seorang sopir dan asisten disiapkan suaminya untuk mengantarnya. Dan tentunya dengan waktu yang ditentukan oleh suaminya juga.
"Ma?" Eja menoleh ke samping saat merasakan tangan Jihan memegang erat tangannya. "Kenapa?" tanyanya.
"Gak apa-apa." Jihan tersenyum. Namun terlihat sedikit khawatir.
"Malam ini pokoknya aku mau ajak Mama jalan-jalan," ucap Eja seakan tahu isi kepala ibunya. "Mama gak usah takut, kan ada aku."
Jihan mengangguk, namun hatinya merasa resah tanpa alasan yang jelas. "Ja?"
"Iya."
"Mama ngerasa aneh."
"Aneh kenapa?" Eja membelai tangan Jihan.
"Menurut kamu Mama perlu periksa kejiwaan Mama gak?"
Eja langsung menatap Jihan. "Emang kenapa?"
"Mama cuma ngerasa kayak ada yang aneh aja gitu. Entah karena terlalu lama gak keluar rumah atau emang ada yang salah dengan diri Mama, tapi Mama ngerasa kayak gak siap untuk hidup kayak gini."
Hati Eja mencelos. "Kan udah aku bilang, Mama itu gak usah banyak pikiran. Apalagi mikir kalau Mama masih harus ngikutin aturan yang dibuat Bapak. Bapak udah gak ada, dan bukannya Bapak juga udah kasih tahu Mama, kalau Bapak udah gak ada, Mama bisa kembali hidup normal seperti sebelum Mama kenal Bapak."
"Tapi sayangnya gak semudah itu. Setelah Bapak pergi rasanya malah lebih sulit."
"Sekarang mungkin sulit, tapi lambat laun Mama pasti bisa beradaptasi. Mama harus yakin kalau semuanya pasti akan lebih baik lagi." Senyum Eja meyakinkan. "Kan udah aku bilang, selama masih ada aku Mama tenang aja. Gak usah mikir ini itu. Mending Mama mikir yang nyenengin aja."
"Misalnya?"
"Misalnya mikir gimana caranya ngabisin uang yang dikasih Bapak."
Jihan tertawa kecil. "kamu bisa mikir kayak gitu diajarin siapa?"
"Diajarin Bang Rama." Eja balas tersenyum. "Dia 'kan jagonya."
Suasana perlahan menghangat, Jihan terlihat mulai nyaman. Sampai tidak terasa mereka sudah sampai di rumah makan Padang langganan Eja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Like Sugar
Random"Kisah hidup gue itu manis banget, manis kayak gula, sangking manisnya sampai bikin gue diabetes." Areyza Madya.