Chapter 2

1.6K 209 10
                                    

Sang surya sepertinya tengah berbahagia sehingga teriknya mungkin bisa membuat kulit Alsa  yang tengah menemani Ayahnya dan Akhdan di kebun belakang bisa gosong. Dengan setelan celana pendek selutut dan kaos oblong size jumbo, nggak ketinggalan topi lebar yabg bertengger di kepalanya,  Alsa ikut berlutut di depan pohon tomat, pura-pura mencabuti rumput. Padahal niat sebenarnya ia hanya ingin dekat-dekat dengan Akhdan yang tengah membantu Pak Gunawan mengurus kebun di belakang rumah. Alsa beberapa kali terlihat mengeluh  sembari mengintip sang surya. Kalau bukan demi Akhdan, mana mungkin Alsa mau gosong-gosongan di bawah terik matahari. Lebih baik ia menonton para cogan hot di laptopnya sembari ditemani sebox es krim atau setoples keripik kesukaannya.

Tapi nggak apa-apa, demi abang Dan kesayangan ini. Jangankan cuma berjemur di bawah matahari, disuruh mengambil matahari untuk abang Dan aja Alsa rela.

Sementara itu Akhdan yang tengah menyiangi rumput di bawah pohon cabe, melirik ke arah Alsa dengan senyum gelinya. Ia menggelengkan kepalanya, merasa takjub dengan tekad Alsa. Ia tahu Alsa paling nggak suka aktifitas yang banyak mengeluarkan keringat apalagi dibawah terik matahari seperti ini. Ia harus mengacungi jempol untuk Alsa si gadis endut kesayangannya itu berkat tekad dan kegigihannya untuk bisa dekat dengannya.

Akhdan memang biasa membantu Pak Gunawan mengurus  kebun karena Akhdan sangat suka bercocok tanam. Sayangnya rumah yang ditempati Akhdan saat ini pekarangannya tidak begitu luas, sehingga hobi bertanamnya tak terwujud. Beda sekali dengan kampung halamannya yang berada di luar pulau Jawa sana, orang tuanya beserta dirinya kerap sekali ke kebun atau sawah untuk bercocok tanam.

"Ih, kenapa kamu susah banget sih dicabut? Kamu mau coba lawan Alsa hah?!" Suara rengekan kesal Alsa membuat Akhdan menoleh ke arah Alsa dan melihat Alsa tengah kesusahan mencabut rumput.

"Lihat aja, Alsa nggak bakal kalah sama kamu mput!" Teriak Alsa sembari menarik rumput tersebut sekuat tenaga. Si rumput bukannya tercabut, malah Alsa yang terjengkang ke belakang dengan posisi yang aneh. Untung Alsa orangnya nggak tahu malu, jadinya ia dengan santai bangun kembali dan memarahi si rumput yang sengaja membuatnya  terjatuh.

"Dasar rumput kurang ajar!" Alsa menginjak-injak rumput tersebut dengan brutal. Di belakangnya, Pak Gunawan berusaha nggak peduli. Beliau sudah sangat hafal kelakuan putrinya tiap mengikutinya ke kebun untuk bercocok tanam. Kalau saja mereka betulan petani, entah harus bagaimana beliau menghadapi sikap putrinya tersebut.

Akhdan nggak mampu menahan kekehannya melihat interaksi Alsa dengan rumput yang nggak bersalah itu.  Ia berdiri, melepaskan sarung tangan kebunnya sembari menghampiri Alsa. Wajah Alsa yang biasanya seputih susu, kini sudah berubah merah karena terik matahari.

"Kenapa sih Alsa marah-marah?" Tanya Akhdan.

"Ini nih bang, dia susah banget diajak kerjasama. Kalau mau dicabut tuh harusnya nurut. Ini malah bikin Alsa jatuh, kan Alsa sebel sama tuh rumput."

"Sini abang ajarin cara mencabut rumput yang baik dan benar," ujar Akhdan. Ia menarik dengan pelan si rumput sambil sedikit digoyang-goyangkan agar akarnya ikut tercabut. Setelah dirasa akarnya sedikit longgar, ia menarik si rumput dan ta~da, si rumput tercabut sempurna hingga akar-akarnya.

"Wah, abang hebat!" Alsa berteriak senang sembari bertepuk tangan. Tubuh gempalnya ikut bergoyang saking hebohnya ia berteriak.

"Hebat lah, abang siapa dulu nih?" Tanya Akhdan  sambil menepuk dadanya dengan jumawa, seolah ia baru saja menumbangkan keluarga Volturi yang dikenal kejam di film Twilight.

"Keren!Kok bisa gampang banget sih bang cabut rumputnya?" Tanya Alsa antusias.

"Cabutnya harus pakai iman Sa."

CINTA OVER SIZE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang