Chapter 3

1.6K 187 6
                                    

Pagi hari ketika matahari masih belum menunjukkan diri, Alsa sudah berdiri di depan rumah minimalis Akhdan Ziyad, dengan setelan seragam sekolah dan rambut panjang dikuncir seperti ekor kuda. Ia menggigil kedinginan tatkala angin pagi menerpa tubuhnya, membuat rona merah di kedua pipi tembamnya.

Ia sengaja bangun pagi sekali, sengaja untuk membuatkan sarapan nasi goreng spesial untuk sang pujaan hatinya. Bundanya saja hanya bisa menghela nafas ketika subuh tadi ia sudah berjibaku dengan wajan. Untungnya semua berjalan mulus tanpa ada tragedi wajan melayang, bumbu berantakan atau nasi berceceran di lantai. Bahkan rasa nasi goreng buatannya bisa dikatakan lumayan enak.

Selesai memasak, Alsa membersihkan diri dan bersiap-siap. Setelah berpamitan pada Yang Mulia Ratu Bunda Andini, Alsa meninggalkan rumah menuju rumah Akhdan.

Dan sekarang ia berdiri dengan senyum cerah di depan pintu cokelat rumah Akhdan. Ia membenahi dandanannya lalu mengetuk pintu.

Bisa Alsa dengar suara langkah kaki serta suara Akhdan menghampiri pintu. Alsa menunggu pintu dibuka dengan hati berdebar-debar.

Ya Allah, nunggu pintu dibuka aja rasanya kaya mau divonis mati sama hakim. Tapi kalau ini divonis cinta sama babang Dan tercinta.

Alsa terkikik geli dengan pemikirannya sendiri. Ia berulang kali menarik nafas dan menghembuskannya. Mendengar suara kunci pintu dibuka membuat hati Alsa semakin berdebar-debar.

"Ndra, pagi banget kamu ke....." Kalimat Akhdan berhenti seketika. Ia memandang terkejut tamu di pagi buta yang ia kira adalah sahabatnya, Kawindra. Tapi ternyata malah adik sahabatnya yang berdiri dengan senyum lebar ke arahnya, Alsava Kumari.

Sementara Alsa berdiri mematung dengan mulut seperti ikan emas yang menggelepar di tanah, megap-megap. Ia menahan nafas dengan jantung bertalu cepat.
Ternyata keputusannya untuk datang pagi-pagi ke rumah Akhdan nggak sia-sia. Akhirnya!! Akhirnya hari ini ia bisa melihat tubuh Akhdan yang bertelanjang dada dan hanya menggunakan handuk putih yang melilit di sekitar pinggul pria itu. Demi apa, Alsa akhirnya bisa melihat roti sobek yang selama ini dielu-elukan oleh para gadis-gadis maniak cogan dan roti sobek.

Tanpa sadar Alsa meneguk ludah, membuat Akhdan tersadar kalau dirinya masih belum berpakaian.

"Ada apa Sa?"

Alsa tersadar dari fantasi aneh-anehnya dan mengerjap.

"Eh, Alsa mau nganterin sarapan buat abang."

"Oh, terima kasih. Tapi bentar ya, abang mau pake  baju dulu," Akhdan mengambil bingkisan yang dibawa Alsa dan berniat masuk ke dalam rumah. Namun dengan cepat tangan Alsa menahan tangan Akhdan yang akan menutup pintu.

"Tunggu bang!"

"Iya?" Akhdan mengernyit. Sebenarnya ia merasa nggak nyaman dalam keadaan  shirtless gini.

"Abang mau dapat pahala nggak?" Tanya Alsa dengan senyum dikulum, malu-malu melihat ke arah wajah dan tubuh Akhdan bergantian.

"Iya?" Akhdan makin nggak paham maksud Alsa.

"Abang pakai bajunya nanti-nanti aja biar pahalanya makin banyak."  Alsa yang terlihat salah tingkah dengan wajah merona membuat Akhdan paham apa maksud gadis gemuk berseragam SMA tersebut.

"Nanti abang bisa masuk angin kalau nggak pake baju Sa." Akhdan berusaha mencari alasan agar ia bisa segera menuju kamarnya dan berpakaian. Ternyata rasanya nggak nyaman ditatap dengan tatapan lapar oleh seorang gadis lugu semacam Alsa.

"Gampang, nanti Alsa yang ngerokin bang. Yang penting sekarang abang sedekah sebanyak mungkin ke Alsa ya?"

Alsa tersenyum puas melihat Akhdan terdiam. Diam-diam ia mengambil ponselnya di saku dan akan mengambil potret Akhdan. Namun suara seseorang yang menyebalkan membuat usahanya gagal total.

CINTA OVER SIZE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang