"Kamu iseng banget sih sama Alsa?" Tanya Akhdan sembari memasang sabuk pengaman. Akhdan duduk di kursi penumpang sementara Kawindra di kursi kemudi. Mobil hitam metalik itu meluncur meninggalkan halaman rumah Kawindra.
Kawindra tergelak," habisnya dia lucu banget sih. Adikku gemesin banget kan?"
"Memang iya sih, tapi muka dia langsung bete banget gara-gara kamu bilang kita mau double date."
"Udah nggak usah dipikirin, dia memang anaknya kaya gitu. Sensitif banget kalau bahas kamu. Bangga dong harusnya jadi cinta monyet adikku." Lagi-lagi Kawindra tergelak. Pria berumur 27 tahun itu nggak menyadari ekspresi tak terbaca milik Akhdan.
"Eh kenapa diam? Jangan bilang kamu naksir adikku? Jangan bro! Dia masih terlalu kecil buat kamu. Umur kalian aja beda 10tahun."
Akhdan tersenyum dan menggeleng.
"Nggak lah, dia udah aku anggap adikku sendiri. Masa iya aku naksir sama dia, ada-ada aja." Akhdan mengamati jalanan Minggu pagi yang lenggang. Suasana perkotaan yang nggak macet, membuat mobil Kawindra meluncur dengan mulus.Sementara itu Alsa bergulingan nggak jelas di atas kasur. Jangan lupakan gerutuan yang keluar dari mulutnya akibat rasa kesal pada kakak kandungnya, Kawindra.
"Benar-benar ngeselin banget sih. Kenapa juga kak Indra harus ngenalin bang Dan ke cewek lain?"
"Kak Indra nggak lihat apa ketulusan dan segala perjuangan Alsa untuk abang Dan? Benar-benar kakak yang nggak peka."
Dengan kasar, Alsa bangun dan meraih setoples keripik kentang berbumbu barbeque yang terdapat di atas meja belajarnya. Ia mengunyah keripik tersebut dengan keras, melampiaskan kekesalannya, seolah keripik itu adalah kakaknya.
"Sa, Alsa bantu Bunda masak sini!" Teriakan Andini, Bunda kesayangan dan satu-satunya Alsa menggelegar menembus dinding kamarnya. Kalau Yang Mulia Bunda Ratu Andini sudah bertitah, meski badai menerpa, titahnya harus terlaksana.
Alsa meloncat dari tempat tidurnya, hampir saja ia terjungkal akibat gerakannya yang terlalu cepat. Kaki gemuknya menuruni tangga demi tangga menuju dapur, tempat Yang Mulia Bunda Ratu Andini berkutat dengan kekuasaannya.
"Ada gerangan apakah Yang Mulia Bunda Ratu Andini memanggil hamba? Apakah Yang Mulia Bunda Ratu Andini membutuhkan bantuan hamba?" Alsa setengah menundukkan tubuhnya, seperti seseorang prajurit yang tengah memberi hormat pada Rajanya.
Pertanyaan dan kelakuan Alsa yang terlalu didramatisir membuat Andini menggelengkan kepala, kelakuan anak perempuannya memang seajaib itu.
"Nggak usah banyak drama, cepet bantuin bunda masak sebentar lagi jam makan siang."
"Ayah mana bun?" Alsa menghampiri sang ibunda yang tengah mengupas wortel dan kentang. Ikut mengambil pisau serta kentang yang sudah dikupas untuk dipotong-potong.
"Biasa, ayahmu kan kalau hari Minggu sibuk ngurus kebun belakang di rumah."
Alsa mengangguk-anggukkan kepala sebagai balasan akan jawaban dari sang bunda.Rumah keluarga Alsa memang tergolong luas dengan pekarangan yang lebar. Di belakang rumah mereka terdapat sepetak kebun yang ditanami sayur-sayuran oleh sang ayah ketika sang ayah sedang libur dari kampus. Bapak Gunawan, sang ayah adalah seorang dekan sebuah universitas, yang juga tempat kakaknya, Kawindra bekerja. Kadang Alsa merasa minder sendiri ketika berbincang dengan ayah dan kakaknya. Yah, Alsa nggak sepintar mereka, malahan bisa dibilang otak Alsa tuh pas-pasan. Nah, maka dari itu praduga kalau dirinya anak pungut semakin kuat. Soalnya ia dan anggota keluarga lainnya sangat berbeda, dinilai dari segi fisik maupun kecerdasan otak. Yang Mulia Bunda Ratu Andini itu meskipun sekarang hanya jadi juru masak keluarga, tapi sebenarnya beliau adalah mantan Miss Indonesia. Bisa dibayangkan kan secerdas apa beliau. Ya Allah, kenapa Alsa berbeda?
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA OVER SIZE (TAMAT)
Fiksi Umum=>> pindah ke KBM app Alsava Kumari, panggilannya Alsa. Anak SMA dengan tubuh tambun yang hobinya makan padahal cita-cita ingin kurus. Nggak kuat hatinya kalau udah lihat cowok ganteng. Akhdan Ziyad, biasa dipanggil Akhdan atau Dan. Seorang dosen m...