Chapter 7

1.2K 181 3
                                    

Hari ini Alsa merasa sedih, sedih banget sampai rasanya ia bisa makan bakso sekalian mangkok-mangkoknya. Tapi sayangnya ia nggak berselera. Bakso dimangkoknya pun hanya ia aduk-aduk hingga mungkin sekarang sudah dingin. Ternyata Akhdan setega itu padanya. Katanya Akhdan nggak bisa menikahinya karena dirinya masih sekolah. Alasan klasik. Alsa tahu kalau Akhdan memang nggak pernah merasakan perasaan yang sama dengannya.

Apa kalau dirinya sudah nggak sekolah, Akhdan akan menerimanya? Ah, belum tentu. Pasti selera Akhdan hampir seperti kakaknya. Cewek yang feminim, pintar masak, pintar dandan, cantik,  seksi, putih mulus dan tentunya langsing. Sedangkan dirinya feminim? Nggak. Pintar masak? Lumayan sih. Cantik dan pintar dandan? Kalau itu bisa diusahakan. Putih mulus? Tentu saja kulit Alsa putih mulus. Nah opsi terakhir nih yang bikin Alsa down. Alsa bukan langsing tapi langsung.

"Ray!" Panggil Alsa pada Rayyan yang tengah lahap menikmati semangkok bakso di kantin sekolah saat jam istirahat.

"Hemm?" Jawab Rayyan tanpa menoleh ke Alsa. Panggilan Alsa nggak akan bisa mengalihkan kenikmatan bakso super endul di mangkoknya.

"Aku pengen diet, kamu mau bantuin?" Pertanyaan pelan Alsa membuat bakso Rayyan yang sebesar bola pingpong, langsung melompat tanpa permisi dari mulutnya. Rayyan menoleh ke Alsa yang menampilkan raut wajah serius.

"Males. Buat apaan sih diet-diet?"

"Biar bang Akhdan berubah pikiran, mau jadiin aku istrinya lah."

"Bang Akhdan lagi, nggak bosen kamu suka sama bang Akhdan dari kelas satu SMA?"

"Nggak. Maka dari itu, meskipun bang Akhdan secara nggak langsung udah menolakku, aku pengen dia berubah pikiran."

"Dengan kamu menjadi langsing gitu?" Tanya Rayyan, menyeruput kuah baksonya. Ia mendesah penuh kenikmatan, bakso Mang Sholeh memang yang paling juara rasanya. Sepertinya setelah makan bakso ini, ia bisa menjadi kuat seperti superman.

"Iya. Bisa aja kan setelah aku langsing dan cantik, Bang Akhdan mau jadi pacar Alsa," kata Alsa dengan yakin.

"Belum tentu. Kalau setahuku sih bang Akhdan bukan orang kaya gitu. Dia nggak pernah mandang fisik seseorang."

"Terus kenapa dia nolak aku Ray?" Tanya Alsa sedih. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Rayyan. Semangkok bakso kesukaannya pun ia abaikan.

"Karena kamu masih kecil kali, mungkin."

"Udah besar aku tuh Ray. Badan segede ini masa dibilang kecil?" Kata Alsa nggak  terima.

Dengan gemas Rayyan menjitak kepala Alsa yang bersandar di bahunya. Ia lantas mengambil segelas es teh dan meneguknya hingga tandas.

"Bukan begitu oneng! Jarak umur kamu sama bang Akhdan kan sepuluh tahun. Mungkin dia takut dikira pedofil kali."

"Masa sih?"

"Iya, kamu masih terlalu kecil umurnya buat bang Akhdan."

"Kecil-kecil gini tapi aku udah bisa loh bikin dedek kecil bin gemesin buat abang Akhdan."

"Eh, ini bocah pikirannya." Kembali Rayyan menjitak kepala Alsa yang membuat Alsa kali ini mendesis. Lalu ia kembali berkata," ya udah yuk dicoba dulu."

"Dicoba apanya?" Alis Alsa berkerut mendengar Akhdan.

"Dicoba dulu bikin dedek kecil bin gemesinnya."

"Sama bang Akhdan?"

"Sama aku lah," jawab Rayyan santai.

Alsa menjauhkan diri dan menatap Rayyan horor. Punya teman satu-satunya biarpun ganteng tapi otaknya ternyata ditaruh di dengkul.

"Kenapa? Kok lihatin aku kaya lihat setan?"

"Kamu kan emang bapaknya setan."

"Berarti kamu emaknya setan? Terus anak kita nanti anak setan? Oh BIG NO! aku nggak mau punya anak setan."

"Lah emang siapa yang mau punya anak sama kamu? Alsa nggak mau tuh."

"Yakin? Nyesel loh kamu nanti. Kalau spermaku sama sel telur kamu bertemu, hasilnya bakalan mirip oppa-oppa Korea loh." Rayyan menaik-turunkan alisnya dengan senyum menggoda ke arah Alsa.

Alsa bergidik ngeri, bisa-bisanya si Rayyan mengatakan hal seperti itu di tempat terbuka yang seramai ini? Alsa mengedarkan pandangannya sekeliling. Para cowok menatapnya horor sedangkan para cewek yang sebagian besar para fans Rayyan menatapnya sinis sekaligus jijik. Dasar Rayyan ini memang kurang ajar. Kalau kaya gini yang kena malapetakanya kan dirinya bukannya si Rayyan. Nasib Alsa harus bersahabat dengan Rayyan, si siswa populer di sekolahnya.

"Dah lah, ngomong sama kamu malah bikin sesat, buntu , nggak nemu ujungnya." Alsa berdiri dari duduknya, merasa nggak nyaman di tatap sedemikian rupa oleh para penghuni kantin.

"Mau kemana?" Tanya Rayyan, mencegah langkah Alsa.

"Kelas."

"Tungguin. Aku ikut." Dengan tergesa Rayyan menghampiri Mang sholeh dan membayar baksonya dan juga Alsa, lalu berlari menyusul Alsa.

Alsa berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya. Di tengah jalan matanya menangkap siluet cewek langsing dan cantik, berdiri angkuh sambil menatapnya. Alsa tahu kalau ia akan bertemu masalah. Dan masalahnya adalah cewek itu.

Alsa berjalan melewati cewek itu, pura-pura nggak melihat.

"Hei! Nggak sopan banget sih. Gue nunggui  lo disini dari tadi!" Sergah cewek itu sambil menangkap tangan Alsa.

Dengan malas Alsa berbalik, melihat Vaniela, fans fanatik yang ngaku-ngaku pacarnya Rayyan. Padahal Rayyan cueka aja.

"Ada apa Van? Lo ada perlu sama gue?" Alsa menampilkan senyum paksanya demi agar nggak memancing keributan.

"Jelaslah, kalau gitu buat apa gue nungguin lo disini? Kaya gue ada kerjaan lain aja."

"Terus, lo ada perlu apa sama gue?"

"Untuk terakhir kalinya, jauhin Rayyan! Lo itu nggak pantas deket-deket sama Rayyan."

"Kenapa emangnya?"

"Nggak sadar diri juga lo. Oke gue pertegas, Rayyan itu terlalu sempurna buat bersanding dengan cewek galon kaya lo!" Alsa berusaha tegar. Sudah terlalu sering ia mendapatkan penghinaan ini dari beberapa teman sekolahnya yang nggak menyukainya.

"Terus masalahnya apa? Rayyan aja nggak masalah deket sama gue kok."

"Karena lo yang nggak tahu diri. Rayyan itu terlalu baik buat menolak. Lo harusnya sadar diri dan menjauh dari Rayyan. Rayyan itu cuma buat gue."

Alsa menaikkan sebelah alisnya. Kalau orang cantik harus gitu ya? Bersikap percaya diri dan sombong seperti itu? Kok Alsa jadi takut untuk menjadi cantik.

Sebelum Alsa menjawab kalimat Vaniela, Rayyan datang dan langsung merangkul bahu Alsa. Alsa merasa  nggak enak dan berusaha melepaskan diri dari Rayyan, tapi Rayyan justru menarik tubuhnya  semakin dekat. Akhirnya Alsa pasrah, Rayyan memang keras kepala sama seperti dirinya.
Alsa bisa melihat tatapan kebencian Vaniela untuknya.

"Van, gue mau ngomong sesuatu sama lo." Rayyan memulai pembicaraan dengan suara datar dan dingin.

"Oh, apa?" Tanya Vaniela, menampilkan senyum manisnya berharap bisa meluluhkan kekerasan Rayyan.

"Jangan pernah ganggu Alsa! Mulai hari ini, jika gue lihat lo ganggu Alsa, gue nggak akan segan-segan bikin hidup lo hancur." Setelah berkata sedingin itu, Rayyan menarik Alsa, berjalan menuju kelas mereka.

Alsa melirik Vaniela yang wajahnya berubah pucat. Alsa sadar kalau kalimat Rayyan memang terlalu kejam untuk Vaniela yang bak barbie itu.

***
Tbc

CINTA OVER SIZE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang