Chapter 8

1.7K 185 27
                                    

"Ini ngapain sih kita ke sini?" Keluh Rayyan setengah merajuk. Harusnya sepulang sekolah ia bisa tidur nyenyak atau main game Among us. Ini malah diajak Alsa mengendap-endap di luar kafe dekat kampus kak Indra mengajar.

"Sstt... diam deh. Aku lagi jadi spy." Alsa merudukkan tubuhnya di balik tanaman di dekat pintu kafe bermaksud agar tak terlihat. Padahal dari sudut manapun tubuh Alsa terlalu besar untuk bersembunyi di balik tanaman itu. Sementara Rayyan berdiri tegak di belakang Alsa sembari bersedekap dada.

"Spy? Kamu mata-matain siapa emangnya?"

"Lagi mata-matain kucing yang mau kopi darat," jawab Alsa asal.

"Yaelah, ditanya beneran juga." Alsa nggak memperdulikan ocehan Rayyan. Fokusnya hanya berada di pintu masuk kafe. Ia melirik jam tangannya, mungkin sebentar lagi sang kucing yang menjadi intaiannya akan segera datang.

Tak berselang lama, Alsa melihat sang target masuk ke dalam kafe.

"Yuk Ray, kucingnya udah datang!" Ajak Alsa, menarik lengan Rayyan agar mengikutinya. Dengan malas Rayyan mengikuti Alsa yang berjalan mengendap-endap seperti maling.

"Jalannya biasa aja kali Sa," ujar Rayyan  santai.

"Nggak bisa, aku nggak mau ketahuan."

"Lah justru tingkahmu ini yang bakal bikin kamu jadi pusat perhatian. Tapi sebenarnya kucing siapa yang kamu maksud?"

"Kucing kebelet kawin. Udah deh diem kek."

Rayyan pasrah. Ia mengikuti Alsa yang terus menyeretnya hingga tiba di meja pojokan kafe. Alsa menariknya agar duduk disana. Bak spy handal, Alsa mengambil buku menu untuk menutupi wajahnya. Ia menajamkan pendengarannya agar bisa mendengar perbincangan dari orang yang duduk di meja yang berjarak tiga meja dari tempatnya duduk saat ini. Dari tempat duduknya, Alsa bisa dengan jelas melihat interaksi mereka yang kebetulan duduk membelakanginya.

Rayyan mengedarkan pandangannya dan netranya menangkap seorang Akhdan yang tengah duduk dengan seorang wanita muda yang cantik.

"Eh Sa, itu kaya bang Akhdan. Bener nggak sih? Kita sapa yuk!"

Alsa menurunkan buku menu yang ia pegang dan menatap Rayyan tajam.

"Kenapa natap aku kaya gitu? Aku ganteng ya?" Tanya Rayyan memainkan alisnya.

"Kita tuh disini lagi ngintai bang Akhdan, kalau kita sapa yang ada ketahuan dasar dodol."

"Lah ngatain dodol. Kenapa nggak bilang kalau kamu lagi ngintai bang Akhdan dasar cilok?!" Rayyan nggak kalah ngegas biarpun sambil berbisik.

Alsa merengut lalu berpaling mengintip aktivitas Akhdan dengan seorang wanita muda yang Alsa taksir masih berumur dua puluhan. Wanita itu jelas cantik, feminim dan tentunya langsing, sesuai dengan apa yang ia bayangkan.

Pagi tadi Alsa nggak sengaja mendengar kalau Kawindra akan mengenalkan Akhdan, pangeran impiannya dengan teman mbak Jenny, pacar Kawindra. Maka dari itu dengan sedikit pertimbangan, Alsa akhirnya memutuskan untuk mengintai mereka. Alsa kira mereka akan berempat tapi nyatanya Akhdan hanya berdua dengan wanita itu. Lamat-lamat ia memperhatikan interaksi Akhdan dan si wanita. Si wanita beberapa kali menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga dengan sesekali diiringi oleh gelak tawanya yang anggun. Alsa juga bisa kok ketawa anggun gitu. Alsa menatap wanita itu dengan sinis.

"Nih sambil diminum biar otak sama hati kamu agak dingin." Ucapan Rayyan sekaligus rasa dingin yang mengenai lengan Alsa membuatnya menoleh. Sudah ada segelas besar jus semangkan segar di hadapannya dan juga beberapa camilan. Alsa melihat Rayyan yang tengah menyeruput jus melonnya. Sejak kapan Rayyan memesan semua ini? Saking konsentrasinya ia dengan misinya, Alsa sampai nggak sadar kalau Rayyan memesan makanan.

CINTA OVER SIZE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang