Pagi-pagi sekali Akhdan sudah dihubungi oleh Kawindra agar ke rumahnya. Pria itu ingin berangkat ke kampus bersama. Dan tentunya Akhdan tidak mungkin menolak karena di rumah sahabatnya, ia bisa dapat sarapan gratis. Jangan bilang kalau Akhdan lelaki nggak modal! Bukan. Ia hanya malas masak sendiri atau keluar mencari makan. Sepertinya ia harus segera mencari istri agar ada yang memasakkan untuknya. Teringat perkataan Alsa yang ingin menjadi istrinya, namun Akhdan segera menepisnya. Apa dirinya sudah gila membayangkan Alsa menjadi istrinya?
"Pinjam ponsel dong Ndra."
"Buat apa?" Tanya Kawindra yang tengah mengambil minum.
"Ada lah pokoknya. Mana?" Tanya Akhdan.
"Ambil aja di kamar Alsa. Tadi ponselku di bawa Alsa ke kamarnya."
"Kamu udah selesai makannya?" Tanya Kawindra lagi sambil memasukkan sesuap nasi ke mulutnya.
Akhdan mengangguk lalu menaiki tangga. Di depan pintu berwarna biru dengan gantungan bertuliskan princess Alsava, ia mengetuk pintu. Beberapa kali ia mengetuk pintu, namun nggak ada respon.
"Sa, abang masuk ya?" Izin Akhdan sembari membuka pintu kamar Alsa. Ia lihat Alsa nggak berada di kamarnya, mungkin di kamar mandi. Begitu masuk, ia disuguhkan oleh pemandangan kamar khas remaja cewek yang di dominasi warna biru dangan beberapa karakter kartun di dinding. Kamar Alsa nggak terlalu besar, tapi cukup untuk menampung ranjang yang hanya muat satu orang, meja nakas yang juga menjadi meja belajar dan juga lemari pakaian. Lantas ia memindai kamar Alsa mencari keberadaan ponsel Kawindra.
Belum sempat ia menemukan apa yang ia cari, sosok Alsa keluar dari kamar mandi, sudah rapi dengan seragamnya.
"Argh!! Abang ngapain di kamar Alsa?! Teriak Alsa seusai keluar dari kamar mandi setelah buang hajat. Ekspresinya terkejut tapi terlihat dilebih-lebihkan.
"Jangan bilang Abang sengaja masuk ke kamar Alsa karena ingin macam-macamin Alsa," Alsa memicingkan mata tajam, kontras sekali dengan senyum merekah di bibirnya.
Akhdan menggelengkan kepala, nggak habis pikir dengan tingkah aneh cewek gendut berseragam SMA ini.
"Kamu ngomong apa sih Sa? Siapa yang mau...."
"Ya udah sih bang, nggak usah nyangkal. Ayo bang! Cepetan! Jangan tunda lagi. Alsa siap dan mau kok dimacam-macamin sama Abang." Alsa menghampirinya, dan bergelayut di lengannya. Akhdan bisa merasakan dada Alsa menekan lengannya. Ia risih dan berusaha melepaskan diri. Namun Alsa semakin kuat merangkul lengannya.
Akhdan akhirnya menghela nafas, pasrah dan lelah dengan drama ala Alsava Kumari. Ia dibikin pusing sendiri dengan tingkah Alsa. Katakanlah dia gila kalau sampai ikut meladeni Alsa.
"Indra!! Adikmu nih!"
"Ya udah teriak aja yang lebih kencang bang, biar semua orang rumah bahkan tetangga tahu. Dengan gitu kita cepet dibawa ke KUA." Alsa menaik turunkan alisnya ke arah Akhdan.
"Waras Sa?" Tanya Akhdan pada akhirnya. Ia sudah tidak tahu lagi mau berkata apa, menanggapi tingkah absurd adik kesayangan Kawindra.
"Asal sama abang Alsa selalu waras kok."
"Udahlah, ngomong sama kamu bikin abang pusing. Abang kesini mau ngambil ponsel kakakmu, mana?" Akhdan menyodorkan tangannya ke arah Alsa.
"Oh ponsel." Alsa berjalan menuju kasurnya dan menyibakkan selimut. Alsa mengambil ponsel kakaknya dan berjalan mendekat ke Akhdan.
"Abang mau ponsel kak Indra kan?" Tanya Alsa dengan senyum dikulum.
"Iya."
"Ada syaratnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA OVER SIZE (TAMAT)
General Fiction=>> pindah ke KBM app Alsava Kumari, panggilannya Alsa. Anak SMA dengan tubuh tambun yang hobinya makan padahal cita-cita ingin kurus. Nggak kuat hatinya kalau udah lihat cowok ganteng. Akhdan Ziyad, biasa dipanggil Akhdan atau Dan. Seorang dosen m...