Alsa berjalan cepat keluar dari rumah Akhdan. Wajahnya yang mendung sangat kontras dengan langit pagi yang bersinar cerah. Dari luar rumah Akhdan, Alsa memalingkan wajah untuk melihat Akhdan dan Rayyan yang tengah makan nasi goreng buatannya.
Bang Akhdan menyebalkan! Rayyan juga nyebelin banget. Kalau aku keluar dengan marah tuh harusnya cegah kek terus minta maaf kek. Ini kenapa mereka berdua malah lanjut makan nasi goreng. Dasar para cowok nggak peka!
Alsa menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal. Bibirnya sampai dimajukan beberapa senti untuk menambah kesan kalau ia benar-benar kesal. Matanya memicing tajam. Tapi Akhdan dan Rayyan seolah nggak peduli, bahkan mereka nggak melirik Alsa sedikitpun.
"Ish!" Alsa mendesis lalu kembali berjalan cepat menghampiri Akhdan dan Rayyan. Alsa berdiri tepat di depan Akhdan dan Rayyan yang tengah duduk menyantap nasi goreng. Kompak mereka menoleh ke arah Alsa dengan bingung.
"Loh kok nggak jadi pergi Sa?" Tanya Rayyan ikut mewakili pertanyaan dari Akhdan.
"Ish, kalian nyebelin banget sih. Alsa tuh lagi marah."
"Lah terus kenapa?" Tanya Rayyan lagi.
"Kalau di film-film kan kalau ceweknya marah, si cowok ngejar terus minta maaf."
"Terus?"
"Kenapa dari kalian nggak ada yang ngejar Alsa dan minta maaf? Bang Dan juga, kenapa nggak peka-peka sih. Salah bukannya minta maaf malah keenakan makan."
Akhdan meletakkan sendoknya dan mengerjap ke arah Alsa.
"Ini sebagai permintaan maaf abang Sa makanya nasi goreng kamu udah abang habisin. Salah ya?"
Alsa menggaruk keningnya yang nggak gatal. Sebenarnya ia juga bingung mau bilang apa. Kalau dipikirkan lagi ia membuat nasi goreng untuk Akhdan terus ia marah karena tadi Akhdan menolak memakannya. Tapi sekarang nasi goreng itu sudah dihabiskan oleh Akhdan, meskipun sebagiannya di makan oleh Rayyan. Kalau gitu, apa itu bisa dianggap sebagai permintaan maaf? Duh Alsa jadi bingung. Otaknya kenapa lemot banget sih?
"Sa?" Panggil Akhdan. Alsa mengerjap dan melihat Akhdan dan juga Rayyan yang tengah menunggu jawabannya.
"Ya nggak salah. Tapi seenggaknya kalian ngomong minta maaf sama Alsa karena udah bikin Alsa kesal."
"Oh gitu, ya udah abang minta maaf ya udah bikin Alsa kesal. Abang dimaafkan kan ?"
"Iya." Alsa tersenyum malu-malu pada Akhdan dan itu membuat Rayyan berdecih.
"Dasar tukang cari perhatian. Nasi goreng gini aja diributin."
Alsa mendelik nggak suka pada Rayyan. Kadang kala meski Rayyan sering berucap manis pada Alsa tapi ada saatnya Rayyan juga bermulut tajam.
"Bang, Alsa nebeng ke sekolah ya?" Tanya Alsa masih dengan ekspresi malu-malu, membuat Rayyan yang melihatnya bergidik geli.
"Oke, tunggu bentar abang beresin ini dulu ya?"
"Eh, biar Alsa aja bang yang beresin. Hitung-hitung belajar jadi istri yang baik buat abang, hehehe."
Akhdan menggaruk tengkuknya lalu membiarkan Alsa membereskan piring dan juga gelas. Ia sudah kerap mendengar perkataan Alsa yang suka asal bicara. Tapi rasanya tetap aneh jika mendengar kata istri dari mulut Alsa.
"Bang?" Panggil Rayyan yang sedari tadi mengamati gerak gerik Alsa dan juga abang tetangga rumahnya.
"Iya, kenapa Ray?" Akhdan menoleh cepat pada Rayyan sambil tersenyum.
"Abang jangan baper ya sama omongan Alsa."
"Maksud kamu?"
"Alsa itu cuma cinta monyet aja sama abang, jadi sebisa mungkin bang Dan jangan jadi suka sama Alsa," kata Rayyan dengan tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA OVER SIZE (TAMAT)
Fiksi Umum=>> pindah ke KBM app Alsava Kumari, panggilannya Alsa. Anak SMA dengan tubuh tambun yang hobinya makan padahal cita-cita ingin kurus. Nggak kuat hatinya kalau udah lihat cowok ganteng. Akhdan Ziyad, biasa dipanggil Akhdan atau Dan. Seorang dosen m...