Kelima

44 3 0
                                    

Ghea tersenyum. Pasti sekarang Once sedang makan nasi warteg tempe sama tahu, ia hapal betul dengan pola makan sahabatnya itu.

Jam menunjukkan pukul sebelas malam tak sedikitpun rasa kantuk yang menyerangnya ia menepikan mobilnya di tepian pantai deburan ombak membuat hatinya sedikit nyaman dan sedikit horor tidak ada siapapun disana.

Ia hanya beralasan pada Once kalo dirinya mau latihan padahal ia malas kalo bertemu dengan pelatihnya mister Joe Justine pria tampan, mapan, macho, poin plusnya ia masih berusia dua puluh tahun. Tapi tetap saja Ghea tak suka padanya.

Ponselnya berdering.

"Haloo.." ketus Ghea.

Saat yang diseberang mengeluarkan suaranya ia tersentak kaget. "Daddy. Aaaa i'm miss u somuch dad. Cepet pulang dad Ghea mau ikut main golf lagi.." erang Ghea ceria.

"Huh dad udah di rumah? Okey lima belas menit di kali dua Ghea nyampe.. bye dad!" Denga cepat ia lari kearah mobilnya dengan kecepatan penuh ia menyalip sana sini begitupun dengan mobil sport yang berada di depannya.

Ghea menyalip mobil tersebut. "Waw hati-hati Ziel. Gila ya itu orang bawa mobil gak kira-kira" seru Keiko kesal.

Azriel fokus dengan plat mobilnya '634' . Yang tertera nama adiknya, sejak kapan Ghea mempunyai mobil Fortun**?

Setahunya ia membelikan mobil khas anak gadis atau ia salah kira Azriel memijak gasnya ia ingin melihat orang yang membawa mobil tersebut ya walaupun mobilnya pendek tapi ia tak hilang akal ia meminta Keiko mengamati orang tersebut.

"Gimana Kei?" Tanyanya penasaran.

"Duh Ziel ada apasih?kacanya gelap gak kelihatan dari sini" jawab Keiko sebal.

Niat hati ingin berkencan malah gagal sebab daddy Azriel sudah pulang dari luar negeri.

"Sabar nanti kalo ada waktu lagi aku anterin ya ke kafe yang kamu mau" hibur Azriel. Keiko hanya manut saja.

Mobil yang sedari tadi mereka kejar sudah melaju dengan kencangnya. Ghea mengebut ia sudah kangen berat dengan daddynya dan termasuk oleh-olehnya lumayan kan buat koleksinya.

Ghea sudah mengira apa yang akan dibelikan daddynya. Dress berwarna kuning gelap kain tutu mengembang dibagian roknya jika yang feminim akan teriak girang maka sebaliknya ia ingin teriak geli dibuatnya. Sudah puluhan baju terusan yang menjadi oleh-oleh daddynya.

"Dad...!" Protes Ghea manja.

"No Princess. Daddy ingin lihat kamu pakai baju itu besok dad akan ajak kamu ketemu relasi daddy. Jadi putri daddy harus tampil cantik dan anggun" senyum di bibir Excel tidak pernah luntur "jangan seperti yang sudah-sudah. Kamu pakai baju nongkrong buat ketemu klien daddy"

Ghea tertawa ngakak. "Dad jangan buat Ghea teringat masa lucu itu"

Excel hanya menggeleng. Ya ulahnya Ghea seorang aktris papan atas yang ingin mendekati daddynya ia usir secara halus dari senyuman namun cubitan yang bersarang pada pinggang artis tersebut menyisakan lebam mendalam.

"Ghea gasuka daddy Ghea yang tampan ini dikerubungi tante-tante"

Excel tertawa "jadi dad harus cari wanita seperti kriteria kamu nak? Yang ada daddy tidak bisa melirik perempuan cantik lagi"

Ghea tertawa. "Yaiyalah Ghea kan tau kriteria Ghea itu yang paling cocok untuk daddy!"

Di pintu datanglah dua sosok lagi.

Azriel dan Keiko.

"Dad" sapa Azriel kangen.

"Hei son?!" Sapa Excel hangat.

"Dad kenalin temen Azriel" Azriel melihat kearah Keiko.

"Keiko om" Kei mengenalkan namanya.

"Excel.." Excel tersenyum hangat baru pertama kalinya Azriel membawa teman perempuannya.

"Mana Ghea dad?!" Tanya Azriel penasaran dengan adiknya yang suka menghilang itu.

Excel tersenyum. "Dia lagi ngambek. Duduk nak!"

Keiko duduk dan melihat-lihat Mansion Azriel layaknya seperti istana, milik omnya  tidak semegah ini.

"Kenapa lagi dengan dia?"

"Biasa gak mau pakai dress!"

Azriel tertawa. Keiko hanya melihatnya terkesima ia baru melihat Azriel tertawa lepas seperti itu.

"Maaf om. Kei pulang dulu soalnya sudah malam juga!" Sela Keiko.

"Yaudah anterin sana nak" perintah Excel pada anaknya.

Azriel mengangguk. "Eh gausah deh Ziel aku bisa pulang sendiri kok!" Tolak Keiko halus.

Azriel kekeuh ia tetap ingin mengantarkan Keiko pulang.

Tanpa diketahui mereka ada satu gadis yang memandang mereka dari atas dengan tatapan datarnya. Azriel dan Keiko sudah pergi giliran Ghea yang turun dengan baju tidurnya.

"Kemana abang dad?!" Tanya Ghea pura-pura tidak tahu.

"Abangmu nganterin gebetannya." Excel tersenyum melihat raut muka Ghea yang langsung berubah.

"Oh" Ghea melengos ke dapur mengambil minum. "Gerah ya dad?!"

Excel terkekeh. Dari mana gerahnya yang ada saat ini begitu dingin kecuali Ghea yang kegerahan menahan api cemburu dalam hatinya. Tentu saja Excel mengetahui perasaan masing-masing anaknya hanya menunggu waktunya saja.

Ghea menoleh pada daddynya yang sedang menyeruput kopinya di meja makan.

"Baiklah besok Ghea ikut daddy tapi Ghea gak mau pake baju dari daddy" Excel menoleh dengan tanda tanya di benaknya. "Oh c'mon dad. Kau belikan aku baju untuk ke pantai"

Excel tersedak hingga terbahak-bahak menyisakan tanya di kepala Ghea. Ada apa dengan daddynya?!

"Kau lucu sekali nak" Excel meminum lagi kopinya "besok pakaianmu akan datang pakailah daddy akan menjemputmu pukul delapan malam. Oke Sweetheart?!" Ghea mengangguk.

Ghea pamit ke kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya lelah dengan menatap langit-langit kamar terlintas potret Azriel tengah tersenyum di padang bunga. Ya Ghea sengaja menempelkan potret tersebut di atap kaca dengan gaya transparan tidak akan ada yang mengetahuinya sebab ia terlalu pintar untuk menyembunyikan sesuatu.

"Kau diatas sana jauh untuk kuraih jikapun kita dekat tembok kaca yang menjadi penghalangnya. Mungkin perasaan ini yang salah mungkin hati ini yang salah tapi cintaku tak pernah salah dengan memilih seseorang yang tepat" gumamnya lirih.

Tring.

Besok kita bertemu di ring nona Ghea.. 😉

Pesan dari Joe.

Ghea bergidik ngeri dengan sifat pelatihnya itu.

Inseparable (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang