Kesembilan

41 3 0
                                    

Happy readings guys!

* (Pov Zack).

Zack mendatangi perusahaan Askar ia ingin menjelaskan sesuatu.

"Maaf pak ada yang bisa saya bantu?" Tanya resepsionis ramah.

Zack berhenti sejenak "pak Prince ada?"

"Ada pak!" Jawab resepsionis itu dengan senyum ramahnya.

Zack membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu terlihat Prince sedang berkutat dengan laptop dan juga tumpukan berkasnya.

"Sopan sekali kau masuk tanpa mengetuk dahulu Zack!" Tegur Prince namun matanya tetap kearah berkasnya.

Zack memutarkan matanya. "Ada hal serius yang ingin ku katakan melebihi semua proposal bernilai milyaran itu" ucap Zack lebih serius.

Jarang sekali Prince melihat sepupunya seserius sekarang ini. "Katakanlah!"

Prince memijit keningnya yang terasa pening. "Kau sudah tau kemana perginya Gya?"

Prince melihat Zack dengan mata kosongnya. "Hmm"

"Gila broo ini udah tujuh belas tahun. Gue yakin anak lo juga udah besar" Zack mengerang frustasi. "Dan tadi gue liat anak gadis persis dengan Gya. Dan gue yakin dia anak lo!" Cerocos Zack yakin.

"Gue gatau harus apa! Disatu sisi gue pengen banget cari dia dan anak gue tapi di sisi lain banyak proposal setiap harinya yang gabisa gue tinggalin begitu aja" keluh kesah Prince selama ini baru ia dengar dengan gamblang keluar dari mulutnya langsung.

"Gue bantu elo kali ini sepupu. Mungkin sepuluh tahun yang lalu kita belum bisa apa-apa hidup pun kita masih diatur orangtua. Semangat broo kita itu masih muda masih bisa mendapatkan gadis manis diluaran sana!" Hiburnya.

Prince terkekeh. "Lo aja gue gak mau mengulang masalalu dengan merusak para gadis"

Zack menepuk bahu Prince.

"Gimana dengan istrimu?!" Mereka bergue elo hanya dalam keadaan akrab saja.

"Ingrid ?" Tanya Zack.

Prince mendelik. "Memangnya istrimu ada berapa?"

Zack tertawa "sorri. Gue kan selama ini masih perjaka!"

Yang dikatakan Zack memang benar adanya,ada sesuatu dan lain hal ia harus menikah dengan janda diumurnya yang masih dua puluh tahun.

"Kontrak itu sampai kapan?" Tanya Prince.

"Hmm. Sampai anaknya besar! Dan kontrak itu berakhir hari ini jadi hutangku pada mendiang suaminya impas!" Zack mendesah lega.

"Tujuh belas tahun tanpa menyentuh? Kau hebat!" Puji Prince.

Zack menepuk dadanya bangga. "Zack Justine D'jongh jangan menyepelekan aku sobat. Aku masih bisa menahan hasratku sebagai laki-laki tapi tidak dengan membunuh dude!"

Singkat cerita.

Kalian tahu Zack adalah mesin pembunuh dalam Mafia?! Ya saat itu ia di tugaskan untuk membunuh salah satu boss besar narkotika tapi sayangnya ada yang menghalanginya dalam bentuk loyalitas pada sang majikan ia rela mati asal Zack berjanji untuk menjaga istri dan putranya yang baru berusia tiga tahun. Sebelum ia menyerahkan dirinya dan mengikat bom bunuh diri pada tubuhnya Zack sudah menandatangani kontrak dan ia tidak tahu jika isi kontraknya selama itu yaitu tujuh belas tahun sampai anak pria itu dewasa hingga mengetahui alasan di baliknya.

Dan lebih kagetnya lagi istrinya itu masih muda tapi lebih muda Zack dari perempuan itu. Perempuan itu menerimanya karena ia tahu lambat laun suaminya akan ketahuan dan berakhir hukuman mati seperti yang lainnya. Ia percaya tentu saja karena Zack akan menjamin hidupnya.

Off.

"Terus kau mau kemana?" Tanya Prince penasaran.

"Tentu saja mengejar cintaku" Zack tersenyum penuh arti.

"Wait! Dia masih menunggumu?" Zack mengangguk.

"Kau mau pindah ke Rio?" Zack mengangguk lagi.

"Taadakah jawaban yang lain selain mengangguk?!" Zack mengangguk lagi dan lagi.

"Aku penasaran pasti ia sudah dewasa!" Prince menerawang sahabat kecil Zack.

Namanya Xeanna Anumerta terpaut empat tahun di bawah Zack jika Zack 37tahun berarti Xeanna 33tahun. Ia menunggu Zack dengan melanjutkan sekolahnya hingga tahap profesor ahli nuklir.

Zack mengemasi barangnya Ingrid hanya melihatnya sayu ia tak mau berbicara pada Zack.

Zack membawa Ingrid ke sisi ranjang sedangkan dirinya menekuk kakinya menengadah kearah Ingrid. "Aku tau kau berat melepasku! Hanya satu hal yang harus kau tau. Tujuh belas tahun kau menemaniku dan tentu aku juga ikut menemanimu. Tapi Gid aku terikat janji dengan mendiang suamimu dan juga aku terikat janji dengan pujaan hatiku sebelum aku bertemu denganmu bahkan itu aku ucapkan saat masih belia. Ku harap kau mengerti aku. Bukannya aku tak sayang padamu hanya saja sayangku padamu hanya sebatas kakak tidak lebih. Aku tidak menyentuhmu selama itu hanya karena aku tidak mau menyesal nantinya karena telah melanggar janjiku pada suamimu dan juga pada orang yang aku cintai. Ku mohon..." Zack menggenggam tangan Ingrid dan melihat wajahnya tulus.

Ingrid mengangguk. "Aku mengerti dan terimakasih telah menjagaku dan juga anakku. Aku ikhlas jika kau mengejar cintamu. Kejarlah dan doakan aku supaya aku mendapatkan penggantimu yang lebih baik dari sebelumnya." Airmatanya sudah berjatuhan seiring suaranya yang terdengar pilu.

"Sebenarnya kita tidak menikah!" Satu fakta yang baru ia kuak. Ingrid terkejut.

"Apa maksudmu?"

Zack mengangguk. "Kita tidak menikah. Saat itu aku masih muda masih remaja dan orangtuaku melarangnya dengan keras karena aku belum bisa bertanggung jawab dengan benar. Aku menganggapmu sebagai kakakku bukan istriku!" Zack meluruh "maafkan aku. Aku telah memanipulasi semuanya agar kau percaya dan aku bisa dengan tenang memenuhi kontrak itu"

Ingrid terduduk. Ia mengangguk walaupun merasa terbohongi selama ini, bohong jika ia tak mempunyai perasaan pada Zack. Cintanya sudah tumbuh sekian tahun tapi Zack selalu menjaga jarak dengannya bahkan untuk rumah pun mereka mempunyai rumah masing-masing. Jadi ini alasannya?!..

Zack memberikan kontrak baru dan di dalamnya sudah ada tandatangannya. Ingrid menandatanganinya dengan tangan gemetar. "Terimakasih"

"Semoga kau dan anakmu sehat selalu" ucapnya lega. Dibalik pintu Joe mendengar semuanya.

Ia menangis pelan tidak menyangka daddy mudanya itu tidak benar-benar menikahi ibunya.

Klek.

"Joe!" Tepuk Zack pelan.

Joe tersadar "dad!" Ia memeluk Zack sayang.

"Cowok kok nangis. Jaga mommy ya jangan bikin dia nangis kalo ada om om yang bikin dia nangis hubungi daddy oke!" Joe mengangguk.

"Sebenarnya dari dulu aku lebih suka memanggilmu dengan sebutan kakak daripada daddy" seru Joe.

Zack tersenyum. "Maka lakukanlah!" Joe tersenyum.

Mereka mengantarkan Zack sampai bandara.

Tbc..

Joe baik juga jadi terharu🤧...




Inseparable (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang