Kesembilanbelas

39 5 0
                                    


Insecure karena nulis cerita dari beberapa tahun yang lalu belum mendapatkan pembaca yang banyak tapi balik lagi ke hati. Yaudah toh ini sudah menjadi hobi juga ngapain juga insecure sama para penulis yang memang ahlinya,semangat buat aku^_~!!

Happy Reading, vote komen and follow!

****

Cuaca terik membangunkan seorang gadis dari tidur nyenyaknya, ia terbangun dengan perut yang terus berbunyi.

"Nghhh..." ia langsung terlonjak bangun saat ia teringat sesuatu.

Ia melihat sana-sini.

"Tega banget" gumamnya sendu pura-pura. Hei dia tidak selemah itu.

Lagian kemana perginya orang orang dan siapa yang telah memindahkannya pada tenda yang sebagus ini?!

Ghea mendengar beberapa suara yang tengah bercengkrama ia melihat tujuh orang dan diantaranya adalah Keiko!

Keiko? Ghea mendengus kenapa perempuan itu selalu mengintili abangnya kemanapun ia pergi.

Ghea duduk diantara mereka.

"Eh Ghea. Nih makan dulu" Sofie salah satu sahabat abangnya dan juga sepupu dari Melodi.

Ghea menerima sebuah roti lapis dari Sofie "terimakasih kak"

"Sama-sama" jawab Sofie ramah.

Mereka mengobrol kembali begitupun dengan Keiko yang asyik bersenda gurau dengan yang lainnya. Keiko tipikal hambel pada semua orang termasuk dirinya. Namun menurut Ghea, Keiko itu sedang mencari muka dan si pencari perhatian.

"Oya Ghe kamu ikut kita gak?" Tanya Evan si pria yang satunya lagi.

"Kemana?" Tanya Ghea penasaran.

"Turun ke kawah!" Timpal Melodi yang diangguki Ghea semangat.

Rasanya jadi kambing congek itu mantap.

Melodi dan Ken

Sofie dan Evan

Keiko dan Azriel

Dirinya dan angin yang berhembus.

Ghea menendang angin dengan kesalnya.

Ternyata tak cuma mereka saja yang mendaki masih banyak lagi kelompok muda-mudi yang lainnya. Ada seorang cowok mendekatinya dan mengajaknya berkenalan itulah dare dari teman temannya dengan tangan gemetar cowok itupun jujur.

Ghea tersenyum manis. "Ghea Geraldine" Ghea membalas uluran tangan cowok tersebut. Cowok itupun gembira dan mengajak Ghea ke tenda tempat teman temannya berkumpul. Ghea dikenalkan pada semuanya dan mereka cukup terbuka kepadanya.

Azriel melepaskan pegangan Keiko sedari tadi Keiko terus saja menggenggamnya takut terjatuhlah, takut nyasarlah. Mungkin itu hanya alasannya saja. Azriel mendekati Ghea.

"Dek ayok keburu ketinggalan" ajaknya dingin.

"Oya gaes sori aku gabisa lama lama. Daahh see next time, semoga kita bertemu kembali" Ghea pamitan pada mereka. Disepanjang jalan Azriel terus memegang tangan Ghea seperti takut terlepas darinya.

Mereka menghampiri anak anak yang lainnya.

"Aduh Ghe asik bener punya temen baru" kekeh Melodi.

Ghea tersenyum "ia kak lumayan. Buat time line jodoh dapat di puncak gunung" Melodi dan yang lainnya tertawa minus Azriel.

Ia hanya melihat Ghea dengan datar. Keiko mengapit Azriel kembali mereka turun dari pegunungan besoknya mereka mulai beraktifitas kembali.

Di mobil Azriel dan Keiko di depan sedangkan Ghea di belakang sendirian dengan santai kakinya ia angkat dekat persneling hingga Keiko sedari tadi terus melihat kakinya.

'Emang enak?' Tawa Ghea dalam otaknya.

"Bang mampir dulu ya Ghea laper"

Sesuai kemauan Ghea mereka berhenti di kedai kaki lima mereka memesan nasi pecel.

"Ziel kamu yakin kita makan disini?" Tanya Keiko dengan wajah anehnya.

Azriel mengangguk ia menyiapkan kursi untuk Keiko dengan ragu Keiko pun duduk.

"Mas saya mau yang bebek sama ayam, dadanya ya mas." Entah kenapa Ghea merasa panas dibagian dadanya.

Si mas penjual mengangguk dan menanyai Keiko dan Azriel.

Azriel memesan lele sedangkan Keiko hanya memesan sayap ayam.

Candaan saat makan pun di mulai dengan iseng Azriel memberikan lele  yang sangat di takuti Ghea ke dalam piringnya. Ghea tersentak hampir teriak karna ulah kakaknya. Ghea melotot syok dengan mulut penuh ia menyendok lele tersebut dari piringnya dan melayangkan pada Keiko. Sontak Keiko teriak histeris bukan takut tapi ke jijik yang dirasakannya.

"Kalian kenakan-kanakan tau gak" kesal Keiko.

Mereka sudah di mobil.

"Sori kak. Kita tuh kalo becanda suka gak inget umur apalagi noh abang! Udah tua masih aja kayak bocah labil" balas Ghea sengaja menyindir Azriel.

Azriel menoleh pada Ghea langsung terkekeh. "Gak ngaca" gumamnya.

Ghea tertawa ngakak. "Sori lagi ya kak kalo ada kita berdua bawaannya berisik mulu"

Keiko terdiam jengah ia mulai memainkan ponselnya sedangkan Ghea tertawa dengan kelakuan Azriel yang terus menggelitiki kaki Ghea yang tidak ada sopan sopannya.

"Ampun bang ih"

Seperti tak dianggap ada itulah Keiko. Ia memberhentikan mobil Azriel saat memasuki kota ia memberhentikan taksi yang ada di depannya dan mulai menjauh dengan taksi tersebut.

"Bang kak Keiko kayaknya marah dech sama kita" Ghea melongo kaget saat Keiko minta berhenti dan turun tiba-tiba.

"Hmm" gumam Azriel acuh.

"Kok cuma hmm sih? Bang ih!"

Azriel melihat Ghea dan menyuruhnya duduk di depan. Ghea hanya menurutinya saja dan tiba-tiba mobil berhenti.

"Abang harus gimana?" Tanya Azriel serius.

"Ya misalkan tahan gitu bang. Kan kasian juga masa udah jauh jauh dia nyusulin abang malah di giniin" emosi Ghea mulai naik.

Azriel memejamkan matanya. "Abang gasuka dia" gumamnya pelan.

"Iya kalo gasuka gapapa. Emang yang abang suka siapa sih? Heran dari dulu abang gasuka perempuan misalkan ada yang sukapun abang selalu nyuruh Ghea buat ngusir" cerocos Ghea tanpa henti.

"Kamu" jujur Azriel.

Deg.

Degupan jantung Ghea tambah bertalu seperti ada kembang api yang menyala.

"Hah? Apa?" Ghea ingin memastikan bahwa pendengarannya tidaklah salah atau pun keliru ia mengorek dulu telinganya supaya terdengar dengan jelas.

"Tidak ada apa apa!" Acuh Azriel serta menjalankan mobilnya kembali.

Inseparable (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang