Kesebelas

39 4 0
                                    

Ghea berlari kesenangan dari bassement ke ruang tengah yang jauhnya lumayan buat olahraga atletik padahal mobil khusus ke dalam sudah tersedia. Itulah alasannya Azriel tidak pernah tahu berapa banyak mobil yang dipunya Ghea.

Sudah seminggu abangnya keluar kota tanpa dibuntuti Ghea. Ya Ghea selalu ikut kemana pun Azriel pergi apalagi setelah kuliahnya disana Azriel dengan Ghea bagaikan permen karet nempel di rambut susah lepasnya.

Lari Ghea memelan ia bingung karena melihat beberapa bodyguard menjaga di pintu. Ciri seorang billioner mengunjungi rumahnya, dulu rumahnya juga di jaga seperti itu tapi semenjak keprotektifan Azriel padanya ia mengusir semua penjaga istananya yang berjenis kelamin laki-laki. Mereka dipindah tugaskan menjaga luar saja.

Back to..

Empat bodyguard tersebut membungkukkan hormat padanya. Kalian mau tahu di dalam sana.

Ia melihat abangnya disamping gadis koas itu dan juga daddynya yang sedang tersenyum kepada sepasang orang dewasa. Ghea melangkahkan kakinya pelan hingga mereka tak sadar Ghea sudah ada disamping Azriel.

"Kalo saya sich gimana anak saya saja kalo anak saya setuju bertunangan dengan anak bapak dengan begitu saya juga setuju.." deg.. sepenggal kalimat yang dilontarkan Excel.

"Dek" tiba-tiba Azriel menyapanya dengan suara kaget.

Ghea diam ia masih mencerna perkataan daddynya. "Nak!" Excel mengusap lengan anaknya menyadarkan Ghea.

Ghea tersenyum tanpa mampu mengucapkan satu patah katapun dari bibirnya ia hanya menyalami semuanya termasuk Keiko yang melihatnya kaget. Ghea hanya acuh jika dia mau membuka rahasianya silahkan saja ia sudah tidak peduli lagi.

Ghea melewati Azriel dengan bibir yang terbungkam rapat ia memasuki kamarnya dilantai atas taklama ia turun kembali dengan pakaian balapnya. Ia disambut Keiko semangat serta kertas dan pulpen ditangannya menyisakan tanya dibenaknya juga apalagi saat melihat raut wajah dari kakaknya dan juga daddynya yang murung, Ghea acuh ia merebut pulpen tersebut menorehkan tintanya di kertas putih dengan cepat ia tahu dengan reaksi dari wajah tersebut. Ternyata dugaannya benar.

Ghea terkekeh. "Havefun gaess!" Ia keluar dengan helm fullpacenya salah satu bodyguardnya sudah menyediakan motornya di depan tangga ya mansion Excel menaiki tangga begitupun sebaliknya saat keluar jadi tidak heran kalo sebenarnya mansion itu bertingkat empat, 2 keatas 2 kebawah.

Ghea menarik koplingnya menginjak giginya langsung menerabas dengan kecepatan tinggi jika gerbang otomatis itu tidak memakai kekuatan full Ghea yakin saat ini sudah tercetak tubuhnya disana.

Ia sudah sampai di tempat balap lima belas menit lebih cepat dari yang seharusnya. "Ki lo liat Once gak?!" Tanya Ghea pada Oki sahabat sekaligus tetangga Once.

Oki menoleh ia membuka kaca helmnya "lo gatau ibunya tadi pagi kritis lagi bahkan yang gue denger dari mak gue, mak dia udah masuk zona gawat"

Ghea membelokkan setangnya "bilang sama anak-anak gue gajadi balapan" Ghea menuju rumah sakit.

Skip.

Ghea lari dengan helm hitam ditangannya jangan tanya kenapa bawa helm kedalam, jawabannya mahalan helm ketimbang motornya udah segitu aja.

"Sus!" Ghea teriak kearah suster resepsionis hingga si suster terlonjak kaget.

"Ya ada apa bu?!" Tanya suster ramah. Huh untung ada SOPnya kalo enggak Ghea yakin suster itu akan menelannya bulat bulat.

"Pasien yang namanya Sari dimana?" Tanya Ghea tak sabaran.

"Sebentar kami cek dulu ya bu!" Suster tersebut mengeceknya dengan teliti. "Pasien yang bernama ibu Sari telah meninggal, pasien masih berada di kamar jenazah bu"

Luruhlah airmata Ghea ia berlari keruangan mayat walaupun ia tidak tahu kamar mayatnya ada dimana!

Bruk..

Ghea menabrak bahu kekar seseorang. "Hiks tolong bantu saya dimana ruangan jenasahnya?!" Tanyanya yang sudah kabur dengan airmatanya.

Tanpa berkata orang tersebut mengantarkannya dengan tergesa-gesa pula Ghea mengikutinya. Ia melihat tubuh Once yang bergetar di depan pintu Ghea berlari ia memeluk Once hangat.

"Ghe.. mak gue Ghe..." Once tersedu dengan pilunya. Ghea memeluk Once serta menguatkannya padahal ia pun sama terpukulnya karena kehilangan sosok ibu yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.

Prince melihat sosok gadis yang tangguh di depannya seperti sosok gadisnya dahulu yang sayangnya sudah tiada di dunia ini! ya, ia sudah mengetahuinya baru-baru ini padahal meninggalnya sudah belasan tahun ini akibat dirinya terlalu sibuk menyatukan perusahaan raksasa warisannya tanpa memperhatikan sekitarnya dan juga orang terkasihnya.

"Jangan nangis lagi. Ikhlasin ya biar emak tenang di sana emangnya lo gak kasian sama emak yang terus terusan nahan sakit? Enggak kan! Gue yakin Once sahabat gue kuat" Once semakin terisak namun perlahan lahan tangisannya reda.

"Ghe. Gue sama emak gue mau pulang ke kampung halaman gue aja"

"Tapikan Ce kampung halaman lo jauh?!"

"Gapapa kok Ghe. Nanti gue minta sama dokter buat awetin jasadnya biar gak cepet busuk!"

Ghea menangis sedih ingin sekali ia menolong sahabatnya ini.

Prince menghampiri Ghea. "Kalian tidak perlu risau biar saya bantu, saya akan mengantarkan kalian pulang kampung" sela Prince.

"Terimakasih pak tapi saya tidak mau merepotkan!" Tolakan halus dari Once.

Ghea melihat sosok orang tadi dan ternyata bapaknya si Marissa beruntung banget anak itu dapat ayah yang baik masih muda lagi. Diluaran sana dengan umur segitu masih ada yang bujangan tapi ia sudah punya anak gadis seusianya.

"Tidak apa nanti saya antarkan ya!" Keukeuh Prince.

Once melihat Ghea meminta pendapat, Ghea mengangguk setuju. "Gue ikut lo ke Mataram" finalnya.

Once memeluk Ghea sayang. Once hanya berdua dengan ibunya saja ayahnya hilang di pelayaran sampai saat ini tidak ada berita mengenai ayahnya.

Ghea pulang dengan letih ia mengemas pakaian gantinya ke dalam ransel. Ia menggebloknya menuruni tangga.

"Mau kemana?" Tanya Azriel disana juga terdapat daddynya yang menatapnya khawatir karena melihat mata Ghea yang sembab.

"Mau ke Mataram!-"

"Ngapain. Gak kamu jangan jauh jauh dek kita juga ada hal penting sama kamu" seru Azriel.

"Hal pentingnya nanti saja hari ini Ghea gabisa dibantah" Ghea berlalu darisana.

Azriel menarik tangannya "ada apa bilang sama abang?!" Sentak Azriel mulai kesal dengan tingkah Ghea.

Ghea mengempaskan tangannya. "Gaada yang harus Ghea bilang sama abang"

Mereka beradu mulut diluar mansion. "Kamu tuh kekanak-kanakan tau gak Ghe dikit dikit marah abang tuh heran sama kamu"

"Iya karena abang gapernah ngertiin aku" ponsel Ghea berdering ia lantas menempelkan ke telinganya. "Hallo ya Ce gue otewe bandara sekarang" tutupnya.

"Lebih baik abang jangan ganggu Ghea. Urusin aja hari pertunangan kalian" marahnya dan segera berlalu darisana.

Inseparable (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang