Ketiga

51 4 0
                                    

Ghea bersenandung ria memasuki rumahnya dengan sekeresek mangga mengkal di keteknya rencananya ia dan Nuning art rumahnya akan ngerujak bersama dengan art sebelah. Siapa tahu ada sang anak majikan rumah sebelah yang ganteng, tampan, kekar, macho, otot bisep, perut cetakan tahu, tinggi juga.

"Uhuyyyy.." teriaknya sendiri.

"Kamu kenapa dek?!" Tanya Azriel bingung seraya membawa kopinya dari dapur.

Ghea memutarkan badannya menghadap sang kakak. "Aeh abangnya Ghea yang ganteng sudah pulang. Sini cun dulu.." dengan petakilan Ghea menghampiri Azriel seraya memeluknya hangat.

Jika perasaan ini semakin dalam! Ghea harus apa Tuhan?!

Ghea melepas pelukan nyaman sang kakak. "Ghea masuk dulu yak bang. Mau mandi" ia membaui tubuhnya "bau daki"

Azriel hanya terkekeh melihat kelakuan sang adik. Tak terasa adiknya sudah berumur tujuh belas tahun, adiknya semakin besar maka ia semakin tua. Azriel duduk di tepi sofa ia sedang menyelami alam pikirnya.

Ghea turun dari tangga dengan pakaian ala anak rumahan.

Celana abu sedengkul itupun sejenis kolor.

Polo shirt hitam.

Topi putih.

Rambut kuncir satu.

Sendal jepit slalow.

Perfect.....

Itulah menurut benaknya kalo orang lain melihatnya ia tak jauh berbeda dengan Nuning yang hanya dasteran tapi masih terlihat anggun.

"Ning..." ia meneriaki Nuning yang sedang menggendong ulekan dan cobek dipinggangnya di arah pintu.

"Oalah. Nuning lupa satu ekor lagi hampir saja ketinggalan" Nuning menggeplak dahinya serta terkekeh.

"Eh si Nuning giliran ngerujak yang enak aja lupa sama Ghea giliran rujakkan yang asem aja ingetnya paling depan. Si Ghea jangan sampai lolos" sindir Ghea pada Nuning. Nuning adalah pengasuh Ghea sejak bayi saat itu usianya masih mudah kisaran tujuh belasan jadi wajar dong kalo ia akrab banget sama Ghea begitupun sebaliknya. Nuning sudah menganggap Ghea sebagai adiknya dan juga Ghea sudah menganggap Nuning seperti cees forevernya dempet pokoknya.

"Kalian mau kemana?" Tanya Azriel bingung sekaligus penasaran.

"Oh itu den. Non Ghea katanya mau ngecengin anak majikan di rumah seberang, aden."

Ghea melotot syok. Si Nuning dah bener-bener kelewat bener diamah gabisa diajakin santuy dikit ini orang! Geram Ghea dalam hati.

"Oh yaudah silahkan Ning." Nuning mengangguk diikuti Ghea dari belakang. "Eh kamu tetep disini temenin abang" titah Azriel tegas.

"Huh...?!" Ghea melongo ia menunjuk Nuning yang sudah menjauh. "Abang mah ih rese banget elah" dengan kaki menghentak Ghea menghampiri Azriel.

Azriel tertawa "kasian tau dek anak orang!" Serunya ringan.

"Abang mah taunya perasaan anak orang doang. Perasaan Ghea gapernah abang perhatiin" Ghea merengut sedih. "Dahlah percuma ngomong sama abang cuma bikin hati Ghea tambah sakit doang"

Ghea melangkah kelantai atas ia menutup pintu kamarnya kasar. Hanya dua di dunia ini yang tidak bisa ia bantah. Satu daddynya dan kedua adalah kakaknya.

"Huuu... di sini siapa coba yang sering gabolehin Ghea inilah itulah kalo bukan abang?" Ia menangis tersedu menahan kesal. "Padahal ditinggal lima tahun tapi bodohnya elo Ghea malah susulin dia ke Amerika. Ngapain? Ih bodoh banget seandainya waktu itu ya gue pinter, gue pergi jauh tinggalin abang. Gue seneng seneng dah tuh sama temen temen ngepub, ngevape. Ih tolol amat ya lo tuh Gheeeee balik aja sonoh sama perut bunda. Huuuuuaaaa bunda....." Azriel mendengarnya hanya bisa menahan tawanya. Ia memasuki kamar sang princess yang bernuansa biru muda serta maroon yang mendominasi. Warna yang aneh bagi Azriel.

Ia melihat adiknya sedang tersedu lantas langsung memeluknya sayang walaupun ia juga harus ikut tiduran di kasur masih dengan pakaian ngantornya.

"Abang wangi.." cicit Ghea.

Azriel tersenyum ia pun sama bahkan wangi parfum adiknya itu menjadi candu untuknya.

"Kamu pake parfum apa sih dek. Wangi bener jadi pengen parfumnya dech." Canda Azriel.

Ghea mencium bau tubuhnya. "Gatau tanya aja sama Nuning"

"Kok Nuning?"

"Ya soalnya dia yang cuci. Gimana dong? Ghea kan gatau Nuning pake pewangi apaan!"

Azriel mengangguk.

Ponselnya berdering. Azriel merogoh saku celananya. "Ya hallo"

"Oh kamu Kei?! Ada apa?"

Terdengar diseberang sedang terkekeh dan sedikit nada manja terdengar. "Gak kok aku gak sibuk!"

"Jalan? Jalan kemana?! " Dengan geram Ghea menangkis ponsel Azriel hingga terjatuh ke kasur ia memeluk abangnya erat bahkan sampai abangnya tidak bisa bernapas.

"Dek abang sesek dek..." ucap Azriel terbata-bata.

Ghea melepaskan Azriel belum juga satu menit abangnya bernafas ia sudah menggeretnya kembali kali ini kelantai dasar.

"Abang tunggu Ghea disini!" Perintahnya.

"Memangnya kamu mau kemana?" Tanya Azriel bingung.

"Ya ganti bajulah... kan Ghea mau pergi. Awas kalo kabur" todongnya dengan telunjuknya.

Ghea keatas kembali meninggalkan Azriel. Azriel pun ikut masuk ke kamarnya yang berada dilantai bawah.

Azriel sudah siap dengan pakaian  biasa. Kaos putih ditambah jeans sedengkul. Tinggal menunggu sang putri saja.

Ghea menghampiri Azriel dengan baju yang samaan dan celana jeans sobek di dengkul menambah kesan cantik nan badas, bawahannya sepatu putih.

"Kamu mau kemana dek?"

"Aku? Kita! Ayuk..." Ghea menggeret kakaknya kearah mobilnya. Ghea sudah berada di dalam mobil dan melihat kakaknya yang masih di luar mobil dengan ponsel ditelinganya. "Abang ayo..." Ghea melongokkan kepalanya dikaca.

Azriel datang dengan tersenyum masam. "Maaf ya dek. Abang lupa kalo sudah ada janji"

Deg...

Semangat Ghea pecah seperti balon karet tercolok jarum.

Inseparable (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang