Keduapuluhtiga

39 4 0
                                    

Ghea dengan giat mengikuti akselerasi ia lulus SMA dengan cepat, sebenarnya dulu juga omnya menyarankan berhubung ia tidak mau dan ingin sedikit bermain-main dengan sekolahnya namun entah karena ia terlewat bandel atau memang sekolahannya yang gampang baperan ia selalu di coret dan langsung di DO. Disitulah ia berpikir sekolahan ketat hanya menyisakan sifat bullying bagi si highclass dan dipandang rendah bagi kasta menengah ke bawah. Ghea selalu menghajar si pembully dan berakhir dirinya yang di DO ya karena ia melarang Azriel untuk diam.
..

Back to eart!

Ghea menggandeng tangan Azriel mereka kali ini akan mengelilingi kota wisata diseluruh Jakarta, fyi jangan lupakan Azriel yang sedang magang CEO.

"Abang tunggu..." Ghea mengejar Azriel dari tepi pantai.

Azriel memeluk pinggang Ghea hangat. "Capek?" Tanyanya.

Ghea mengangguk. "Ganyangka ya bang. Dulu saat kita kecil kita suka bikin istana _"

"Itu abang. Kamu malah bikin ring tinju" potong Azriel cepat.

Ghea tertawa. "Iya iya... Ghea ngaku abang sendiri yang bikin istana pasir apalah daya Ghea hanya bisa bikin ring tinju" Azriel mengacak rambut curly Ghea.

Hari itu mereka masih tertawa dengan bahagia hingga perpisahan itu terjadi. Ghea sekolah ke luar negeri meninggalkan Azriel sendirian hidup berdua dengan daddynya yang super sibuk.

Mereka disibukkan dengan kegiatannya masing-masing Azriel sibuk dengan pelantikannya sebagai CEO baru di kantor utama menggantikan daddynya yang akan pensiun dini dan Ghea sibuk dengan jadwal kuliahnya yang padat.

Hari berganti hari.

Bulan telah berlalu.

Dan tahun baru akan datang.

Sudah setahun mansion besar milik daddynya telah sepi.

"Hai dek" sapa Azriel sendu.

Ghea tersenyum dilayar ponsel. "Hai bang udah makan belum?"

Azriel menggeleng.

"Makanlah dengan teratur bang. Nanti sakit siapa yang ngurusin? Nuning udah pulang kampung kan?"

Azriel tersenyum masam. "Sepertinya kalian kompakkan buat tinggalin abang disini sendirian" rajuknya.

Ghea tertawa kali ini terdengar renyah ditelinga Azriel. "Dasar manja. Dulu juga abang kayak gini tinggalin Ghea sekolah jauh tapi sepertinya Ghea lebih cerdas daripada abang" sindir Ghea pura-pura.

"Yah. Dulu kamu itu masih bocah nakal yang sering bolos tapi abangkan gabisa kayak kamu yang ada nanti perusahaan daddy bangkrut"

Ghea mengangguk mengerti "yaudah iya disana sudah tengah malam kan? Cepet tidur jangan lembur terus gaakan ada yang gaji abang walaupun kerja sampai pagi pun. Dadah abang Ghea matiin ya ada dosen masuk, fip!" Layar ponsel berubah putih tidak ada lagi sosok gadis manis yang tersenyum kearahnya.

Azriel menghembuskan nafas lelahnya ia beranjak memasuki kamar di perusahaannya. Sudah beberapa hari ini Azriel tidak pulang kerumahnya hanyal hal simpel 'sepi' itulah yang memenuhi benaknya.

***

Ken menyenggol bahu Evan yang sedang asik makan kacang di bawah sofa seraya mengotak-atik stik peesnya lincah. "Apa?"

"Noh" acuhnya pada Azriel yang asik merenung.

"Biarlah Ken. Namanya juga orang galau. Maklum si Keiko kan sedang studi spesialisnya ditambah buntutnya gaada, nambah kesepiannya" cerocos Evan.

Azriel menoleh Evan dan memasukkan kulit kacang pada mulutnya yang sedang asik mengunyah. Evan memuntahkan kembali dan melemparkannya pada tempat sampah yang sudah tersedia.

"Keras nyet" desis Evan.

"Van sketsa lo setahun yang lalu gimana?" Tanya Azriel.

"Gak gimana gimana sih man! Yagitu Ownernya mau yang bagus pake banget sekarang aja kita sketsa berlima cuma satu lantai doang dan ini katanya akan dibuat menjadi 60lantai. Ya gitu lebih kebanyakan arsitek dari pada tukang"

Azriel mengerti. "Si Saka kemana?kok belum datang?" Tanya Azriel lagi.

"Tau nih anak semenjak dia keluar dari industri perfilm'an suka ngilang gajelas" jawab Kenzo.

"Katanya sih doi lagi buat kesting model" tambah Evan.

"Kalian tumben kesini gak sama pacar kalian?"

Keduanya menggaruk kepalanya tak gatal "kita mau temenin elo aja deh kalo mereka kesini yang ada entar lo cemburu lagi kan gak enak kita" ucap Evan jujur.

"Cih munafik!" Decihan Azriel yang mengena ke raga.

Keduanya tertawa. "Mereka sibuk shopping maklumlah para wanita kalo lihat barang diskon takut keburu should out" kali ini Ken yang menimpali.

Evan melotot kaget. "Eh masa di hp gue gaada nomornya si Ghea" pekik Evan kaget.

Ken langsung mengambil hpnya dan ya sama begitupun dengan Azriel. Ia tak menyangka adiknya memblokir semua nomor ponsel.

Dilain tempat bukanlah begitu kenyataannya.

Ghea sibuk mencari-cari ponselnya yang hilang.

***

"Biarlah dia fokus pada sekolahnya" ucap seorang pria dengan ponsel putih ditangannya ia memberikan ponsel itu pada gelandangan. "For you!" Ucapnya dengan tersenyum.

Inseparable (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang