Kedelapan

42 4 0
                                    

Ghea bangun dengan kepala pusing dan sekujur tubuhnya sakit. Ia menghampiri Nuning di dapur yang sedang asik menumis.

"Ning?!" Panggilnya dengan sedikit keras supaya Artnya itu menyahut.

"Hmm" hanya gumaman yang terdengar. Oh God!

"Kok badan Ghea pada sakit yah?" Tanya Ghea seraya memijit pundaknya yang terasa pegal ia duduk di kursi meja makan.

Tiba-tiba Nuning terbahak.

"Ada apasih? Jadi curiga gue!" Ghea semakin menyipitkan matanya.

Nuning berhenti tertawa. "Sebelumnya monmaaf nih ya non"

"Hmm. Apaan cepet" sentak Ghea tak sabaran.

"Sebenarnyakan non pulang dengan keadaan mabuk.."

"Ya gue tau" sela Ghea.

"Itu. Si adenkan ngelarang pria manapun buat sentuh non!"

"Ya terus?"

"Jadi kepaksa deh Nuning gusur" Nuning berkata dengan takutnya.

"What...." teriak Ghea. "Kurang ajar ya mbak Nuning gusur Ghea memang gaada hati mbak Nuning tuh" Seru Ghea misuh misuh.

"Ye maaf non. Lagian kan sekarang non sudah besar mana kuat saya gendongnya"

"Au ah!" Ghea menelungkupkan tubuhnya lelah.

Ia pun tidur kembali diatas meja makan.

Azriel sudah rapi dengan pakaian kantornya ia mengernyit aneh melihat gadis dengan rambut autautan tidur di meja makan.

"Dek.." panggil Azriel.

Mata Ghea terbuka dengan perasaan dongkol sisa semalam ia bangun. "Ning kalo ada yang cariin Ghea bilang Ghea gak mau diganggu kecuali pacar Ghea yang datang namanya Sakti. Ingat itu!" Ghea mengacuhkan Azriel yang memanggilnya langsung pergi dari dapur.

Azriel termenung. "Kenapa dengannya Ning?" Herannya.

"Biasa den. Kayak orang patah hati begitu! Semalam pulang dengan keadaan mabuk sepanjang jalan ia ngelantur!" Nuning bohong telah mengatakan telah menyeret Ghea nyatanya Ghea masih bisa berjalan walaupun dengan keadaan mabuk.

"Ngelantur gimana?"

"Ya gitu den ia ngelantur ingin ikut bundanya"

Azriel terkejut ia tak menyangka perkataannya semalam menyakiti hati adiknya.

"Dan semalam non Ghea terjatuh dari tangga. Ini salah Nuning den sungguh karena tidak bisa menahan beratnya"

"Kamu gapapakan Ning?" Tanya Azriel jika Ghea jatuh pasti Nuning pun ikut terjatuh juga. Nuning mengangguk. "Yasudah besok kamu saya liburkan"

Nuning mengangguk lagi. "Sekalian Nuning mau izin pulang kampung den!"Azriel mengangguk.

Rumah terlihat sepi kiri kanan sepi. Ghea mencari-cari yang lainnya sekedar pamit ia ada latihan tinju. Ini hari weekend dan Azriel tidak libur sama sekali.

Skip.

Riuh terdengar ada enam perempuan petarung yang sedang latihan di sebuah gym.

"Ghe besok tanding gak?" Tanya salah satu sahabatnya.

"Gak tau gue belum ada konfirmasi soalnya.." jawab Ghea dengan sedikit senyuman ringan.

Latihan selesai ia pindah ia ingin mencicipi olahraga laki-laki.

Angkat beban.

Ia sudah berancang-ancang namun Joe menghentikannya. "Pindah Ghe.."

'Apaan sih si Joe ini ganggu aja' Ghea mengumpatnya dalam hati ia menyimpan alat itu kembali dengan kesal.

"Kita makan siang dulu" perintah Joe kembali dengan tegas tanpa menerima bantahan.

"Iya iya.." Ghea mengikuti yang lainnya makan di kafe seberang jalan.

Terlihat Azriel yang baru saja membuka pintu mobilnya. Ia melihat ke sebrang dan matanya membola melihat Ghea celingak-celinguk ingin menyebrang. Persis kejadian 17tahun silam yang meninggalkan trauma baginya.

Brak..

Darah berceceran ke aspal. "Tidak! Gheaaaaaa" teriak Azriel.

"Bang.. abang.. Azriel plak!" Ghea menampar abangnya supaya tersadar dari lamunannya. "Sadar ini Ghea. Kenapa abang teriak begitu?" Tanya Ghea khawatir.

Azriel meluruh ia menenggelamkan kepalanya dibalik lipatan tangannya dan kakinya. Ia menangis.

"Kok abang nangis?!" Tanya Ghea kembali tambah khawatir, Ghea membawa Azriel kedalam mobil takutnya ada orang yang melihat kakaknya menangis dan berasumsi yang bukan-bukan.

Azriel bungkam seribu bahasa dengan telaten Ghea menepuk-nepuk bahu Azriel menenangkannya. "Abang kalo punya masalah cerita saja gausah malu"

Azriel mendongak dengan mata merahnya. "Kamu janjikan gak akan marah atau benci sama abang?!" Ghea dengan yakin mengangguk.

"Dulu... bundamu ada di sana" tunjuknya ketempat tadi. "Kita janjian di sini. Tapi.. tapi" Azriel menggeleng traumanya masih sebesar dulu jika bukan karena klien ia tak mau menginjakkan kakinya di sini lagi.

"Bunda tertabrak" sambung Ghea lirih.

Azriel menegang. "Darimana kamu tau ceritanya?!"

Ghea tersenyum lembut ia membawa kepala Azriel bersandar padanya. "Saat usiaku lima tahun. Aku mendengarnya langsung dari om Helmi ia hanya berpesan jangan membencimu karena itu adalah sebuah kecelakaan yang tidak disengajakan. Aku ingin membencimu tapi rasa sayangku padamu melebihi dari apapun"

Azriel lega mendengarnya ia memeluk Ghea seperti bocah. Taklama ponselnya berdering, ternyata kliennya yang sudah lama menunggu. Ghea terkekeh ia menghapus airmata Azriel dengan tisu dan sedikit membenahi pakaian kakaknya. Azriel melongo bukan karena perlakuan adiknya melainkan otot yang terlihat di balik baju tipis yang dipakai Ghea dan juga otot perut yang terlihat kencang dan juga sedikit berotot.

"Bang gak mau keluar nih? Ghea sudah laper tau!" Ghea turun terlebih dahulu.

Barulah Azriel tersadar dari bengongnya.

Dengan gaya coolnya Azriel berjalan santai memasuki kafe dan berpisah dengan Ghea yang berkumpul dengan teman-temannya.

"Abis darimana lo?" Todong salah satu sahabatnya.

Ghea tersenyum "ada urusan sebentar" Ghea duduk "mana coach Joe?"

Mereka menunjuk dengan lidah yang di dorong dari dalam pada seseorang yang membelakanginya.

"Dia sama siapa?" Tanya Ghea setelah melihat tunjukkan itu pasalnya Joe berdua dengan sesosok lelaki tampan.

"Bokapnya!" Jawab Cloe.

"Uhuk. Yakin kalian?!" Ghea tersedak minuman yang ditelannya.

Ia melihat Joe dan orang yang disebut bokapnya. Mereka seperti sepantaran.

"Jangan kaget gitu. Kita sudah tau kalo dia itu bokap tirinya kecuali elo yang gak mau deket deket sama Joe" sindir Farah.

Ghea terkekeh maklum "abisnya cara dia deketin gue bikin gue takut"

"Iyalah dia deketin elo. Kan lo umurnya dibawahnya kecuali kita yang udah berumur ini" mereka berenam terkekeh.

Zack menoleh ke belakang ia terkejut saat melihat siluet seseorang.

"Ada apa dad?" Tanya Joe penasaran dengan tingkah daddynya yang tiba-tiba tersentak seakan terkejut.

"Tidak apa-apa son" Zack tengah memikirkan sesuatu. "Dad pamit ada urusan soalnya"

Joe melihat ada yang janggal dengan daddy sambungannya itu.

"Aku harus cari tahu..!"

Inseparable (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang