Lanjut....
"Apa maksudmu menghinaku seperti itu?" Tanya Marina geram..
Ghea hanya menyaksikan dengan Excel yang mengompres pipinya yang memar.
"Kenyataannya begitukan bitch?!" Tantang Marlina santai.
"Kau membela dia melebihi keponakanmu sendiri. Memangnya siapa dia?" Tanya Marina kesal.
Marlina tersenyum sinis, mungkin ini saat yang tepat untuknya membeberkan kenyataan mumpung Helmi tidak ada disampingnya.
"Dia" tunjuknya kearah Ghea. "Keponakanku anak dari nona Gya Luana Aurora Black" Seru Marlina dengan kalimat penuh penekanan.
Deg.
Prince membeku seakan waktu telah berhenti mentalu hatinya yang bergetar.
Marlina tersenyum getir "dia kesayanganku. Gadis pintar dan kuat seperti ibunya lantas apa yang harus aku banggakan pada keponakan kandungku? Aku memergokinya sedang cek in dengan pria. Aku tidak sudi mengakui anakmu yang seperti itu"
Bibir Ghea bergetar menahan tangis haru ternyata masih banyak orang yang sayang padanya.
"Aku puas saat mendengar anakmu patah oleh kesayanganku. Sebab kesayanganku tidak akan melakukan kekerasan jika itu tidak menyangkut ibunya" rasanya plong Marlina mengungkapkan semuanya di depan Prince sang ayah bagi keponakannya.
Prince mendekati Ghea ia berlutut di depan lutut Ghea. "Pak. Bapak kenapa?" Ghea panik begitupun dengan Excel.
"Maafin ayah ya sayang" lirihnya dengan menunduk.
Deg...
Ghea terhenyak dengan pemikirannya yang kosong, kebenaran apa ini?
"Apa maksud anda?" Tanya Excel.
"Aku ayah kandungnya!" Prince bergetar menahan tangis.
Excel terkekeh. "Jadi kalian menikah muda?"
"Ya!" Prince masih menunduk menatap lantai di depan Ghea.
Excel tercekat.
Ia tak menyangka Gya sudah menikah ia pikir dulu Gya hamil karena di perkosa oleh lelaki biadab bahkan saat itu ia enggan menanyai kebenarannya takut melukai hati gadis tersebut.
Prince menangis "kau mau memukulku silahkan saja nak. Silahkan aku pantas mendapatkannya"
Ghea memeluk Prince erat. Ia juga menangis. "Mungkin Tuhan dan bunda mendengarkan aku yang bertanya kemana ayah kandungku, kemana ia apakah ia tak menyayangi kami? Semua beban dalam benakku sudah terjawab. Kau ayahku yang selama ini kucari dan sekarang ku BENCI!" Ghea menghempaskan tubuh Prince. Ia berdiri dan melangkah pergi.
"Itulah yang akan kau tuai Prince. Jika saja dulu kau mencari anakmu mungkin ia takkan sebenci ini padamu" seru Marlina menyusul kesayangannya.
Excel menepuk bahu Prince yang masih menunduk dengan diam. Ia pun berlalu dari sana.
"Dad, mom! Ada apa dengan kalian?" Tanya Marissa yang baru saja keluar dari ruangan dokter saat ini ia tengah duduk di kursi roda dengan kaki kanan terbungkus gips.
Marina menghampiri putrinya. "Mana yang sakit nak?" Marissa menunjuk kakinya yang di gips.
Prince berlalu darisana tanpa sepatah katapun.
"Daddy kenapa mom?!" Tanya Marissa nanar melihat daddynya yang menjauh acuh tanpa melihat kearahnya.
"Daddymu lagi ada urusan" jawab Marina dengan tersenyum hangat.
"Gausah mommy menyembunyikan faktanya lagi. Daddy tidak sayang kita kan mom?!"
"Sayang kok kata siapa daddy tidak sayang kita?" Kilah Marina padahal dalam hatinya ia merasa tertikam sembilu.
"Buktinya ia tak menanyai tentang kabarku" Marina hanya diam ia membawa putrinya pulang.
***
Ghea termenung ia melihat bintang di balkon kamarnya.
"Bun Ghea gak benci ayah kok hanya saja... Ghea masih ragu" gumamnya melihat bintang. Saat ia melihat kebawah ke arah kolam renang.
Ia melihat kakaknya,Azriel. Ditepi kolam renang dengan celana renangnya.
Uhuk.
Ghea melotot. Makin kesini abangnya makin ganteng saja apalagi bisep dan absnya.
Aaaarrrrghhhh Ghea bisa gila kalo gini terus.
Setelah menguap lebar mengharuskannya menutup mata dan setelah rasa kantuk yang menyerangnya berlalu ia tak lagi melihat sang pujaannya di tepi kolam.
"Ghea si sister complex sudah di ejek masa gak dipepetin kan rugi" celetuknya ringan ia mengganti baju tidurnya dengan sport bra dan celana pendek setengah paha. Ia juga ingin ikut berenang mendinginkan kepalanya yang panas ini.
Hey kalian sudah 18+ kan?
Kalo udah hayuk kalian kan udah gede udah tau baik buruknya sesuatu.
Lanjut...
Dengan berlari dari tangga belakang yang langsung mengarahkan antara kamarnya dan kolam renang dengan cepat Ghea menceburkan tubuhnya ke dalam kolam berkedalaman sekitar 2m.
Byur...
Ghea berenang mengikuti abangnya dari belakang saat tubuhnya melewati abangnya dengan muka songongnya Ghea berputar seperti pinguin mengejek abangnya. Azriel tersentak taklama ia mengejar Ghea dengan cepat saat Ghea ketinggalan dengan curang Ghea menarik kaki Azriel agar tak ketinggalan.
Sepuluh putaran membuat nafas keduanya terengah-engah seperti ikan koi di sisi kolam.
"Capek ya bang?" Tanya Ghea yang diangguki Azriel.
"Abang?" Panggilnya.
"Hn" gumam Azriel menjawab.
"Pinjem baju" Celetuk Ghea seketika.
"Loh kok pinjem ke abang. Bajumu kemana?" Tanya Azriel heran pada adiknya itu.
"Di boks daddy, bang. Katanya mau diamalin"
"Kok gitu?" Azriel tidak mengerti dengan pemikiran keduanya.
"Yagitulah bang. Gara-gara kemaren Ghea pake dress, kaos Ghea di paket semuanya. Cuma sisa baju tidur doank" curhatannya dengan mimik sedihnya padahal niatnya memang ingin pakai baju abangnya.
"Kamu aneh dek. Sekolah aja pake baju seksi di rumah pake kaos sama koloran doang" ledek Azriel.
"Disekolahkan banyak cowok ganteng" Ghea langsung terkekeh geli.
"Ghe.." Panggil Azriel ragu.
"Umm?!" Kode Ghea, ada apa?
"Menurut kamu abang gimana?" Tanya Azriel dengan wajahnya yang bersemu.
Uhuk. Ghea tersedak air minumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inseparable (SELESAI)
General Fiction#sequel Black Floozy #proses revisi Dia putri tunggal dari mendiang nona Black. Trouble makernya sekolahan sudah lima sekolah yang memblacklistnya namun tak membuatnya kapok malahan ia semakin menjadi. Dengan penampilan yang lebih di sebut jalang...