"Ayolah, Pa! Antar aku ke rumah Paman Jimin!" Hoseok menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar permintaan sang anak, ia duduk di sofa bersama sang Istri.
"No-no, apa yang ingin kau lakukan di rumah Paman Jimin?" Hoseok bertanya kepada sang Anak yang tampak serius memainkan ponselnya. Gadis itu mengangkat wajahnya kemudian menatap Hoseok.
"Aku merindukannya."
"Dua Minggu yang lalu kau sudah bertemu dengan Paman Jimin, Elena. Dia sibuk, jangan mengganggunya." Gadis itu menghela napas kemudian menggeleng pelan.
"Paman Jimin tidak sibuk, dia mengizinkanku untuk datang ke rumahnya. Dia mengatakan jika dia juga merindukanku." Hoseok dan istrinya mengerutkan keningnya mendengar ucapan sang anak. "Lihatlah, Paman Jimin mengatakan jika aku harus ke rumahnya agar melepas rindunya kepadaku." Elena memperlihatkan chat-nya bersama Jimin, Hoseok mengambil ponsel sang Anak.
"Kau mengetahui nomor Paman Jimin dari mana?" tanya Eunbi—Istri Hoseok, gadis itu terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuknya.
"Aku mengirim nomor Paman Jimin ke ponsel milikku, menggunakan ponsel Papa." Hoseok dan Eunbi menghela napas panjang.
"Jung, sepertinya kau harus memberi kata sandi pada ponselmu. Anakmu sudah mulai berani mengacak-acak ponselmu."
"Dia sama sepertimu, Hwang Eunbi. Aku tidak akan mungkin memberikan kata sandi pada ponselku, nantinya kau akan curiga jika aku seling—"
Hoseok tidak melanjutkan ucapannya disaat ponselnya berdering, pria itu mengembalikan ponsel Elena kepada sang pemilik. Eunbi menatap tajam sang anak, dan yang ditatap hanya terkekeh pelan—menganggap jika sang Mama hanya berpura-pura marah padanya.
"Baiklah, terima kasih, aku dan istriku akan pergi ke Jepang hari ini."
Mungkin, Hoseok hanya berbicara dengan lawan bicara di telepon selama duapuluh detik. Ia mematikan sambungan telepon itu secara sepihak, kemudian pria itu menatap Eunbi dengan tatapan gelisah.
"Ada apa dengan wajahmu? Tampak gelisah."
"Eunbi, aku ada masalah di kantor, tentang kerjasama perusahaan ku dengan Mr. Jeon. Kita harus berangkat ke Jepang hari ini." Eunbi membulatkan matanya mendengar Hoseok. "Kita akan memakai pesawat pribadiku, Sayang. Ayo, cepat kemaskan pakaian kita."
Elena hanya menatap kedua orang tuanya bingung. "And, Elena, kau tidak boleh ikut." ucap Hoseok membuat Eunbi terkejut.
"Hoseok! Kau gila? Meninggalkan anak kita di rumah sendirian?"
"Memangnya kau ingin anak kita bolos sekolah dan tidak mendapatkan ilmu? Biaya sekolah mahal. Aku akan menitipkannya pada Ayah dan Ibu, atau tidak, aku bisa menitipkannya bersama Seulgi dan Se—"
"Bersama Paman Jimin saja, Pa."
Hoseok dan Eunbi menoleh ke arah sang Anak, gadis manis itu hanya sibuk memainkan ponselnya, sesekali dia tertawa kecil—sedang bertukar pesan dengan pujaan hati; Jimin.
"Dia pria, Elena, kau tidak boleh tinggal bersamanya."
"Dibandingkan aku tinggal di rumah sendirian, Papa dan Mama ingin aku tinggal bersama Paman Jimin atau tinggal di rumah sendirian?" Hoseok dan Eunbi menghela napas panjang mendengarnya.
"Ini akibat kau terlalu memanjakannya, Hoseok!"
"Kenapa aku yang disalahkan?"
"Pa, Ma, ini bukan karena Papa terlalu memanjakanku. Aku hanya ingin tinggal bersama Paman Jimin karena hanya dia yang dekat denganku, dia juga baik. Lagi pula, dia tidak akan berani, kan melakukan hal bodoh kepadaku? Dia kan, sangat takut dengan Papa."
"Paman Sehun dan Bibi Seulgi memiliki dua anak, mereka akan semakin repot jika harus mengurus diriku juga. Nenek dan Kakek sudah tua, aku tidak ingin merepotkan mereka. Sedangkan Paman Jimin, dia hanya tinggal sendiri dan dia masih muda, tentu saja dia akan mengutamakanku jika aku tinggal beberapa hari di rumahnya. Benar, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY UNCLE ✓
Fanfiction[ Completed ] Jimin itu adalah pria berusia dua puluh dua tahun, dia adalah pria tampan yang sangat mudah memikat hati wanita; termasuk Jung Elena-anak dari sahabatnya. Elena begitu dekat dengan Park Jimin, gadis berusia delapan belas belas tahun i...