Jimin membuka pintu utama, sekarang pukul sembilan malam dan dia baru saja pulang dari Mall. Dia melepas jas miliknya, matanya menangkap seseorang yang tengah duduk di kursi, itu Elena. Kepala gadis itu berada di atas meja makan, lengan kanannya ia jadikan sebagai bantal.
Jimin mengerutkan keningnya, Elena menunggunya? Pria itu berjalan ke arah Elena, sedikit malas sebab masih terdapat rasa kesal dalam dirinya kepada Elena.
Jimin menepuk lengan Elena. "Elena, bangunlah, pergi ke kamarmu." ucap Jimin, Elena mulai terganggu dengan sikap Jimin. Gadis itu mulai terbangun, dia menyandarkan tubuhnya pada kursi, mengedipkan matanya beberapa kali agar bisa melihat Jimin dengan jelas.
"Masuk ke kamarmu dan istirahatlah."
"Paman sudah pulang?" Elena mengucek-ucek matanya sembari menatap Jimin, pria itu mengangguk. "Paman sudah makan? Aku sudah membuat beberapa makanan untuk Paman."
Mata Jimin melirik ke arah meja makan, terdapat beberapa makanan yang dibuat oleh Elena. Gadis itu membuat makanan kesukaan Jimin.
"Ya, sudah." Jawabnya santai, Elena hanya menghela napas.
"Sudah, ya?" Elena beranjak dari duduknya lalu mengambil beberapa makanan tersebut. "Ah, aromanya sudah sedikit kecut. Aku buang saja." Elena mengambil makanan yang telah ia buat untuk Jimin kemudian membuangnya ke tempat sampah.
"Aku masuk ke kamar, selamat malam." ucap Elena.
"Kau sudah makan?"
"Belum," Jawab gadis itu, dia tetap berjalan ke arah kamarnya.
"Makan dulu!"
"Tidak mau, tadinya aku lapar tapi karena Paman sudah makan, aku merasa sudah kenyang. Aku ingin tidur, selamat malam." ucap Elena lalu masuk ke dalam kamarnya, dia mengunci pintu kamarnya.
Dia berjalan ke arah ranjang miliknya, mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas lalu mencari aplikasi telepon dan mencari nama Hoseok. Dia ingin menghubungi sang Ayah.
Dia menekan nama sang Ayah lalu menempelkan benda berbentuk pipih tersebut ke telinganya.
"Halo, Elena? Kau belum tidur, Sayang?"
"Pa, Papa dan Mama kapan pulang?"
"Secepatnya, Sayang, ada apa?"
"Masih lama, ya? Aku rindu dengan Papa dan Mama. Di rumah Paman Jimin sangat membosankan."
"Tidak biasanya kau bosan di rumah Paman Jimin. Papa dan Mama juga merindukanmu, kami akan berusaha untuk pulang secepat mungkin."
"Iya, cepat, ya? Aku bosan."
"Haha, iya, sekarang tidurlah."
"Iya, Pa, selamat malam."
"Selamat malam juga, sweety."
Elena menghela napasnya setelah sambungan telepon itu berakhir. Dia tidak suka di rumah Jimin, dia merasa canggung dan tidak nyaman.
Saat dia ingin tidur, pintu kamarnya diketuk. Oh, Elena tentu saja mengetahui siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Siapa lagi kalau bukan, Jimin?
"Elena, keluarlah, makan makananmu. Paman sudah memasak makanan—"
"Aku sudah kenyang, aku ingin tidur."
"Elena—"
"Aku tidak ingin tidur larut malam, bisa-bisa aku kesiangan seperti tadi pagi." Teriak Elena, setelah dia berucap seperti itu, Jimin tidak mengeluarkan suara lagi dan Elena pun kini tidur.
MY LOVELY UNCLE
"Paman tidak bisa menjemputmu, Paman ada kepentingan—"
"Hem, ya, aku paham. Kepentingan.. Berkencan dengan Bibi Nayeon, kan?" tanya Elena cepat tanpa memandangi wajah Jimin, pria itu tengah mengendarai mobilnya. Dia mengantar Elena ke sekolah.
"Elena, aku tahu kau cemburu—"
"Itu memang tujuan Paman, kan? Membuatku cemburu?" Jimin melirik sekilas Elena yang tengah menatap ke arah luar jendela mobilnya.
"Kau berniat memisahkan Paman dengan Bibi Na—"
"Jika aku mengatakan bahwa yang ku katakan sebelumnya benar-benar terjadi, apa yang akan Paman lakukan? Jika Paman sendiri yang mengetahui jika Bibi Nayeon selingkuh, apa yang ingin kau katakan padaku?"
"Kenapa kau tidak sopan, Elena?!" Jimin mulai emosi dengan perkataan Elena, napas Elena tersengal-sengal karena sudah banyak berbicara.
"Paman yang membuatku seperti ini," ucap gadis itu. "Sekarang, jawab pertanyaanku, jika Bibi Nayeon benar-benar selingkuh darimu, apa yang harus ku lakukan padamu sebagai tanda marahku padamu karena kau tidak percaya padaku?"
"Elena—"
"Turunkan aku di sini saja. Aku yakin jika Paman tidak akan menahan emosi Paman jika aku tetap berada di sini. Terserah Paman jika ingin percaya padaku ataupun sebaliknya. Dengar Paman, apa aku pernah berbohong padamu? Tidak, kan? Aku merasa bodoh karena sudah mencintai pria yang sama sekali tidak percaya padaku."
Elena menarik napas kemudian berbicara kembali, "Oke, sekarang, aku paham. Kau memang tidak percaya padaku sejak dulu. Benar, kan?"
Aku depresot karena kebanyakan tugas. Kkk~
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY UNCLE ✓
Fanfiction[ Completed ] Jimin itu adalah pria berusia dua puluh dua tahun, dia adalah pria tampan yang sangat mudah memikat hati wanita; termasuk Jung Elena-anak dari sahabatnya. Elena begitu dekat dengan Park Jimin, gadis berusia delapan belas belas tahun i...