"Bagaimana sekolahmu?" Jimin bertanya pada Elena yang sedang sibuk memandangi jalanan.
"Baik, kok."
"Ingin langsung pulang atau pergi ke suatu tempat?" Jimin bertanya kemudian melirik sekilas Elena yang tetap memandangi jalanan.
"Memangnya boleh pergi ke suatu tempat?" Jimin mengangguk. "Ah! Aku ingin, biasanya Mama dan Papa melarangku untuk pergi ke suatu tempat setelah pulang sekolah." Jimin terkekeh mendengar ucapan Elena.
"Baiklah, ingin pergi kemana Nona Elena?"
"Timezone!"
MY LOVELY UNCLE
Jimin dan Elena berada di Timezone. Keduanya bertanding bermain bola basket, sesekali mereka tertawa. Jimin terlihat seperti anak remaja jika seperti ini—membuat Elena semakin menyukainya.
"Yes! Paman menang." Elena mendengus kesal, sedangkan Jimin hanya tertawa. "Karena kau kalah, kau harus mendapatkan hukuman!"
Elena menaikkan salah satu alisnya. "What? Paman tidak mengatakan jika ada hukuman jika kalah."
"Bukankah semua permainan seperti itu?" Jimin berdiri berhadapan dengan Elena, gadis itu menyilangkan kedua tangannya.
"What the—Baiklah-baiklah, aku akan menerima hukuman dari Paman!"
Jimin tampak berpikir. "Paman tidak tega memberimu hukuman, cukup melakukan permintaan Paman saja."
"Sebutkan!" Jimin masih berpikir, terlalu sulit memerintahkan Elena untuk melakukan sesuatu yang sedikit menantang.
Cup.
"Paman lama, anggap saja itu adalah tantangan dari Paman kepadaku." ucap gadis itu sembari terkekeh—tidak merasa bersalah.
"Aku tidak pernah mencium seseorang kecuali Papa dan Mama. Jadi, ya, seperti itu. Anggap saja itu tantangan untukku, aku terlalu sulit untuk mencium seseorang selain Papa dan Mama," Bisiknya, Elena mencium bibir Jimin sekilas membuat pria itu mematung. Tidak percaya dengan kelakuan Elena yang bisa dikatakan sangat kurang ajar kepada dirinya. "Ayo, pulang Paman! Aku sudah lelah!" Jimin hanya mengangguk paham.
Dia tidak marah kepada Elena, sebab dia cukup menikmati perlakuan kecil Elena kepada dirinya. Ia suka perlakukan kecil Elena; perlakuan kurang ajar dari gadis manis itu.
MY LOVELY UNCLE
"Ganti pakaianmu, Elena, setelahnya kita akan makan malam bersama."
Elena mengangguk cepat. "Baik, Paman." Jimin hanya tersenyum simpul melihat Elena yang menuruti ucapannya. Baru saja dia ingin duduk di sofa, tiba-tiba saja ada yang masuk ke dalam rumahnya—membuat dirinya terkejut.
"Oh, astaga, aku mengira kau adalah perampok, Nayeon." Jimin bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke arah Nayeon. Nayeon hanya mendengus kesal melihat Jimin. "Aku baru saja ingin memberimu pesan untuk datang ke rumahku, tapi kau sudah terlebih dahulu masuk ke rumahku secara tiba-tiba."
"Ck, alasan! Kau pasti berbohong!"
"Hei, memangnya aku pernah berbohong kepadamu, sayang?" Jimin menarik tubuh Nayeon untuk mendekat dengannya, Nayeon menyilangkan kedua tangannya. "Aku tidak berbohong padamu."
Nayeon tidak menanggapi, Jimin hanya tersenyum tipis. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Nayeon, dia mencium wanita itu.
"Paman, aku sudah sele—" Elena terkejut melihat Jimin. Napasnya tercekat, tubuhnya menegang, kakinya tiba-tiba melemas melihat pemandangan buruk itu. Jimin yang mendengar suara Elena dengan segera melepaskan tautannya. "A-Ah, maaf Paman, aku tidak tahu jika terdapat kekasih Paman di sini. A-Aku ke ruang makan terlebih dahulu."
Hati Elena terasa sesak melihat Jimin yang sedang bercumbu dengan seorang wanita yang merupakan kekasih dari pria itu. Elena tahu dan sadar jika dia tidak berhak untuk mendapatkan Jimin, dia selalu mencoba melupakan Jimin, namun hati dan otaknya selalu mengingat Jimin. Sulit sekali melupakan pria itu.
Dan kini, Elena duduk sendiri, tak lama Jimin dan Nayeon datang dan duduk di kursi meja makan.
Tidak terdapat makanan di atas meja. "Aku membawa makanan untuk kalian. Ku dengar dari Jimin jika kau menginap di rumah kekasihku, Elena." Elena mengangkat wajah lalu menatap Nayeon. Nayeon mulai menyusun makanan yang ia bawakan untuk Elena dan Jimin.
Jika boleh jujur, Elena tidak suka dengan Nayeon. Terdapat rasa tidak nyaman dan rasa takut jika melihat Nayeon.
Jimin mengambilkan makanan untuk Elena. "Makanlah, dan maaf untuk kegiatan Paman bersama wanita ini sebelumnya." Elena hanya mengangguk pelan.
"Kau tidak mengenalkanku pada Elena, sayang?" tanya Nayeon.
"Ah, ya, Elena.. perkenalkan, dia adalah kekasih Paman. Namanya, Im Nayeon."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY UNCLE ✓
Fanfiction[ Completed ] Jimin itu adalah pria berusia dua puluh dua tahun, dia adalah pria tampan yang sangat mudah memikat hati wanita; termasuk Jung Elena-anak dari sahabatnya. Elena begitu dekat dengan Park Jimin, gadis berusia delapan belas belas tahun i...