CHAPTER 12

1.2K 167 9
                                    

Elena tidak percaya dengan apa yang ia lihat—pesan dari Jaemin. Dia juga terkejut sekaligus malu ketika Jimin menatapnya dengan tatapan bingung.

"A-Ah, Jaemin.. dia memberitahu jawaban teka-teki yang ia berikan padaku. Aku tidak menyangka jika jawaban yang ia berikan cukup tidak masuk akal." Dustanya, Jimin hanya mengangguk pelan.

"Bisa matikan ponselmu?"

"Hah? W-Wait, what for?"

"Paman ingin bermain-main denganmu, Elena. Seperti dulu."

Elena menatap Jimin bingung. "Paman, kau yakin?" Jimin mengangguk cepat. "Kau yakin kita akan kotor-kotoran malam ini? Membuat wajah kita nantinya menjadi kotor karena saus yang tersedia di dapurmu?" Jimin mengangguk cepat. "Tapi, ini sudah malam."

"Apa salahnya? Lagi pula, besok adalah hari Minggu."

"Baiklah, aku ikut bermain."

MY LOVELY UNCLE

"Hari ini aku benar-benar sial, bagaimana bisa aku kalah bermain denganmu?" Jimin tertawa keras mendengarnya, keduanya bermain PlayStation, bermain game favorite Elena. "Biasanya aku yang menang, tetapi, kenapa kali ini aku yang kalah? Ah, padahal saat bermain dengan Jaemin, aku yang menang."

"Paman yakin, kau sudah jarang bermain game ini dan lupa dengan skill-nya, benar?"

"Iya hehe, tapi.. bagaimana bisa Paman memenangkannya? Paman, kan sudah jarang bermain PlayStation."

"Paman menonton game ini di YouTube, tentu saja Paman tahu skill-nya." Jimin terkekeh pelan. "Sudah siap mendapatkan hukuman?" Elena hanya memperlihatkan wajah datarnya, Jimin mengambil satu botol saus kecap, ia menuangkannya ke piring dan mencoleknya ke wajah Elena.

Setelahnya, Jimin tertawa keras melihat wajah Elena yang tampak kesal.

"Aku tidak ingin bermain lagi!" Jimin hanya terkekeh kemudian mengemaskan peralatan PlayStation tersebut, Elena pun ikut membantu.

"Bersihkan wajahmu!" Elena mengangguk kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya.

Elena pun kembali setelah membasuh wajahnya, dia kembali membantu Jimin mengemaskan peralatan PlayStation tersebut.

Saat tengah mengemaskan peralatan permainan tersebut, ponsel Jimin kembali berdering membuat pria itu menghela napas. Ia mengambil ponselnya dan menatap layar ponselnya tersebut, terdapat nama Nayeon di sana.

Sebenarnya, Jimin masih marah kepada Nayeon, tapi dia tetap akan mengangkatnya.

"Ha—"

"Halo, Jimin? Kau mendengarku, sayang?"

"Ada apa menghubungiku malam-malam Nayeon?"

Elena hanya mendesah kesal disaat Nayeon menghubungi Jimin. Ia ingin sekali mengatakan apa yang Nayeon katakan padanya disaat di sekolah tadi, agar perkataannya didengar oleh Jimin dan juga wanita itu.

"Jimin, maaf.. aku tahu aku salah. Aku tidak seharusnya membawa-bawa nama Elena, sungguh maafkan aku."

"Aku sudah memaafkanmu."

"Sungguh? Terima kasih, terima kasih Jimin. Aku ingin esok kita pergi ke Mall, ya? Perintahkan Elena untuk ikut juga, aku merindukannya."

"Haha, baiklah, sayang."

"Iya, baiklah jika sudah paham, aku tutup. Bye, Love."

Jimin mematikan sambungan telepon itu, kini dia menatap Elena yang tengah menatapnya. Elena cemburu mendengar Jimin yang tadinya tertawa saat menerima telepon dari Nayeon.

"Elena, kau ingin pergi ke Mall esok? Bibi Nayeon mengajak kita untuk pergi bersama, katanya.. dia merindukanmu."

MY LOVELY UNCLE

"Kau senang Elena?" Elena hanya berdehem sembari menikmati perjalanannya. Dia duduk di belakang, sebab ia tahu jika Nayeon akan duduk di samping pria itu.

"Apa yang akan dilakukan di Mall?"

"Berbelanja kemudian makan."

"Hanya itu saja?"

Jimin mengangguk. "Ya, hanya itu saja."

"Membosankan," Gumam gadis itu namun bisa didengar oleh Jimin. "Paman dan Bibi Nayeon hanya pergi ke mall untuk berbelanja? Itu.. membosankan, membuang-buang uang."

"Memangnya, apa yang kau lakukan jika berada di Mall? Bukankah hanya itu saja?"

"Tidak, aku bermain di Timezone." Jawab Elena, ya, dia hanya melakukan hal itu jika berkunjung ke Mall. Dia tidak hobi berbelanja, dia tidak suka, akan membuang-buang uang saja jika membeli barang yang tidak dibutuhkan, pikir Elena.

"Paman akan membelikanmu pakaian."

"Pakaianku sudah banyak, Paman. Akan membuang-buang uang saja jika terus membeli pakaian." Jimin terkekeh pelan, tidak lama, keduanya sudah sampai di rumah Nayeon. Elena memandangi rumah wanita itu, Jimin memberi pesan kepada kekasihnya jika dia sudah berada di depan rumah wanita itu, lima belas menit setelahnya, wanita itu datang dan masuk ke dalam mobil Jimin.

"Ah, apa aku terlalu lama?"

"Ti—"

"Iya, sangat lama, sampai-sampai sebelum kau datang aku berniat untuk memberitahu Paman Jimin untuk menyuruhmu menggunakan Taxi, dan aku bersama Paman Jimin yang akan berangkat terlebih dahulu pergi ke Mall." Suara itu, milik Elena.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY LOVELY UNCLE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang