CHAPTER 22

1.3K 181 8
                                    

Jimin baru saja pulang, saat dia masuk ke dalam rumah, dia tidak menemukan Elena. Dia mengerutkan keningnya bingung, apa gadis itu belum pulang?

Jimin berjalan ke arah kamar Elena, dia membuka pintu kamar gadis itu secara perlahan dan mendapatkan gadis itu yang tengah mengerjakan tugas sembari mendengar lagu memakai earphone.

Jimin hanya mengembuskan napas lega, setidaknya gadis itu sudah pulang. Dia tidak ingin dirinya mendapatkan makian dari Hoseok jika terjadi sesuatu pada Elena.

Pria itu kembali menutup kamar Elena, dia tidak ingin mengganggu gadis itu. Dia yakin, jika dia kembali bertemu dengan Elena, dia dan gadis itu akan kembali bertengkar. Jimin tidak ingin hal itu terjadi sebab ia tidak ingin jika mood-nya menjadi kacau.

Elena menoleh ke belakang setelah Jimin keluar dari kamarnya.

"Siapa yang datang?"

"Paman Jimin, dia sepertinya baru saja pulang."

"Kau hanya diam?"

"Memangnya tadi kau mendengarku berbicara?" tanya Elena dengan nada kesalnya, sedangkan lawan bicaranya hanya terkekeh.

"Tidak, sih, hehe. Kita sudah mengerjakan tugas ini selama satu setengah jam, tidak ingin beristirahat dulu?"

"Tentu aku ingin beristirahat, aku ingin makan, akan ku hubungi dirimu jika aku sudah selesai makan."

"Oke!"

Elena mematikan sambungan telepon itu, sebenarnya dia tidak mendengar lagu, dia sedang menelepon Jaemin. Dia juga tadinya memang sudah merencanakan untuk diam dan berpura-pura tidak mendengar Jimin jika pria itu masuk ke dalam kamarnya.

Dia melihat ke arah jam, sudah menunjukkan pukul delapan malam. Dia mengemaskan tugasnya dan keluar dari kamarnya. Dia mengambil makanan yang tersedia di ruang makan, ia mulai memakan makanan tersebut. Tak lama, Jimin keluar dari kamarnya, pria itu sudah mengganti pakaiannya dengan baju kaus dan celana pendek. Dia menghampiri Elena. Baru saja Jimin ingin duduk di kursi meja makan, namun tiba-tiba Elena membawa makanannya dan beranjak ke kamar.

"Elena, apa yang kau lakukan?"

"Membawa makananku ke kamar."

Jimin terdiam sejenak. "Elena, ayo, makan bersama. Jangan makan di kamar."

"Tidak ingin," tolaknya.

"Elena, makan bersama Paman!"

Elena menghela napas kemudian membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arah Jimin.

"Aku tidak mau, Paman makan sendiri, aku akan makan di kamar. Akan lebih baik jika kau dan aku tidak berada di ruangan yang sama, aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu." Jimin menghela napas kemudian menarik tangan Elena.

"Makan bersama."

"Aku tidak mau, Paman. Aku tidak ingin menghancurkan suasana hatimu. Jadi, tolong lepaskan tanganmu. Aku juga merasa canggung jika bersama Paman.. Kau juga terlihat membenciku."

"Siapa yang mengatakan jika aku membencimu Elena?"

"Haruskah Paman menanyakan hal itu kembali?" Elena menatap tajam kedua mata Jimin. "Bahkan terlihat dari sikap Paman beberapa hari ini. Paman terlihat membenciku. Paman juga menghindariku. Tatapanmu juga terlihat tidak suka kepadaku. Bukan, begitu?"

"Hanya karena Paman tidak mengantar dan menjemputmu?"

Elena menghela napasnya, "Aku sedang tidak ingin berbicara banyak padamu. Percuma jika aku banyak berbicara, ujung-ujungnya kau juga tidak percaya dengan apa yang aku katakan padamu. Bibi Nayeon selingkuh."

"Elena, kenapa kau—"

"Lihat, kau tidak percaya padaku, kan? Padahal sebelumnya aku sudah mengatakan padamu jika aku berjanji tidak akan pernah berbohong kepadamu. Benar, kan?" Elena tertawa kecil. "Aku ingin makan, lepaskan tanganku."

Perlahan, Jimin melepaskan tangannya dari lengan Elena. Dia memandangi Elena yang berjalan ke arah kamar dengan lesu. Jimin baru menyadari jika gadis kecilnya, Elena, sudah berubah.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY LOVELY UNCLE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang