CHAPTER 24

1.6K 197 22
                                    

Pagi ini, Jimin sudah tidak melihat Elena. Dia baru saja keluar dari kamarnya, berjalan ke arah ruang makan. Saat dia duduk di kursi ruang makan tersebut, dia mendapatkan kertas dari Elena.

Semalam, Paman pulang telat, ya? Padahal, aku sudah memasak untuk Paman. Tapi, sudah ku buang pagi ini. Aku memasak sarapan untuk Paman. Ya.. walau hanya Nasi Goreng saja, tapi ku harap Paman menyukainya.

Aku berangkat pagi ini bersama Jaemin karena aku sedang berada pada jadwal piket. Jadwal piket ku bersama Jaemin bersamaan, omong-omong. Makanlah, hati-hati di jalan.

Jung Elena.

Jimin mengembuskan napasnya, hari ini sebenarnya dia ingin memberitahu banyak hal tentang Elena.

Ya, semalam Jimin pulang larut malam, dan Elena sudah tidur. Dia membutuhkan waktu dua jam untuk membeli cincin, kemudian dia pergi ke restoran untuk makan dan di sana pun dia bertemu dengan teman lamanya. Jadi dia pulang larut malam.

"Kau memasak untukku, ya? Ah, seharusnya malam itu aku tidak pergi ke restoran."

Hari ini, dia ingin menyelesaikan seluruh pekerjaannya agar ia cepat pulang dan langsung mengunjungi rumah Nayeon. Ingin melamar Nayeon tanpa sepengetahuan wanita itu.

Dia bahkan selalu tersenyum sepanjang waktu, berkhayal melihat reaksi Nayeon nantinya saat dia akan melamar wanita itu.

MY LOVELY UNCLE

"Kemarin kau tidak mengangkat teleponku. Bahkan kau hanya membaca pesanku, tidak menjawabnya." ucap Jaemin kesal, ya, semalam Elena tidur pukul delapan malam. Dia tidak mengerjakan tugasnya.

"Maaf, semalam aku ketiduran disaat membalas pesanmu. Bahkan, ponselku terjatuh di wajahku." Jaemin terkekeh pelan mendengarnya.

"Baiklah, karena itu terdengar lucu, aku memaafkanmu." Jaemin tersenyum tipis. "Jadi, hari ini kita pulang seperti biasa, kan?" Elena mengangguk pelan.

"Ya, aku akan menghubungimu setelah pulang sekolah. Aku ingin menyelesaikan tugasku secepat mungkin. Ah.. aku merasa jika tugas yang belum selesai sama saja seperti kita ditagih hutang."

"Ditagih hutang?"

"Yup, tugas harus menjadi prioritas. Jika kita tidak menyelesaikannya, rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal. Tidak nyaman. Kau terus menunda-nunda tugasmu, setelah harinya sudah dekat, hari di mana tugas harus dikumpul namun tugasmu belum selesai, kau pastinya akan merasa gelisah dan takut. Menyebalkan."

Jaemin terkekeh mendengarnya. Ada benarnya, sih apa yang dikatakan oleh Elena.

"Papa dan Mama-ku akan pulang keesokan harinya. Rasanya menyenangkan sekali." Elena hanya tersenyum. "Kau benar, mereka sibuk karena untukku. Aku benar-benar menyayangi mereka."

"Wah, kau pastinya akan berlibur dengan kedua orang tuamu." Jaemin mengangguk pelan.

"Iya, kau benar. Aku akan membawakan sesuatu untukmu setelah liburan."

"Kapan kau akan liburan?"

"Aku tidak tahu, aku ingin disaat terdapat hari libur. Aku tidak ingin bolos, tanganku terlalu malas jika harus kembali mencatat pelajaran yang tertinggal."

Elena tertawa keras mendengarnya.

Kring.. Kring

"Sudah bel pelajaran, ayo, masuk!"

MY LOVELY UNCLE

Pukul setengah empat sore ini, Jimin sudah berada di depan rumah Nayeon. Pria itu masih berada di dalam mobil, cukup gugup untuk langsung bertemu dengan Nayeon.

Dia keluar dari mobilnya kemudian berjalan ke arah pintu utama rumah Nayeon, dia langsung saja masuk ke rumah wanita itu tanpa mengetuknya. Sudah menjadi kebiasaan. Dia berjalan pelan ke arah ruang keluarga, dia terdiam dan membeku di sana. Dia mendapatkan Nayeon yang tengah berciuman dengan Jungkook.

"Na-Nayeon?" Gugupnya, wanita yang bernama Nayeon itu pun melepaskan kegiatannya bersama Jungkook. Matanya membulat terkejut mendapatkan Jimin yang berdiri dan menatapnya sendu.

"J-Jimin?"

"Nayeon, k-kau selingkuh?" Nayeon beranjak dari sofa, dia menggeleng cepat. "Tetaplah di sana, jangan berjalan mendekatiku," Jimin menarik napas. "Mulai hari ini, kita berakhir Nayeon."

"Jimin, tidak! Aku tidak mau!"

"Kita berakhir Nayeon!" Jimin meninggikan suaranya membuat Nayeon dan Jungkook terkejut. Jungkook tidak ingin membantu wanitanya, dia hanya melihat keduanya. Menurutnya, itu adalah urusan Nayeon, jadi.. dia tidak perlu ikut campur.

Napas Jimin tidak beraturan, pria itu menunduk. "Ternyata, apa yang dikatakan oleh Elena itu benar. Kita berakhir. Terima kasih sudah mengisi hari-hariku, Im Nayeon. Berbahagialah."

Kotak kecil berisi cincin itu, Jimin masukkan kembali ke dalam saku celananya.

Jimin tidak tahu mengapa dia tidak merasa sakit hati. Dia merasa biasa saja. Perasaan kecewa? Hanya, namun sedikit.

Jimin mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Aku harus bertemu Elena. Ya, harus."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY LOVELY UNCLE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang