"Kenapa jam segini baru pulang, Nau? Kamu kemana aja? Kata Ria, kamu langsung cabut pas jam pulang."
Suara ocehan Mama langsung menyambut saat aku baru membuka pagar rumah. Aku cuma bisa menghela napas sambil berjalan masuk. Mau gimana lagi? Pasrah aja terima ocehan Mama.
"Abis cari buku, Ma," jawabku saat Mama sudah ada di hadapanku sambil bertolak pinggang.
"Sama siapa? Ria bilang..."
"Temenku itu nggak cuma Ria kali, Ma. Masih ada Putri, Sisca, Lusi, Nuno, Toni, juga Rocky, Ma," selaku cepat.
Mata Mama langsung melotot. "Dari semua yang kamu sebut, satu pun nggak ada yang tahu kamu pergi ke mana! Mama udah telepon mereka!"
Astaga, Mama! Kenapa harus kayak gitu, sih? Ini anaknya udah kelas 12. Udah mau lulus dan bakalan jadi mahasiswi.
"Harus banget ya aku sebutin semua temen-temenku?" keluhku malas.
"Kamu itu terlalu banyak alasan! Semenjak masuk SMA, kamu sering banget kelayapan dan nggak jelas perginya sama siapa!" omel Mama.
"Aku nggak kelayapan, Ma," balasku.
"Terus apa? Jangan-jangan, kamu tuh diem-diem pacaran sama anak begajulan? Naura, Mama udah sering bilang untuk jaga diri dan nggak usah main pacar-pacaran. Umur segitu nggak ngerti cinta, karena berujung buta," sahut Mama judes.
"Buta apaan sih?"
"Buta logika!"
Haish! Mama selalu ngomelin hal yang itu-itu aja. Kenapa sih nggak bisa kayak Ria yang punya nyokap pengertian, yang nggak masalah kalau Ria jadian sama Dodi? Aku kan juga pengen rasain yang namanya pacaran.
"Sori ya, Ma. Aku cuma beli buku sebentar di toko buku tadi. Nggak sempet kasih kabar karena hape lagi lowbat," ucapku mengalah, karena sudah terlalu lelah untuk berdebat, atau mendengar larangan yang itu-itu saja.
"Iya, tapi..."
"Permisi, Tante."
Aku langsung menoleh dan mengerjap gugup saat melihat sosok Jed yang sudah berdiri di ambang pintu. Deg! Cowok itu kenapa sih? Aku kan jadi deg-degan kalau dia mendadak muncul begitu.
"Eh, Nak Jed. Ada apa?" tanya Mama ramah.
Aku memutar bola mata saat mendengar keramahan Mama. Tadi ngomong sama aku kayak mau makan orang, giliran ada cowok sekeren Jed langsung berubah jadi girang.
Jed melihatku sekilas, lalu kembali melihat Mama. Cowok itu masih keliatan cakep banget walau abis pulang kerja. Kemejanya sudah digulung sampai batas siku, juga sebagian sudah keluar dari celana, tapi tetap aja charming."Maaf kalau tadi sempet pinjem Naura sebentar buat temenin beli kue," ujar Jed kemudian.
Mataku melebar kaget, melirik singkat pada Mama yang juga kaget, lalu memberi ekpresi mengancam pada Jed yang masih melihat Mama.
"Loh, tadi katanya beli buku, kok sekarang malah jadi temenin beli kue?" tanya Mama dengan tatapan menyelidik ke arahku.
Aku cuma bisa pasrah.
"Naura memang tadinya beli buku, Tante," suara Jed membalas. "Nggak sengaja ketemu saya di sana. Daripada pulang sendirian, saya ajak beli kue dulu, baru anter pulang. Maaf baru samperin ke sini karena baru aja dari rumahnya Will buat kasih kue pesenannya."
Aku melirik Mama yang langsung ber-oh ria dan percaya gitu aja. Segitu nggak percayanya Mama sama aku, sampe dikasih tahu daritadi nggak mempan, tapi giliran Jed yang ngomong langsung santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET (END)
ChickLitAda banyak alasan untuk menyembunyikan sebuah hubungan. Bagi Naura, alasan bersembunyi itu ada tiga: yaitu restu, waktu, dan belum tentu. Bermodalkan rasa menggebu-gebu, berbagai halangan pun diabaikan, dan backstreet pun dilakukan demi bisa bersam...