26 ; galau.

123 8 0
                                    

—“Bahagia itu ketika hati, pikiran dan tindakan kita selaras.”—

••••

"Van, apa Naya udah lupain gue, ya?"

Pertanyaan itu terus saja keluar dari mulut Gavin. Ia jadi ragu dengan perasaannya, suara seorang laki-laki yang bersama Naya waktu itu membuatnya sedikit marah dengan Naya. Kevan yang mendengarnya pun bosan karena pertanyaannya itu-itu saja.

"Van, jawab dong."

"Gini, Vin. Melupakan orang yang selalu ada buat kita, orang yang udah menyembuhkan kita dari luka sebelumnya, orang yang kembali melukai perasaannya, padahal luka sebelumnya belum sempat pulih itu gak mudah. Terutama Naya cewek, perasaan sama logika cewek itu kadang suka gak sinkron," jelas Kevan panjang lebar.

"Disaat logika pengin ngelupain, tapi perasaan selalu mengekhianati logika. Alasannya simple, Karena masih sayang dan cinta," lanjutnya.

"Gue udah bener-bener jelek ya, dimata Naya?"

"Kan gue udah bilang, kalau emang orang itu cinta sama lo, sayang sama lo. Mau seburuk apapun muka lo, sikap lo, dia akan tetep ada disamping lo."

"Bilangin ya, kalau dia udah lupain gue, bilang ke gue. Biar gue juga bisa lupain dia," pesan Gavin. Cowok itu hendak melangkahkan kakinya keluar kamar Kevan, namun perkataan Kevan membuatnya berhenti.

"Lo gak paham sama apa yang gue omongin?" Kevan gemas sendiri, otak Gavin memang cerdas urusan pelajaran. Tapi cinta? Nol besar!

Gavin berbalik menjadi menghadap Kevan. "Apa?"

Kevan berdecih. "Dasar bego!"

"Apa, Van? Omongin, gue pengin pulang."

"Duduk dulu."

Gavin mengangguk mengerti, kemudian cowok itu kembali duduk dihadapan Kevan.

"Tau gak, makna ucapan gue yang 'padahal luka sebelumnya belum sempat pulih'?"

Gavin mencerna baik-baik ucapan Kevan barusan.

"Orang yang udah menyembuhkan kita dari luka sebelumnya, orang yang kembali melukai perasaannya, padahal luka sebelumnya belum sempat pulih itu gak mudah."

Detik berikutnya mata Gavin melebar, ia paham dengan itu.

"Berarti, Naya pernah pacaran sebelumnya? Tapi, dia bilang belum pernah." Ya, Naya memang sudah bilang kepada Gavin bahwa ia belum pernah pacaran. Itu memang benar. Tapi, yang Gavin bingung, maksud dari ucapan Kevan apa?

"Emang belum."

"Terus?"

Kevan mengembuskan nafasnya. "Dia pernah deket sama seseorang, yang lebih parah lagi, Naya kan orangnya emang susah ngelupain. Si cowoknya ngedeketin Naya cuma karena taruhan sama pacarnya dan temen-temennya. Disana Naya udah sayang banget sama cowok itu, padahal belum ada hubungan apa-apa."

"Juga, cara lo ninggalin Naya sama kaya cara dia dulu ninggalin Naya, dia bilang kalau cinta gak seburuk yang Naya kira, sama kaya lo, kan?"

Gavin tercengang. Tapi, kenapa Naya tidak pernah menceritakan itu. Jadi sekarang Gavin tahu alasan kenapa Naya susah menerimanya, karena trauma akan hubungan ternyata.

Kevan ditempatnya melihat Gavin terkejut mendengar ceritanya. Mendengar ceritanya saja sudah membuat dirinya terkejut, apalagi orangnya?

"Siapa Van, orangnya?"

"Zidan, Zidan Genta Akeenan."

Mata Gavin semakin melebar, mulutnya ikutan menganga. Dengan cepat Kevan meraup wajah tak mengenakkan Gavin.

ES BATU [ New version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang